Monday, December 10, 2007

15 PETUNJUK MENEGUHKAN IMAN

Oleh:Muhammad Shalih Al Munajjid (bit tasharruf waz ziyadah )dari milist : muslim-l@Telkomsel.co.iddikutip dari : http://www.percikaniman.org/
Saat ini kaum muslimin sedang dihadapkan pada persoalan besar, diantaranya syubhat, syahwat, penyimpangan faham keagamaan, perpecahan dan lain-lain. Cobaan-cobaan tersebut silih berganti menghempas, menggoyahkan dan menggerogoti iman. Tidak mustahil seorang muslim selanjutnya membelot, bahkan murtad dari keislamannya. Berikut ini kami uraikan 15 petunjuk yang bersumber dari Al Qur'an dan Al Hadits yang dapat dijadikan sandaran dalam memelihara keteguhan iman kita.
1. Akrab dengan Al Qur'anAl Qur'an merupakan petunjuk utama untuk mencapai tsabat (keteguhan iman).
Al Qur'an merupakan penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Barangsiapa berpegang teguh dengan Al Qur'an, niscaya Allah akan memeliharanya, barangsiapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah akan menyelamat-kannya dan barangsiapa menyeru kepada Al Qur'an, niscaya Allah akan menunjukinya ke jalan yang benar.Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan bahwa diturunkannya Al Qur'an secara berangsur-angsur adalah untuk meneguhkan hati para hambaNya, sebagaimana firman Allah tatkala mem-bantah tuduhan kaum kuffar, "Orang-orang kafir berkata: Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami mem-bacakannya secara tartil."(Al Furqan : 32)Diantara alasan mengapa Al Qur'an sebagai sumber utama untuk mencapai tsabat, karena Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, diturunkan untuk menen-teramkan hati manusia dan sebagai benteng bagi orang mukmin dalam menghadapi hempasan fitnah. Al Qur'an juga membekali muslim dengan konsepsi serta nilai yang dijamin kebenarannya, sehingga dia mampu menilai sesuatu dan menimbang sesuatu secara proporsial dan benar.
2. Iltizam dengan Syari'at Islam
Allah berfirman: "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan nasehat yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa : 66)
Jelas sekali, tidak mungkin kita mengharapkan orang-orang yang malas dan tidak melakukan amal shalih dapat memiliki keteguhan iman. Allah hanya akan menunjukkan kepada orang yang beriman dan mengamalkannya, jalan yang lurus. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para shahabat senantiasa melakukan amal shalih dan menjaganya secara terus-menerus. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa memelihara shalat dua belas raka'at (sunnat rawatib), niscaya ia dijamin masuk surga." (AtTirmidzi 2/273)
3. Mempelajari Kisah Para Nabi
Tentang pentingnya mempelajari kisah para Nabi, Allah berfirman, "Dan Kami ceritakan kepadamu cerita para Rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu." (Hud : 120)Mari kita renungkan kisah Nabiyullah Ibrahim Alaihis Salam tatkala dilemparkan ke dalam api. Ibnu Abbas berkata: Ucapan terakhir Ibrahim ketika akan dilemparkan ke dalam api adalah, "Cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia adalah sebaik-baik pelindung." (Al Fath : 29)Seandainya Anda merenungi firman Allah di atas, tidakkah Anda merasakan adanya tsabat yang meresap ke dalam jiwa Anda? Dalam kisah Musa Alaihis Salam, Allah berfirman: "Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah para pengikut Musa: Sesung-guhnya kita akan benar-benar tersusul. Musa menjawab: Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabbku bersama-ku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (Asy Syu'ara : 61-62)Bila Anda bayangkan bahwa kisah tersebut terjadi di hadapan Anda, tidakkah Anda merasakan tsabat di dalam hati Anda?
4. Berdoa
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah selalu memohon kepadaNya agar diberi keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam firman Allah: "Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran : 250)Agar hati tetap teguh, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan doa berikut ini, "Wahai Dzat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu." (HR. At Tirmidzi)
5. Berdzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya dzikir ini, Allah memadukan antara dzikir dengan jihad sebagaimana dalam firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal : 45)
Dalam ayat tersebut Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Nabiyullah Yusuf Alaihis Salam pun memohon bantuan untuk mencapai tsabat dengan dzikrullah saat dirayu oleh seorang perempuan cantik yang mempunyai kedudukan tinggi. Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang beriman.Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Makalah ini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
6. Menempuh Jalan Lurus
Allah berfirman: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan- jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan).Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam termino-logi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.
7. Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam. Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecin-taan) kepada Allah serta untuk menghi-langkan kekeringan hati yang disebab-kan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid butayang tercela.
Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidi-kan untuk mempelajari siasat orang- orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.
8. Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih. Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba- hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.
9. Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicari-kan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah. Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
10. Dekat dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahima-hullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
11. Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman: "Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik diakherat. " (Ali Imran: 146-148)
12. Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah berfirman: "Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196) "Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55) "Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keiman-annya.
13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim)Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.14. Nasehat Orang ShalihNasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tirani. Bagaimana pula halnya dengan kita?
15. Merenungi Nikmatnya Surga
Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengemba-raan kaum muslimin. Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah SAW sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersa-barlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga." (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih) Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin.

Reengineering Imej Mahasiswa


Muqaddimah


Mahasiswa merupakan satu golongan yang mempunyai entiti penting dalam kelompok masyarakat dewasa kini yang perlu ditunjukkan halatuju yang jelas demi memastikan visi pembentukan sebagai golongan sofwatul muqtarah dalam masyarakat berjaya.Mahasiswa disignifikankan dengan golongan pemuda-pemudi yang terbukti sebagai harapan negara dan bangsa dimasa depan. Rasulullah saw didokongi oleh golongan syabab dalam menelusuri perjuangan dan mereka merupakan golongan intelligent yang berhati bersih dan berakhlak mulia. Seharusnya mahasiswa memerlukan imej tersendiri sebagai internal force masyarakat yang dipercayai masyarakat sebagai pewaris kepimpinan negara. Kata keramat Pak Soekarno sebagai refleksi kepada keteguhan jiwa pemuda adalah melalui ucapan masyhurnya: “Berikan aku 10 mahasiswa/pemuda yang benar tegar fisikal dan mindanya, akan kugegarkan dunia dengan pemuda-pemuda ini"


Faktor pendesak ‘re-engineering’ imej mahasiswa


• Kebejatan akhlak mahasiswa yang membimbangkan. Keruntuhan nilai moral dan akhlak tidak hanya menghantui belia yang tidak terpelajar tetapi turut terbelenggu kepada laman intelektual mahasiswa masa kini.

• Indoktrinisasi mahasiswa menjadi robot yang hanya di atur mantalitinya sebagai workers bukan sebagai ahli masyarakat yang bersosial dengan suasana sekeliling. Ianya menyebabkan universiti hanya menjadi pusat pembentukan pekerja yang tiada nilai sosial, nilai akhlak yang cetek dan tidak bertindak sebagai agen perubah masyarakat.

• Ketidakpercayaan masyarakat kepada mahasiswa sebagai jurubicara umat kerana ketandusan isu,idea dan kontang karisma kepimpinan menyebabkan masyarakat mula memandang enteng sumbangan yang bakal diberikan kepada masyarakat dan negara dimasa hadapan.

• Nilai adab dan tatasusila yang kian meruncing dikalangan mahasiswa terhadap lapisan masyarakat seperti pensyarah, ibubapa dan rakan taulan. Pengaruh hedonisme melampau memburukkan lagi proses pembentukan nilai berasaskan budaya ketimuran dan akhlak islamiyyah.


Keseimbangan IQ,EQ dan SQ


Peri pentingnya keseimbangan ketiga-tiga elemen kecerdasan manusia ini iaitu intellectual quotient (IQ), Emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ) adalah sebagai sumber penampilan imej yang seharusnya dominan dalam kehidupan golongan intelek (mahasiswa) kini. Apa itu IQ,EQ dan SQ?

• Intellectual quotient merujuk kepada kemampuan intelek,analisa, logik dan rasional. Contoh penggunaan IQ ialah dalam pengiraan matematik , 2+3=5.

• Emotional quotient merujuk kepada kemampuan mengesan emosi yang dirasai oleh diri sendiri dan orang lain.Contoh penggunaan EQ ialah memahami perasaan bosan apabila berkomunikasi,dapat mengawal perasaan dalam keadaan tertekan.

• Spiritual quotient merujuk kepada kemampuan memberi makna hakiki (ultimate meaning) kepada setiap tindakan dan pengalaman.Contohnya mengaitkan tuhan dengan amalan seharian (konsep ibadah).


Bagi mahasiswa, seharusnya ketiga-tiga elemen ini dapat diserap dengan penekanan dan pemusatan difokuskan kepada SQ yang bertindak sebagai tunjang kepada IQ dan EQ dalam hidup manusia khususnya pada golongan mahasiswa ini. Namun, mutakhir ini mahasiswa hanya mementingkan unsur IQ yang berjumlah 6% dalam proses pembentukan peribadi manusia sedangkan 94% EQ dan SQ diabaikan.Mereka hanya diuji IQnya melalui peperiksaan lantas menjadikan fokus pembelajaran mereka hanyalah untuk skor didalam peperiksaan,tidak lebih dari itu. Secara tidak langsung,tidak berlaku keseimbangan untuk IQ,EQ dan SQ dalam kehidupan kebanyakan mahasiswa mutaakhir ini. Kita melihat sebenarnya SQ yang menjadi pusat minda dan berkisar tentang hablummillah (hubungan dengan Allah) yang menjadi gesaan agama yang ada didunia supaya kembali kepada Tuhan. Tidakkah dengan mengingati Allah jiwa akan menjadi tenang? Disanalah tergabung jalinnya unsur IQ,EQ dan SQ ini. Lihatlah pada sejarah agung Salahudin Al-Ayubi yang dapat diambil ibrah dari kisahnya yang mengabungkan ketiga elemen ini. Kebijaksanaannya menyusun strategi perang adalah refleksi dari dari IQ yang strategis,sifat prihatin dan belas ehsan kepada musuh iaitu Raja Richard adalah dari emosinya dapat dikawal dengan baik (EQ) dan pertautan hatinya di malam hari bermunajat memohon pertolongan Allah adalah asas SQ yang cemerlang. Inilah resepi pejuang di jalan Allah sepanjang zaman.


Mahasiswa zikir dan fikir


Penyempurnaan ketiga elemen adalah bergantung kepada methodologi zikir dan fikir yang perlu diadun serentak kearah mahasiswa intelek beretika. Apakah zikir? Ia merujuk kepada membaca,memahami,dan mengambil iktibar serta ‘ibrah secara langsung dari ayat-ayat maqruah iaitulah Al-Quran. Manakala fikir difahami sebagai melihat,merenung,dan berfikir tentang ayat manzurah (alam dan ciptaan Allah). Mahasiswa fikir-zikir perlu dibentuk supaya mereka menjadi golongan yang matang siasah,bijak berstrategi tanpa melupakan pergantungan harap pada Khaliq.Inilah krisis yang menimpa mahasiswa dewasa kini,krisis identiti dan pembentukan jatidiri. Inilah formula ilmuan Islam yang tawazun antara tuntutan hablummillah wa hablumminannas.Tauhidullah menjadi asas yang membolehkan falsafah tarbiah islamiah dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang menunjukkan dengan ‘fikir’ manusia sebagai khalifah akan dipimpin oleh ‘zikir’nya sebagai hamba.Pengembalian mahasiswa kepada Islam melalui method zikir-fikir memungkinkan mahasiswa memfokuskan kembali falsafah asal penubuhan universiti sebagai medan cambahan minda dan pembentukan individu. Dengan zikir menjadikannya senantiasa tahu tujuan hidupnya iaitu ‘abid dan dengan fikir ia ingat tentang tujuan hidupnya sebagai khalifah. Firman Allah swt :


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ“

Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepadaKu” (Az-Zariyat:56)Juga telah berkata Imam Mawardi:Bangunkan agama dan bersiasahlah (tadbirlah) dunia dengannya.Kedua-duanya memerlukan elemen fikir dan zikir yang perlu digabungjalin untuk diaplikasikan dalam hidup mahasiswa kini.


Budaya Ilmu Yang Tawazun


Pembentukan mahasiswa zikir-fikir juga bergantung kepada content yang perlu difahami dalam bidang keilmuan.Keseimbangan didalam penguasaan ilmu iaitu ilmu wahyu (revealed knowledge) yang merujuk kepada pembangunan insaniah serta modal insan dan penguasaan ilmu aqliah (aqquired knowledge) yang merujuk pembangunan kemajuan (sistem hidup).Contoh terbaik individu seimbang dalam kedua-dua ilmu ini ialah Nabi Muhammad SAW. Kehebatannya dalam pelbagai bidang yang memerlukan kepakaran seperti peperangan, perniagaan, motivasi, kepimpinan,ilmu kekeluargaan dan sebagainya seimbang dengan ilmu wahyu ajaran Jibril as kepada baginda. Disebabkan faktor inilah Rasulullah saw diiktiraf di Barat (Micheal J.Hart) dalam bukunya ‘100 the most influented person in the world’ meletakkan Rasulullah saw berada diranking yang pertama. Pensegmentasian mengikut bidang kepakaran (specialist) tanpa dikukuhkan dengan tunjang utama iaitu agama menjadikan mahasiswa tumpul daya saing,kurang prihatin pada isu semasa dan tiada kesedaran sebagai pendakwah kepada masyarakat. Spesifikasi mereka hanya berlegar disekeliling bidang yang diceburi,tiada added value yang berjalan seiring memandu hala tuju hidup bakal graduan ini.Jurutera dengan dunia pembinaannya, doktor dengan dunia perubatannya, peguam dengan dunia kata-kata dan faktanya semata-mata. Isu protaz (profesional ustaz) atau ulama’ profesional perlu diperhalusi oleh institusi pendidikan dewasa kini.Ia dilihat sebagai satu peluang kita untuk memajukan negara yang dibarisi individu dan kelompok yang beretika dan berakhlak selaras dengan tuntutan Islam. Ikrar harian dalam solat perlulah difahami falsafahnya “Sesungguhnya solatku,ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah ,Tuhan semesta alam”, sebagai tanda taabudiyah kepadaNya dan sebagai motivasi harian manusia supaya tekun berusaha keranaNya.


Kesimpulan


Sesungguhnya elemen yang dibincangkan didalam kertas kerja ini,elemen 3 Quotient (IQ,EQ,SQ),konsep fikir-zikir dan keseimbangan ‘revealed-aqquired knowledge’ memerlukan praktikal dari semua pihak yang terlibat dalam misi pembentukan mahasiswa.Ia hanya akan bersifat terlalu idealistik jika ianya hanya dibincang tanpa diambil serius dan diimplementasi oleh pihak terlibat.Seharusnya pembentukan mahasiswa yang menjadi aset masyarakat haruslah digerakkan oleh mahasiswa yang berkesedaran dan faham tentang halatuju sebenar institusi tinggi dinegara kita.Ianya memerlukan tenaga bersama (kolaborasi) antara mahasiswa supaya bergerak didalam satu barisan (jamaah/team) untuk mengangkat kembali martabat tenaga mahasiswa yang disanjungi satu ketika dahulu.Ini kerana tenaga kolektif membawa keberkatan dan kemenangan.Ayuh bangun mahasiswa!


Ahmad Asyraf Shari : Sumber : http:ulumcordova.blogspot.com

Tuesday, December 4, 2007

"SERUAN AKSI SAMBUT HARI INTIFADHOH SE-DUNIA"

As. Wahai...Seluruh Manusia, Saudara-ku seiman, Sesama kader dakwah kampus, Sesama kader KAMMI. Mari bersama hadirkan kepedulian kita dengan hadir
"Aksi Peduli Palestina"
Jum'at 7 Desember 2007 Pukul 08.00 di Timbang Indralaya Ogan Ilir.
Kehadiran adalah Kepedulian
Wassalam

Palestina, Permasalahan yang Tidak Akan Pernah Mati


Oleh : DR. Muhammad Mahdi Akif


Segala puji hanya miliki Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah SAW dan orang-orang yang mendukungnya…


Permasalahan Palestina dalam sejarahnya yang panjang hingga saat ini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan dalam pandangan musuh - Arab dan kaum muslimin - saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan perang yang sesungguhnya guna menyelesaikan permasalahan dan mendapatkan kekuasaan baru serta mengakhiri mimpi jutaan para pengungsi untuk kembali ke negeri mereka, yaitu dengan memberikan warga - yang tidak memiliki hak - untuk menempati dan tinggal di daerah jajahan, mereka menghalalkan segala cara dalam menumpahkan darah, melecehkan kehormatan dan merampas harta setelah terlebih dahulu menguasai tanah dan Al-Quds.


Sebenarnya permasalahan Palestina bukanlah milik perseorangan dan bukan pula milik satu lembaga dan kelompok, dan bukan milik satu pemerintahan – walaupun ada yang mengklaim demikian - sehingga berhak mengabaikan hak-hak warga yang disyariatkan bagi bangsa dan rakyat Palestina.


Namun sesungguhnya permasalahan Palestina merupakan permasalahan umat. Bangsa Arab dan umat Islam di seluruh dunia, jika sebagiannya diabaikan oleh karena semangat yang lemah, pengecut dan putus asa menyebabkan terkungkungnya jiwa-jiwa dari waktu ke waktu yang pada akhirnya mengalami kekalahan, karena umat cepat atau lambat akan melakukan perlawanan (intifadhoh), rakyat Palestina akan segera bangkit guna menggagalkan proyek-proyek perdamaian dan persamaan hak yang dilakukan oleh para pemimpin masing-masing, seperti yang terjadi sebelumnya terhadap proyek jual beli bangsa Palestina oleh musuh Zionis, sehingga rakyat Palestina hanya seperti ular di tengah berjuta manusia dari umat Islam, permasalahan yang tidak akan pernah surut; sehingga rakyat Palestina mendapatkan kembali hak-hak mereka yang sah, mendapatkan kembali bumi mereka yang telah dirampas, mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan bumi yang disucikan umat Islam dan umat Kristen dari tangan-tangan kotor dan dzalim.


Bagi mereka yang memiliki mata jernih dan akal yang cerdas akan mengetahui bahwa muktamar “Anapolis” yang akan datang – yang belum ditentukan waktunya, tidak memiliki agenda dan program-programnya yang jelas, bahkan tidak ada arahan yang jelas pada undangan tersebut – tidak akan menghasilkan apa-apa untuk kemaslahatan rakyat Palestina, dan tidak mampu mewujudkan cita-cita mereka, namun bisa jadi rakyat Palestina akan terus menghadapi sendiri koalisi strategi dan kuat antara Zionis dan pemerintah Amerika yang selalu merestui tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Zionis, dari sini akan ada nantinya tekanan yang kuat terhadap rakyat Palestina untuk menyampaikan proposal menuntut untuk mendapatkan kembali hak bumi Al-Quds dan bumi Palestina, tanpa menghasilkan apapun, kenapa harus menghadiri? Untuk kemaslahatan apa keikutsertaan muktamar?!!


Seruan untuk mengadakan muktamar lahir atas keinginan Amerika untuk kembali menata lokasi dan melakukan perang baru yang berkepanjangan, perang terhadap Islam dan Arab yang menghalangi dan membangkang strategi baru di bumi Palestina, Lebanon dan Iraq, perang tersebut hanya untuk kepentingan Zionis. Padahal mereka bersikeras menjaga stabilitas dan meningkatkan strategi, menentang setiap seruan dari para pemerintah Arab, sekutu Amerika dan Negara-negara yang berada di lokasi. Jadi kenapa harus selalu mengekor pada konsep Zionis Amerika, padahal hal tersebut dapat melemahkan diri kita dan memberikan peluang besar terhadap kepentingan musuh?!!


Bahwa yang diinginkan warga Palestina dan Arab saat ini adalah persatuan Palestina, persatuan Arab, dialog yang sungguh-sungguh dan ikhlas; untuk melakukan strategi baru menuntaskan hak-hak Palestina yang sah, setelah mengalami kegagalan usaha perdamaian, dan menemui jalan buntu, meghilangkan keraguan dan merealisasikan cita-cita dengan cara adil dan seimbang.
Arab dan umat Islam memiliki banyak bukti sehingga dengannya mereka mampu menekan untuk; pertama, menghentikan arah penguasaan, kedua, penelaahan kembali agenda tahun-tahun sebelumnya sehingga mencapai gambaran real untuk mendukung perlawanan rakyat Palestina, persatuan Negara dalam menghadapi serangan Zionis dan menghadapi blockade Amerika yang buta terhadap musuh Zionis.


Gambaran yang jelas saat ini, munculnya suara-suara yang menginginkan penyelesaian dari berbagai sisi – sampai mereka yang baru memulai perdamaian - memperingatkan dari terperosok pada musyarakah (partisipasi) pada muktamar “Anapolis”, dan menyeru untuk tidak pergi kesana. Sementara itu, Zionis mengumumkan bahwa agenda muktamar adalah keamanan dan menjaga stabilitas yang akan direalisasikan sesuai dengan kepentingan rakyat Palestina dari yang lainnya. Padahal tidak ada perundingan yang sunguh-sungguh sehingga menjadi solusi akhir, tidak ada agenda perundingan yang jelas yang dapat direalisasikan, dan tidak ada proposal yang hakiki yang sempurna yang akan diajukan untuk kemaslahatan rakyat Palestina, sementara Amerika mengumumkan dukungan mereka pada syarat-syarat Zionis, bahwa mereka tidak akan menerima usulan lain kecuali kehadiran pada muktamar, dan akan meninggalkan rakyat Palestina menghadapi terkaman serigala Zionis tanpa dukungan sedikitpun dari Arab atau Islam, dan tanpa dukungan pemerintah. Dan dalam hal pembagian bumi Palestina yang di dalamnya menyebabkan seorang tentara Amerika Dayton yang masih menumpahkan minyak di tengah api; agar terus terjadi pemisahan warga Palestina. Apakah kita akan berdiam diri dan menutup mata sementara mata kita bisa dibuka?! Apakah kita akan menyerah di hadapan musuh-musuh kita, akankah kita akan terus tertidur sehingga menambah lebarnya luka, menghancurkan cita-cita persatuan dan dialog rakyat Palestina untuk mengembalikan persatuan negeri Palestina?!!


Kita akan terus mengulang seruan ini, kepada warga Palestina yang ikhlas, warga Arab dan umat Islam, bangsa dan para pemimpinnya, dan kepada seluruh lembaga-lembaga umat, kekuatan yang masih berdenyut dalam urat nadi kehidupan, meninggikan suara guna memberikan peringatan dari mengikuti acara muktamar yang tidak jelas, menyeru untuk mengajak rakyat Palestina dan warga Arab, agar tidak mau tunduk terhadap undang-undang apapun, membatalkan segala perjanjian yang disodorkan yang mengenyampingkan dan merendahkan hak-hak warga Palestina yang berhak untuk kembali ke negeri mereka, kemerdekaan Quds dan masjid Al-Aqsho, mengembalikan bumi Palestina dan menghentikan secara bersama-sama agenda dan rencana yang disampaikan untuk bersepakat dengan musuh Zionis atas bangsa Palestina dan hak-haknya yang sah.


Kita berjanji kepada Allah untuk menaungi dan menepati janji demi kemaslahatan warga Palestina, permasalahan Arab dan Palestina. Berkorban dengan harta dan jiwa guna mengembalikan hak-hak kita yang telah dirampas, bekerja demi persatuan dan kesatuan shaf bangsa Palestina; melalui dialog yang jernih, berjihad agar umat mampu bangkit melalui kewajiban syar’inya, baik para pejabat dan rakyat; memberikan seluruh hak warga Palestina yang sah dan menghentikan segala penghalang terhadap usaha kesepatakan bersama musuh.


Qadhiyah Palestina akan terus hidup dalam jiwa kita dan tidak akan mati, dan hak warga Palestina akan kembali walau dengan pengorbanan anak-anak Palestina yang tidak berdosa, dan kelak akan mendapatkan kemerdekaan walau dengan darah para syuhada yang teguh berjihad, adapun setiap makar yang ditujukan pada Palestina niscaya akan hancur sehancur-hancurnya.
Dari Abi Umamah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Akan muncul sekelompok dari umatku yang tegas, tegas terhadap musuh mereka dan tidak gentar terhadap orang yang berbeda dengan mereka kecuali ada musibah yang menimpa mereka sehingga datang keputusan Allah sementara mereka masih dalam kondisi demikian”. Mereka berkata: Wahai Rasulullah SAW, di manakah mereka berada?! Beliau bersabda : “Di Baitul Maqdis, dan di tengah Baitul Maqdis”.
Shalawat dan salam atas pemimpin kita Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat, dan al-hamdulillahirabbil ‘alamin.

Sunday, December 2, 2007

Prediksi Munculnya Segitiga Kekuatan Politik Jawa Barat


Oleh : M. HUSIN AL-BANJARI

RENTANG 2005-2008 Jawa Barat akan menggelar sebanyak 26 pilkada kabupaten/kota dan satu pilkada provinsi. Pertanyaannya adalah partai-partai mana saja akan memenangkan pertarungan itu dan bagaimana kira-kira komposisinya?

Golkar, PDIP, dan PKS adalah tiga partai yang dianggap sebagai jawaban atas pertanyaan itu. Komposisi ini setidaknya telah diprediksi oleh majalah Van Zorge Heffernan. Lalu bagaimana tiga partai ini berebut pengaruh? Artikel ini mencoba membuka cakrawala politik Jawa Barat ke arah itu.
Dalam tatapan pertama, orang akan menghitung posisi strategis incumbent. Partai Golkar dan PDIP yang saat ini sudah eksis menjadi kepala daerah di beberapa kabupaten/kota, tentu akan berusaha mempertahankan posisinya.

Secara matematis, kemungkinan pememang pilkada dapat diperkirakan dari partai-partai yang unggul perolehan suaranya pada Pemilu Legislatif 2004. Misalnya, jika kita gunakan data perolehan suara DPRD provinsi Jawa Barat, maka dari 11 daerah pemilihan (DP) di Jawa Barat terdapat 6 partai politik yang masuk tiga besar. Sedangkan yang masuk ke dalam dua besar terdapat 4 partai, dan hanya 2 partai yang menjadi pemenang (nomor 1).

Hasil Pemilu 2004 menunjukkan, tiga partai secara kuantitatif menonjol yaitu Golkar, PDIP, dan PKS. Apakah benar tiga partai ini yang diprediksi akan mendominasi kemenangan pilkada-pilkada di Jawa Barat? Pilkada Kota Depok (26/6) dan Kabupaten Sukabumi (27/6) akan segera memberikan jawaban awal, apakah prediksi tersebut ada benarnya.

Segitiga kekuatan

Seperti disebutkan di awal, munculnya tiga kekuatan politik sebagaimana disebut di atas, bagi sebagian pengamat tentu tidaklah mengherankan. Bahkan enam tahun silam (tepatnya 23 April 1999) sebuah majalah internasional Van Zorge Heffernan menurunkan sketsa segitiga politik Indonesia dengan tema Indonesia's Political Map; Main Camps and Parties Relative Positions.
Menurut asumsi Van Zorge Heffernan, terdapat tiga pengelompokan kekuatan partai politik yang bisa digambarkan dalam sebuah segitiga, di mana posisi sudut adalah simpul ideologi dari kumpulan partai-partai tersebut. "Each of these parties are assumed to represent the purest definition of their respective camps," demikian ungkap Van Zorge.

Ketiga kelompok itu adalah grup penguasa (incumbents camp), grup nasionalis-sekular (secular-nationalists camp), dan grup Islam (Islamic camp). Letak partai dalam segitiga itu menunjukkan "posisi tawar ideologis" partai tersebut terhadap ketiga sudut magnet politik itu; makin dekat jaraknya, dianggap makin dekat pula platform ideologinya. Untuk mudahnya selanjutnya Indonesia's Political Map itu sebut saja "segitiga Van Zorge".

Jika segitiga Van Zorge enam tahun silam ini kita bandingkan dengan realitas politik Jawa Barat hari ini, tampaknya tidak mengalami perubahan berarti. Suatu ketepatan prediksi yang luar biasa!

Tampak jelas tiga partai menduduki posisi sudut segitiga Van Zorge, yaitu Golkar (waktu itu berkuasa), PDIP (waktu itu belum berkuasa), dan PK (waktu itu baru berdiri dan akan ikut pemilu). Menurut Van Zorge, PDI dan ABRI (meski bukan partai) secara ideologi dianggap serumpun dengan Golkar. Sementara PKP dan PKB dipersepsi dekat dengan PDIP. Sisanya PDR, PKU/PNU, PBB, PPP, dan PAN dianggap secara ideologis lebih bersaudara dengan PK (kini PKS).

Kalaulah Partai Demokrat (tahun 1999 belum ada) mau diletakkan dalam segitiga itu, maka posisinya akan berada di sudut Golkar, sebelah kiri ABRI. Artinya, Partai Demokrat dianggap serumpun dengan Golkar (atau ABRI) dan lebih dekat ke sudut PKS ketimbang sudut PDIP.

Hingga di sini muncul pertanyaan yang cukup mengganggu. Tentu saja kita amat memahami bagaimana Golkar dan PDIP (dua partai besar) menduduki posisi "terhormat" pada segitiga Van Zorge. Namun bagaimana bisa partai baru dan kecil seperti PK (yang waktu itu belum tahu jumlah pengikutnya berapa), harus berada pada posisi "terhormat" sejajar dengan Golkar dan PDIP?

Seperti diketahui, PK berada pada posisi representasi grup Islam. Van Zorge sendiri menyebut Partai Keadilan sebagai modernis-eksklusif (modernist-exclusivist). "

Posisi PKdalam Van Zorge itu menunjukkan eksistensi partai di mata dunia," ujar ideolog PKS Abu Ridho. Mantan Presiden B.J. Habibie pernah menyebut Partai Keadilan sebagai the real politics, karena menurutnya memiliki massa pendukung yang sadar. Selain soal ideologi, inilah barangkali alasan penguat mengapa PK ditempatkan oleh Van Zorge dalam posisi "terhormat" itu.

Selanjutnya jika pendekatan segitiga Van Zorge kita konfirmasi dengan realitas politik yang muncul dalam pilkada Depok (26/6) dan Sukabumi (27/6), maka dua kekuatan yang sama muncul berhadapan di dua tempat berbeda. Yaitu PKS dan Partai Golkar. Di Kota Depok PKS muncul bersama Nur Mahmudi Ismail dan Golkar bersama Badrul Kamal. Di Kabupaten Sukabumi, PKS hadir dengan Sukmawijaya dan Partai Golkar membawa Lukas Mulyana.
Mungkin ada pertanyaan, mengapa hanya dua partai itu yang muncul? Hingga tulisan ini dibuat, belum ada partai ketiga yang berani muncul. Menurut segitiga Van Zorge, seharusnya ada kekuatan ketiga yang turut bermain yaitu PDIP.

Skenario pertarungan

Memprediksi tarik-menarik segitiga kekuatan Golkar-PKS-PDIP, hemat penulis secara umum akan ada dua skenario pertarungan, yaitu "keras" dan "lunak". Untuk pertarungan "keras" tersedia dalam dua pilihan, yaitu PKS vs Golkar (+ PDIP), atau PKS vs PDIP (+ Golkar).

Dalam seting "keras" ini, akan sulit mencari format pilkada yang ketiganya (Golkar, PKS, dan PDIP) maju sekaligus. Mengapa? Karena jika itu yang terjadi, yang menang kemungkinan besar adalah PKS. Sebab suara PKS itu biasanya utuh, jika Golkar dan PDIP sama-sama maju, suara non-PKS akan terbelah dua, sebelah ke Golkar dan sebelah lagi ke PDIP, di sela-sela itulah PKS beroleh keuntungan. Dapat dikatakan, secara strategi bahwa segitiga Van Zorge itu jika utuh dalam sebuah pilkada, akan mematikan kedua-duanya (Golkar dan PDIP). Dalam perhitungan inilah, maka di Depok dan Sukabumi, baik Golkar maupun PDIP sama-sama menghindari "kubangan" segitiga Van Zorge yang berbahaya itu.

Memang akan menjadi tontonan menarik jika suatu ketika ada format lain pilkada dengan skenario pertarungan Golkar-PKS vs PDIP, atau PDIP-PKS vs Golkar. Sebut saja skenario baru ini dengan pertarungan "lunak". Dalam skenario ini, kartu penentunya ada pada PKS! Bayangan ke arah ini kian dekat jika pilkada Depok dimenangkan Nur Mahmudi, karena PKS akan menjadi daya tarik luar biasa bagi Golkar maupun PDIP.

Pada titik inilah pilkada Depok akan menjadi ukuran. Jika PKS menang, skenario pertarungan "lunak" akan banyak diminati Golkar maupun PDIP. Namun jika PKS kalah, pertarungan "keras" kiranya yang akan lebih disukai kedua partai tersebut.

Sebagai wacana mentah saja, saya pribadi melihat, misalnya Kota Banjar kiranya akan cocok dengan format Golkar-PKS vs PDIP, sebaliknya Kabupaten Kuningan dianggap akan pas dengan format PDIP-PKS vs Golkar. Untuk level provinsi, rasa-rasanya akan tampak "ideal" jika menggunakan format Golkar-PKS vs PDIP.

Dalam realisasinya di lapangan nanti, penulis memperkirakan akan ada beberapa daerah yang menempuh skenario pertarungan "keras", namun setengahnya lebih cenderung menggunakan skenario pertarungan "lunak". Namun seperti sudah diingatkan Kang Tjetje pada penulis, "Betapa pun matangnya perhitungan kita, politik bukanlah matematik. Bisa saja meleset!" Karenanya tidak tertutup kemungkinan, sesuatu terjadi di luar sekenario yang ada. Ini semua, sebagiannya bergantung pada komunikasi politik yang dibangun PKS sejak dini. Wallahu a'lam.***

Penulis alumnus Universitas Braunschweig Jerman; anggota Komisi A DPRD Jawa Barat.

Pilkada dan Masa Depan Partai Keadilan Sejahtera

Oleh HUSIN M. AL-BANJARI

HINGGA pertengahan Juli 2005 tercatat 34 calon dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menang dalam 200 lebih pemilihan langsung kepala daerah (pilkada) baik provinsi ataupun kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Hasil yang hampir mencapai angka 17 persen itu merupakan kader sendiri tanpa koalisi, ataupun PKS dengan koalisi partai lain. Sebuah angka kenaikan yang luar biasa jika dibandingkan dengan perolehan suara nasional PKS pada Pemilu 2004 yang hanya 7,3 persen. Di Jawa Barat sendiri PKS memenangkan 100 persen pada dua pilkada yang baru digelar, yaitu Kota Depok dan Kabupaten Sukabumi.

Dengan data-data awal ini, lalu orang mempertanyakan bagaimana kira-kira peta pilkada selanjutnya dan pengaruhnya terhadap masa depan PKS? Satu pertanyaan yang pada saat sama pasti mengundang pemikiran serius dari partai-partai lain menghadapi sepak terjang PKS yang disebut-sebut fenomenal ini.

Seperti diprediksi oleh para pakar jauh sebelumnya, bahwa peran partai tidak akan begitu signifikan dalam pemilihan langsung, sementara figur dianggap lebih dominan dalam memenangkan pertarungan. Sebuah asumsi yang benar-benar memberi keuntungan ganda bagi PKS, karena asumsi ini tidak sepenuhnya berlaku bagi PKS. Artinya, pertama konstituen utama PKS (primordial-kalkulatif -Eep) jumlahnya tidak berubah baik untuk pemilu maupun pilkada. PKS dikenal sebagai sebuah partai dengan konstituen cukup solid dan konsisten, lihat saja dari 200 lebih pilkada tidak satu pun figur yang diusung PKS mendapat suara lebih rendah dibanding perolehan suara PKS pada Pemilu 2004 di daerah tersebut. Maka dapat dikatakan angka Pemilu 2004 ini adalah perolehan minimal dalam pilkada (siapa pun yang dicalonkan PKS, bahkan untuk orang yang tidak dikenal sekalipun).

Kedua, dimungkinkan dengan adanya "partikel bebas" orang-orang yang tidak terikat terhadap partai-partai lain akan "melimpah" sebagiannya ke calon dari PKS. Malah saya sempat mendengar langsung dari beberapa orang politikus, bahwa dalam sebuah pilkada di daerahnya dirinya tidak mencoblos calon yang diusung oleh partainya karena alasan track record-nya yang dinilainya kurang baik. Jelaslah faktor rasionalitas terhadap figur bagi kalangan intelektual menjadi pertimbangan penting dalam menentukan pemimpin.

Di luar alasan-alasan itu, perlu dicatat bahwa konsistensi suara PKS antara pemilu dan pilkada bukanlah semata cermin militansi sebagaimana banyak disebut-sebut orang, karena jumlah suara militan PKS hanya dalam porsi yang sangat kecil (kader inti PKS pada saat Pemilu 2004 berjumlah sekira 350 ribu orang, khasnya partai kader saat ini pun tidak ada lonjakan yang luar biasa). Tetapi lebih karena alasan adanya kepercayaan atau "harapan baru" terhadap partai dakwah ini.

Sebagaimana hasil jajak pendapat yang digelar sebelum Pemilu 2004, PKS dianggap sebagai partai yang paling memberikan harapan. Sekadar membuka arsip, hasil survei Jawa Pos (3/12/2003) menempatkan PKS pada urutan tertinggi (31,4%) di mana responden meyakini PKS sebagai "partai yang masih layak dipercaya." Ditambah lagi waktu itu masyarakat pada umumnya tidak puas dengan kinerja pemerintah. Hasil polling Metro TV menunjukkan 62% responden menyatakan tidak puas terhadap prestasi partai-partai Pemilu 1999 (Media Indonesia, 9/12/2003).

Secara umum tampaknya perasaan masyarakat serupa ini masih ada hingga kini. Karenanya siapa pun figur yang diusung PKS dalam pilkada, tetap membuka alternatif dan menyimpan harapan untuk perubahan.

Tapi sejauh menyangkut kajian yang lebih strategis, sebenarnya peta pilkada sangat erat kaitannya dengan analisis penulis di Pikiran Rakyat sebelumnya (Prediksi Munculnya Tiga Kekuatan Politik Jawa Barat, 18 April 2005). Dalam tulisan itu di antaranya disebutkan, "Memprediksi tarik menarik segi tiga kekuatan Golkar-PKS-PDIP, hemat penulis, secara umum akan ada dua skenario pertarungan, yaitu keras dan lunak. Untuk pertarungan keras tersedia dalam dua pilihan, yaitu PKS vs Golkar (+ PDIP), atau PKS vs PDIP (+ Golkar)."

Dalam seting "keras" ini, akan sulit mencari format pilkada yang ketiganya (Golkar, PKS, dan PDIP) maju sekaligus. Mengapa? Karena jika itu yang terjadi, yang menang kemungkinan besar adalah PKS. Sebab suara PKS itu biasanya utuh, jika Golkar dan PDIP sama-sama maju, suara non-PKS akan terbelah dua, sebelah ke Golkar dan sebelah lagi ke PDIP, di sela-sela itulah PKS bisa beroleh keuntungan. Dapat dikatakan, secara strategi bahwa segi tiga Van Zorge itu jika utuh dalam sebuah pilkada, akan mematikan kedua-duanya (Golkar dan PDIP).

Beberapa hasilnya sudah sama-sama kita saksikan. Hasil pilkada baik di Kota Depok (26/6) maupun kabupaten Sukabumi (27/6), Golkar dan PDIP masing-masing mengajukan calon sendiri. Keduanya masuk ke dalam "kubangan" segi tiga Van Zorge yang mematikan itu, justru kandidat yang diusung PKS (sendiri ataupun koalisi) memperoleh kemenangan. Persis seperti prediksi tulisan itu!

Untuk skenario pertarungan ke depan, seperti sudah dikatakan artikel yang sama, "Memang akan menjadi tontonan menarik jika suatu ketika ada format lain pilkada dengan skenario pertarungan Golkar-PKS vs PDIP, atau PDIP-PKS vs Golkar. Sebut saja skenario baru ini dengan pertarungan lunak. Dalam skenario ini, kartu penentunya ada pada PKS! Bayangan ke arah ini kian dekat jika pilkada Depok dimenangkan Nur Mahmudi, karena PKS akan menjadi daya tarik luar biasa bagi Golkar maupun PDIP. Pada titik inilah pilkada Depok akan menjadi ukuran. Jika PKS menang, skenario pertarungan 'lunak' akan banyak diminati Golkar maupun PDIP. Namun jika PKS kalah, pertarungan 'keras' kiranya yang akan lebih disukai kedua partai tersebut."

Masih dalam artikel itu, wacana skenario pertarungan yang "diusulkan" untuk Kota Banjar, Kabupaten Kuningan, dan Provinsi Jawa Barat, dapat direnungkan lebih saksama khususnya oleh para pengambil kebijakan partai-partai di Jawa Barat. Kartu ini demikian terbukanya, tinggal bagaimana para politikus terkait mengartikulasikan dan menindaklanjutinya secara konkret.

Namun di atas segala argumen itu adalah takdir (kehendak) Allah SWT. Sebagai umat beriman, kita menyadari tidak ada kemenangan kecuali karena iradah-Nya. Salah satu takdir Allah itu adalah keberadaan aturan main tentang otonomi daerah yang memberikan iklim kondusif terhadap potensi dan eksistensi partai baru seperti halnya PKS. Salah satu berkah yang aktual misalnya adalah Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengamanatkan Tatacara Pemilihan Kepala Daerah dipilih secara langsung oleh rakyat, tidak lagi oleh DPRD.

Di sinilah celah sejarah itu terbuka! Berkat UU No. 32/2004 itu kader-kader PKS bisa ikut memasuki arena pemilihan kepala daerah. Jika saja menggunakan cara lama (dipilih oleh DPRD), "dipastikan" PKS akan kesulitan memperoleh barang satu pun posisi kepala daerah. Belajar dari Kota Depok atau DKI Jakarta, di mana jumlah anggota legislatif PKS paling banyak, namun tidak mampu meraih Ketua DPRD. Ini mudah dimaklumi karena selain PKS sebagai pemain yang baru belajar, kemampuan lobi yang rata-rata masih rendah, juga soal sulitnya melawan budaya politik uang. Bahkan jika saja tidak ada "jatah" sesuai amanat PP No. 25/2004, mungkin akan sedikit sekali kader PKS yang bisa menduduki Wakil Ketua DPRD meskipun secara kuantitas di dewan PKS masuk ke dalam tiga besar. Jadi, amat nyata PKS diuntungkan oleh sistem hukum yang ada.

Terakhir, menyangkut tema pilkada dan pengaruhnya terhadap masa depan PKS. Sebagai salah satu ilustrasi saja, kaitan ini kita dekati dengan teori pemasaran, yaitu ada istilah positioning yang didefinisikan oleh MarkPlus sebagai "persepsi yang ingin dibangun di benak konsumen." Misalnya mobil VW yang merupakan singkatan dari Volkswagen = "kendaraan rakyat." Dari namanya saja sudah terbaca apa yang diinginkan oleh pabrik tentang produk itu di benak konsumen. Ujung-ujungnya yang dapat dicapai dengan menerapkan strategi positioning (mind share) adalah terbentuknya brand image (heart share). Contoh konkretnya, "ingat mobil ya Kijang", "ingat motor ya Honda".

Ada asumsi semakin sering sebuah produk ditayangkan iklan di TV, kian besar peluang positioning-nya. Begitu juga dengan pilkada. Ketika sebuah partai selalu ikut (secara cukup dominan) dalam setiap pilkada yang digelar, maka semakin tinggi nilai publisitasnya. Pemberitaan koran dan media elektornik (radio, TV) akan menjadi semacam "iklan gratis" bagi partai tersebut. Penyebutan nama suatu partai secara berulang dan intensif akan membuat positioning partai tersebut naik. Bahkan tidak penting, kalah ataupun menang! Lama-lama bisa tertanam image, ada pilkada ada PKS!

Jika rentang pilkada ke pilkada kita tarik garis lebih jauh ke depan, kesertaan PKS dalam setiap pilkada adalah sebentuk deretan kampanye yang terus-menerus tiap bulan, pekan, bahkan hari hingga tahun 2008. Sehingga secara ekstrem dapat dikatakan untuk Pemilu 2009 PKS tidak membutuhkan energi besar untuk berkampanye lagi. Tinggal memetik hasil kerja maratonnya!
Sisi yang lain yang lebih menarik adalah bahwa rencengan pilkada dapat dicerna sebagai pertadingan ekshibisi menjelang pertarungan akbar sesungguhnya, yaitu Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009. Sebagaimana dalam olah raga, semakin banyak sebuah tim melakukan pertandingan ekshibisi, makin mahir dan makin besar kepercayaan dirinya sehingga semakin besar pula peluangnya meraih kemenangan dalam even-even kejuaraan besar.

Peluang ke arah itu akan semakin nyata jika di beberapa daerah, seperti halnya kota Depok, sebagaimana dicanangkan oleh PKS benar-benar dapat menjadi the city on the hill (kota di atas bukit), sebuah model pemerintahan percontohan yang tampak keistimewaannya dari semua arah.***

Penulis, alumni Univ. Braunschweig, Jerman 1993; sekretaris Dewan Syariah PKS Jawa Barat.

STRATEGI PERANG SUN TZU DALAM KONTEKS PEMASARAN PERBANKAN SYARI’AH

ABSTRAK

Pasar perbankan syari’ah semakin kompetitif. Kebijakan Office Chanelling menjadi salah sumbu pemicu. Strategi pemasaran yang terfokus pada sudut pandang tradisional, yang hanya melihat pasar dari segi demografis berupa agama, menuntut inovasi strategi. Strategi Perang Sun Tzu adalah salah satu upaya untuk mampu merebut pasar yang semakin rasional. Strategi ini diharapkan akan mampu membantu bank syari’ah untuk dapat menciptakan strategi dan taktik pemasaran untuk memenangkan ketatnya kompetisi perbankan Indonesia.

Kata Kunci : Kompetitif, office chanelling, strategi pemasaran, strategi Sun Tzu

PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi dan bisnis berbasis syari’ah makin marak beberapa tahun terakhir. Laju pertumbuhan itu kembali mendapat angin segar dengan keluarnya Fatwa Majelis Ulama Indonesia akhir tahun 2003 yang mengharamkan beragam jenis transaksi berbasis bunga, baik di lingkungan perbankan, asuransi maupun transaksi bisnis lain.

Pemicu laju perkembangan bisnis syari’ah di sektor riil, tidak bisa dipungkiri karena munculnya perbankan syari’ah. Menurut data Direktorat Perbankan Syari’ah Bank Indonesia sampai dengan September 2005, pemain dalam industri perbankan syari’ah terdiri dari tiga Bank Umum Syari’ah, dan 17 Unit Usaha Syari’ah serta 92 Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah. Bank Indonesia memprediksi bahwa pada akhir 2006, pangsa pasar perbankan syari’ah terhadap total perbankan nasional mencapai 2,79 %[1]. Mungkinkah target 5 %, seperti tercantum dalam cetak biru (blue-print) pengembangan perbankan syari’ah dari Bank Indonesia dapat tercapai.

Berdasarkan riset Karim Bussiness Consulting diproyeksikan tahun 2005 menjadi tahun terakhir pertumbuhan perbankan syari’ah secara anorganik. Setelah tahun itu, pertumbuhan bank syari’ah mulai mengarah pada pertumbuhan organik yakni memperbesar aset dan jaringan. Hal ini berarti perbankan syari’ah harus mulai mereview fokus pasarnya. Jika sebelum tahun 2005, pasar perbankan syari’ah terfokus pada pasar emosional (emotional market), maka pasca tahun 2005 perbankan syari’ah harus mulai menyiapkan strategi pemasaran untuk merebut pangsa pasar rasional (rational market). Paling tidak perbankan syari’ah harus menjadikan émotional market sebagai basis pasar utama, dengan terus memperkokoh posisinya di emotional market dengan memperkuat “warna Islam”.

Marketing memang identik dengan peperangan. Keberhasilan strategi militer mengilhami konsep-konsep yang melahirkan suksesnya pemasaran. Karenanya, beberapa “jurus” Sun Tzu sangat relevan diterapkan dalam dunia pemasaran. Strategi ini aslinya merupakan strategi perang militer dinasti Cina klasik, tetapi kemudian diadopsi kedalam strategi pemasaran modern. Strategi Sun Tzu ini telah teruji dan dipakai oleh banyak perusahaan dalam memasarkan produk mereka, yang ternyata banyak meraih keberhasilan. Mungkinkah Strategi Sun Tzu sesuai diterapkan dalam strategi pemasaran bank syari’ah ?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif (descriptive research) dengan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini merupakan jenis data primer dan sekunder. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data studi pustaka (library reseach)..
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif. Dari data-data yang diperoleh kemudian disusun berdasarkan aturan dan analisis sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang ada. Dengan metode ini, peneliti ingin mengungkap relevansi strategi perang Sun Tzu dalam memasarkan produk perbankan syari’ah.

APLIKASI STRATEGI PERANG SUN TZU

Ajaran Sun Tzu tidak hanya dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah militer, tetapi juga dipergunakan di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, politik, corporate strategy, human resource, finance, bahkan sampai dipakai sebagai cara untuk mendidik anak juga.[2]

Aplikasi Strategi Sun Tzu pada Pemasaran Produk Bank Syari’ah

Sun Tzu mengatakan bahwa dalam hasil setiap peperangan selalu ditentukan oleh lima faktor konstan, yaitu:[3]
a. Hukum moral (loyalitas atau komitmen) para prajurit yang siap mati.
b.Langit yang menunjukkan keadaan alam yang tidak bisa diubah, seperti siang-malam, panas- dingin.
c. Bumi yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, keadaan medan pertempuran yang dihadapi, kemungkinan hasil peperangan.
d. Pimpinan sebagai simbol karakter dan sifat dari teladan yang baik.
e. Metode dan Disiplin yang perlu dipahami dalam menyususun strategi perang dan konsekuensi dari pelaksanaan strategi tersebut.

Pihak yang paling menguasai faktor perang di atas, akan berhasil memenangkan pertempuran dengan mudah. Bank syari’ah dapat menggunakan strategi perang Sun Tzu sebagai strategi pemasaran produk mereka. Strategi Sun Tzu dapat digunakan dalam sistem pemasaran bank syari’ah secara komprehensif. Dalam memasarkan produknya, bank syari’ah menghadapi dunia persaingan, yang dapat diibaratkan sebagai sebuah pertempuran. Berdasarkan ajaran Sun Tzu, maka bank syari’ah harus menguasai faktor perang agar dapat memenangkan persaingan itu. Penguasaan faktor perang itu oleh bank syari’ah dalam persaingan pemasaran dengan menggunakan beberapa dari 13 langkah jurus perang Sun Tzu[4].

1. Menang Tanpa Bertempur

Sun Tzu mengatakan, “Dalam perang, strategi terbaik adalah merebut suatu negara secara utuh. Memperoleh 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah suatu keahlian. Namun menaklukan musuh tanpa bertempur, itu baru keahlian.” Karena tujuan pemasaran Bank syari’ah adalah survive dan meraih untung, maka bank syari’ah harus merebut pasar. Hal ini mesti dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga pasar tidak hancur dalam prosesnya. Hal ini tentu saja sesuai dengan etika persaingan dan ekonomi Islam. Sun Tzu menyebutnya sebagai “menang tanpa bertempur”.

Bank syari’ah bisa melakukan "menang tanpa bertempur" dengan beberapa cara, seperti menyerang bagian pasar yang selama ini terlayani oleh produk bank syari’ah maupun lembaga keuangan lain. Dalam hal ini bank syari’ah bisa melakukannya dengan penyediaan pembiayaan bagi para pengusaha kecil yang selama ini belum banyak tersentuh oleh bank syari’ah. Bank syari’ah juga bisa menggarap pasar mengambang (floating market) yang mempunyai potensi sangat besar. Pasar mengambang ini terdiri dari para nasabah rasional, bukan nasabah loyalis syariah. Bank syari’ah dapat memperkenalkan keunggulan return yang kompetitif dari sistem bagi hasil yang berprinsip keadilan. Return yang kompetitif ini tentu dapat menarik nasabah yang berpikir rasional dan mengharap keuntungan yang tinggi. Dengan begitu bank syari’ah akan memperoleh pangsa pasar yang lebih besar tidak hanya nasabah loyalis syariah saja.

2. Hindari Kekuatan Lawan dan Serang Kelemahannya

Sun Tzu mengarahkan kita fokus pada kelemahan kompetitor, yang bakal memaksimalkan profit karena dapat meminimalkan sumber daya yang digunakan. “Pasukan itu ibarat air. Agar bisa mengalir, dia harus menghindari tempat tinggi dan mencari tempat rendah. Makanya, hindarilah kekuatan dan seranglah kelemahan lawan,” demikianlah petuah Sun Tzu. Dalam pemasaran, lokasi strategis sangat menentukan bagi penigkatan laba. Pemilihan lokasi pendirian bank syari’ah haruslah disesuaikan dengan potensi pasar (medan perang) yang akan menjadi fokus garapannya. Banyak pemasaran bank syari’ah yang familiar dengan teknik analisis SWOT sebagai cara untuk menganalisa situasi bank syari’ah. Kebanyakan strategi pemasaran sudah menggunakan secara implisit, namun tidak begitu sempurna karena kurang eksplisit. Bank syari’ah sebaiknya menggunakan strategi “flanking” (menyerang sisi) terhadap pesaing lewat diferensiasi, perluasan atau membentuk kembali kebutuhan nasabah. Serangan bisa juga dilakukan ketika pesaing tak menduganya sama sekali.

Kelemahan bank syari’ah adalah pada sisi modal atau aset, sehingga bank syari’ah harus menghindari persaingan harga secara terbuka. Bank syari’ah tidak perlu terpancing dengan pergerakan suku bunga konvensional dalam menentukan nisbah bagi hasilnya. Selain tidak sehat dari aspek syariah, persaingan ini juga kan membahayakan kelangsungan aset bank syari’ah Sebaliknya, bank syari’ah harus menyerang kelemahan pesaing dari aspek syariah yaitu, bunga yang ribawi. Dengan kelemahan itu, bank syari’ah dapat terus menerus mempersoalkan hukum bunga yang eksploitatif tersebut. Caranya dapat melalui sosialisasi fatwa MUI tentang keharaman bunga atau dengan mengadakan kampanye anti bunga. Disamping itu, bank syari’ah juga harus menonjolkan kekuatannya pada sistem bagi hasil yang lebih syar'i.

Penyerangan sisi oleh bank syari’ah, yaitu dengan cara terus membedakan diri dengan pesaing, yaitu mengenai:
a. Konsep pengelolaan berdasarkan syariah yang bebas riba.
b. Pengelola berperilaku dan berkomunikasi agamis serta banyak para marketer bank syari’ah yang mempunyai hubungan yang sangat dekat secara psikologis dengan para nasabahnya[5].
c. Mengadakan pengajian rutin antar nasabah, pengelola, dan pengurus sebagai media promosi yang tepat.
d. Mengembangkan pola pembinaan dan pendampingan dengan membentuk kelompok-kelompok binaan. Beberapa bank syari’ah menggunkan sistem tanggung renteng, yakni pembiayaan secara kelompok sehingga pembiayaan yang macet bisa ditanggulangi.
Kondisi perekonomian seperti sekarang tentu membuat jalannya dunia usaha agak lambat, bank syari’ah harus mampu memotivasi nasabahnya agar bangkit, sehingga nasabah tersebut membutuhkan pembiayaan. Motivasi ini merupakan cara untuk menciptakan kebutuhan baru sebagai salah satu upaya penyeragan sisi. Hal ini tidak akan disadari dan diduga sebelumnya oleh pesaing.

3. Gunakan Pengetahuan dan Tipuan

Inilah petuah Sun Tzu yang sangat terkenal: “Kenalilah musuhmu dan kenalilah dirimu, niscaya Anda akan berjaya dalam ratusan pertempuran.” Agar bisa tahu dan mengeksploitasi kelemahan pesaing, butuh pemahaman mendalam tentang strategi, kapabilitas, pemikiran, dan hasrat para pemimpinnya; seperti juga pengetahuan yang dalam atas kekuatan dan kelemahan bank syari’ah. Penting juga untuk mengerti keseluruhan persaingan serta tren yang terjadi di sekeliling. Dengan demikian bank syari’ah memiliki feeling atas medan persaingan tempat di mana bank syari’ah akan bertempur. Sebaliknya, untuk menjaga agar kompetitor tidak memakai strategi yang sama melawan bank syari’ah, penting kiranya untuk menutupi dan merahasiakan rencana tersebut.

Dalam mengenali diri sendiri, bank syari’ah harus mempunyai percaya diri yang tinggi dan tidak mudah menyerah dalam persaingan. Sebaliknya bank syari’ah tidak boleh sombong, ketika meraih kesuksesan. Kesombongan itu akan mengaburkan bank syari’ah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Pengenalan pesaing diharapkan dapat membantu untuk menentukan strategi yang dipakai menyerang kelemahan pesaing. Untuk mengenal medan atau pasar diperlukan pengalaman di lapangan. Dengan mengenal medan, bank syari’ah akan mampu terus berinovasi dan menciptakan momentum. Pengenalan ini tentu memerlukan data informasi dari sebuah tim Research and Development yang handal. Oleh karena itu bank syari’ah memerlukan sebuah departemen Penelitian dan Pengembangan yang terus menerus bekerja di belakang layar.“Suatu perhitungan akan membuahkan hasil kemenangan bila kita mempunyai informasi yang tepat waktu, relevan, dan akurat,” begitulah pendapat Sun Tzu. Oleh karena itu, bank syari’ah harus memaksimalkan kekuatan dalam mengumpulkan informasi yang penting. Penggunaan intelejen pasar (spy) yang jitu akan meningkatkan pengetahuan untuk menyerang pasar dan mendiferensiasikan diri dalam mind share pelanggan. Pemasar bank syari’ah juga tidak bisa mengabaikan gerakan pesaing, lebih-lebih lagi tidak bisa mengabaikan kebutuhan nasabah. Di dunia pemasaran, bank syari’ah mesti mengenal siapa nasabahnya, mengenal siapa pesaingnya, dan mengenal diri bank syari’ah sendiri untuk dapat merebut kemenangan.

Bank syari’ah tidak boleh hanya mengandalkan informasi yang tersedia di publik atau pasar. Produk bank syari’ah yang bagus saja tidak cukup menjamin untuk memenangkan persaingan, tetapi diperlukan sebuah informasi tentang manuver pesaing melalui penggunaan intelejen pasar (spy) yang sesuai dengan etika persaingan bisnis dan ajaran Islam. Dengan informasi dari mata-mata (marketer), Bank syari’ah bisa menentukan strategi pemasaran yang cerdik, tanpa menimbulkan konflik dan dengan biaya yang sehemat mungkin. Dengan informasi ini, bank syari’ah tidak akan melakukan kesalahan dan kecolongan oleh manuver pesaing yang sebenarnya tidak perlu ditanggapi disamping itu pula dengan penguasaan informasi bank syari’ah diharapkan bisa menerapkan strategi yang lebih jitu dan menjalankan strategi tersebut secara efektif dan efisien.

Disamping itu bank syari’ah yang mempunyai informasi yang lengkap dapat mendahului pesaing dalam melakukan manuver-manuver mengecoh perhatian pesaing, sehingga pesaing akan kecolongan dan tidak menyadari strategi bank syari’ah. Bank syari’ah harus menyembuyikan strategi yang akan digunakan dalam persaingan sehingga pesaing akan kesulitan dalam meramalkan gerak kita. Dengan begitu bank syari’ah dapat mengalihkan perhatian pesaing dan membuat mereka kewalahan dan kebingungan dalam menghadapi strategi bank syari’ah.

4. Kecepatan dan Persiapan

Pemasaran bank syari’ah harus bergerak cepat untuk dapat menguasai persaingan. Agar bisa menggunakan pengetahuan dan tipuan secara penuh, Sun Tzu menyatakan bahwa kita harus mampu bertindak dengan kecepatan tinggi. “Bersandar apa adanya tanpa persiapan merupakan kejahatan terbesar, persiapan terhadap kemungkinan yang muncul adalah kebijakan terbesar”. Bergerak dengan cepat bukan berarti mengerjakan secara tergesa-gesa. Kenyataannya, kecepatan butuh persiapan matang. Mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan, mengembangkan produk, dan layanan nasabah adalah hal utama. Memahami reaksi kompetitor potensial terhadap serangan kita merupakan hal yang juga penting.

Timing dan kecepatan sangat krusial dalam persaingan lembaga keuangan Kemampuan membaca pasar dan meluncurkan produk secara cepat, biasanya merupakan langkah utama dalam meraih mind share dan market share. Kecepatan ini mesti dilakukan lewat persiapan yang matang dan membangun struktur tertentu yang cerdas, prospektif, dan adaptif. Dalam meluncurkan produk baru, bank syari'ah harus mempunyai kecepatan dibandingkan pesaing. Kecepatan itu juga harus diimbangi dengan persiapan yang matang atas segala kemungkinan, sehingga bank syari'ah akan siap dalam menhadapi segala resiko yang ditimbulkan dan produk yang diluncurkan itu tidak menjadi bumerang di kemudian hari.

Nasabah bank syari'ah yang sebagian besar pedagang kecil membutuhkan dana pembiayaan yang dengan mudah dan cepat cair. Bank syari'ah harus mampu melakukan pelayanan itu secara cepat, dalam hal ini bank syari'ah bisa membentuk kelompok-kelompok dalam pasar sehingga waktu untuk menarik dan menyalurkan pada nasabah bisa dilakukan dengan waktu yang singkat dengan biaya yang lebih sedikit Namun demikian, bank syari'ah harus tetap memperhatikan prinsip kehati-kehatian dalam memberikan pembiayaan. Kepercayan dan kemitraan dengan nasabah merupakan senjata ampuh dalam menerapkan jurus Sun Tzu ini.

Sun Tzu juga mengatakan "bahwa pasukan yang datang terlebih dahulu akan memproleh kemenagan yang lebih besar dibanding dengan pasukan yang datang tergesa-gesa", dalam hal ini pemasar lapangan bank syari'ah ibarat pasukan yang harus mempunyai mobilitas dan kecepatan membaca peluang pasar karena pemasar lapanganlah yang langsung berhadapan dengan para nasabah.

5. Membentuk Lawan

“Mereka yang ahli adalah mereka yang menggiring lawan menuju medan pertempuran dan bukan sebaliknya,” kata Sun Tzu. Membentuk medan persaingan berarti mengubah aturan kontes (rules of contest), membuat persaingan sesuai dengan keinginan bank syari'ah . Maka dari itu, kendali situasi harus berada dalam genggaman bank syari'ah , bukan pesaing. Salah satu cara melakukan strategi ini ialah melalui penggunaan aliansi. Dengan membangun jaringan aliansi, pergerakan kompetitor dapat dibatasi. Demikian pula, dengan mengontrol titik-titik strategis dalam industri, kita bakal sanggup membuat pesaing menari sesuai irama yang kita tentukan.

Sekarang co-marketing dan co-branding populer digunakan untuk menaikkan marketing relationship, pelengkap produk dan pengalaman yang lain. Menurut Sun Tzu, membangun jaringan aliansi yang kuat merupakan cara untuk membendung gerakan aktraktif lawan. Daripada merger dan akuisisi, aliansi mudah dibentuk dan mudah pula bubar. Ini mengurangi resiko investasi serta memberikan respon pasar dan persaingan yang cepat. Setiap marketing plan yang strategis mesti melibatkan identifikasi, analisis, dan evaluasi dari aliansi potensial untuk mengendalikan medan persaingan. Namun, sebelum membentuk aliansi, perlu dikaji keuntungan apa yang kita peroleh dan tawarkan kepada pihak lain dalam beraliansi.

Dalam melakukan aliansi, bank syari'ah dapat membentuk jaringan sebagai wadah untuk bertukar pikiran dan informasi, saling membantu dalam hal likuiditas, serta berkonsolidasi dalam menghadapi persaingan maupun menyelesaikan konflik yang muncul antar bank syari'ah sendiri. Dengan adanya jaringan ini diharapkan posisi tawar bank syari'ah di hadapan pemerintah maupun pesaing akan meningkat. Dengan posisi tawar yang tinggi, bank syari'ah akan lebih mudah membatasi gerak pesaing. Gerak pesaing yang terbatas akan memudahkan bank syari'ah Huntuk membuat pesaing melakukan persaingan sesuai aturan bank syari'ah .[6]
6. Pemimpin Berkarakter

“Bila pemimpin memperlakukan orang dengan kebajikan, keadilan, dan kebenaran, serta mengangkat rasa percaya diri mereka; semua pasukannya akan satu pikiran dan senang melayani.” Implementasi suatu strategi pemasaran bank syari'ah memerlukan delegasi. Butuh seorang pemimpin dalam hal ini manajer bank syari'ah spesial, untuk mewujudkan konsep-konsep strategi ini dan memaksimalkan potensi karyawan bank syari'ah. Sun Tzu menggambarkan beberapa ciri dari seorang leader yang baik. Seorang pemimpin harus bijak, tulus, ramah, berani, dan tegas. Pemimpin juga mesti selalu memberikan contoh pada bawahannya. Hanya leader berkarakter yang bisa merebut hati para karyawannya. Manajer bank syari’ah yang berkarakter akan mampu menciptakan suasana manajemen bank syari'ah yang dapat menumbuhkan disiplin dan percaya diri pegawai dalam menjalankan strategi pemasran yang telah ditetapkan

Seperti yang kita ketahui, kemampuan suatu bank syari'ah mendorong inisiatif karyawannya merupakan hal yang amat penting. Hanya dengan demikianlah, bank syari'ah tersebut bisa menyesuaikan strateginya, serta merespon lingkungan kompetensi yang dinamis dan tuntutan nasabah yang semakin tinggi. Seperti yang dikatakan Sun Tzu, “Dalam perang sekarang, terdapat seratus perubahan pada setiap langkahnya. Bila seseorang yakin ia mampu, ia maju; bila ia menganggapnya sulit, ia bakal tertinggal”. Sistem manajemen bank syari'ah juga harus mendorong kreativitas pegawai dengan cara memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide atau pendapat yang dapat membantu kinerja pemasaran bank syari'ah .

Sun Tzu sangat memperhatikan kedisiplinan dan kepemimpinan, ia menyatakan "jika kata-kata perintah yang diberikan tidak jelas dan perintah tidak dipahami sepenuhnya, maka yang salah adalah panglimanya, namun jika perintah yang diberikan sudah jelas tapi para perajurit tidak mematuhinya maka yang salah adalah pemimpin” dari pernyataan tersebut jelas bahwa Sun Tzu sangat mengutamakan kebijakan pemimpin dan kedisipilinan bagi seluruh bawahannya untuk menaati akan tetapi di sisi yang lain Sun Tzu menyatakan bahwa "petarung yang handal akan mempertimbangkan pengaruh energi gabungan, dan tidak terlalu banyak meminta dari pasukannya"[7] dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa Sun Tzu memperhatikan komunikasi dua arah antara pemimpin dengan bawahannya. Komunikasi ini penting dalam bank syari'ah agar keharmonisan hubungan atasan dan bawahan bank syari'ah tetap terjaga

BATASAN DALAM MENGAPLIKASIKAN STRATEGI SUN TZU
Bank syari’ah dan Strategi Perang Sun Tzu memiliki latar belakang yang kontradiktif. Bank syari’ah dalam mempraktekkan strategi Perang Sun Tzu harus berlandaskan pada kaidah-kaidah syar’i.

Bank syari’ah dalam menerapkan Strategi Perang Sun Tzu harus memperhatikan nilai-nilai Islami dan prinsip akhlakul karimah. Akhlakul karimah merupakan perangkat nilai yang harus diperhatikan dalam mempraktekan strategi perang Sun Tzu dalam memasarkan produk bank syari’ah.

Bank syari’ah dalam mengaplikasikan strategi perang Sun Tzu harus memperhatikan prinsip akhlak dalam bermuamalah, diantaranya; jujur, amanah, adil, ihsan, berbuat kebajikan, silaturahmi, dan sayang menyayangi. Bank syari’ah dalam melakukan rangkaian strategi perang Sun Tzu dalam memasarkan produk harus memperhatikan etika-etika Islami. Nilai etika dan akhlak inilah yang harus menjiwai rangkaian strategi Sun Tzu dalam memasarkan produk bank syari’ah.

KESIMPULAN

Strategi perang Sun Tzu telah banyak digunakan dalam pemasaran modern ternyata cukup relevan diterapkan ke dalam sistem pemasaran bank syari’ah. Namun, aplikasi strategi perang ini tentunya dibatasi oleh frame work sebuah bank syari’ah terutama prinsip-prinsip syariah Islam. Tidak ditemukan adanya hal yang bertentangan keras dengan etika islami dalam Strategi Sun Tzu. Hanya diperlukan sedikit penyesuaian ke dalam situasi dan kondisi yang dihadapi oleh bank syari’ah.


UCAPAN TERIMA KASIH

Allah SWT yang mengizinkan hamba untuk mensyukuri pontensi yang diamanahkan
Nabi Muhammad sang inspirator sejati di alam semesta
Ayah dan Bunda Kami yang terus istiqomah mencintai kami
Kakanda dan Adinda yang senantiasa tulus memberi cinta kasih pada kami
Mohammad Showwam Azmy dan Aji Purba Trapsila sebagai inspirator tulisan ini.
Para Murobbi kami, yang senantiasa sabar membimbing kami untuk senantiasa istiqomah dalam perjuangan dakwah
Ikhwafillah para mujahid di BO Ukhuwah dan Islamic Studies of Economics-Forum sebagai spiritor lahirnya karya ini.
Para Mitra Dakwah di seantaro Universitas Sriwijaya
Prof. Dr. Zainal Ridho Jafar, M.Sc sebagai Rektor Univeristas Sriwijaya
Drs. Fuad Rusdy Suwardi MS sebagai Pembantu Rektor III Universitas Sriwijaya
Dr. Syamsurizal AK sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Drs. Dian Eka, MM sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Drs. Yuliansyah M Diah, MM, Suhel M.Si, dan Rina Chandra Kirana, SE, MM, Ak sebagai Ketua Jurusan Manajemen, Ekonomi Pembangunan, dan Akuntansi FE Unsri
Drs. Kosasih M Zen sebagai motivator untuk senantiasa berkarya.
Ibu Aslawati, SE sebagai bunda Sub Bag Kemahasiswaan yang dengan sabar dan kasih sayang mengasuh semangat kami
Staff Sub Bag Kemahasiswaan, Yunda Herlina dan Mang Yazid
Ka’ Ahmad Sudiro sang kanda yang senantiasa memberi cinta dan semangat untuk belajar ekonomi syari’ah
Para sahabat mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya
Para Jiron tetangga

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul karim
Abdurahim, Ahim, 2001. Dalil-dalil naqli Seri Ekonomi Islami. Malang; UPFE
Antonio, Muhammad Syafe’i,2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Jakarta:Gema Insani
Antagia, angga, dkk. 2006. Optimalisasi Peran BMT dalam Pengembangan Sektor Pertanian.Yogyakarta. Makalah
Buku Panduan Kongres Nasional Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal wat Tamwil di Jakarta 2-5 Desember 2005.
Clavell, James. The Art of War Sun Tzu. Yogjakarta: Ikon, 2002.
Haryanto, Dheni. Jurus-jurus Sun Tzu dalam Pemasaran Pemasaran Modern (Marketing Quotient Community: www.mqc.cjb.net).
Hamidi,M.Lutfi,2003. Jejak-jejak Ekonomi Syari’ah.Jakarta: Senayan Abadi Publising
Karim, Adiwarman. 2003. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: IIIT.
Muhamad. , 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Mursyid, M. , 2003. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Bumi Aksara bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas – Universitas Indonesia.
Majalah TRUST, 2005. Menanti Eksekusi Bank Sentral, edisi 40 tahun III, 4-10 Juli
Nurul, Hadi, 2005. Peningkatan Kinerja Bank Syari’ah di Indonesia Pasca munculnya Dual Banking System melalui Penerapan Top Down-Bottom Up Strategi. Palembang
Qardawi, Yusuf.1994. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam. Jakarta: Robbani Press
Widodo, Hertanto, et al. 1999, PAS (Pedoman Akuntansi Syariah) Panduan Praktis Operasional BANK SYARI’AH. Bandung: Mizan
Yusanto, Ismail,dkk. 2002. Menggagas Bisnis Islami. Jakarta: Gema Insani
http://www.bi.go.id/sipuk/sib/ind/executive/sulut/#isi
[1] Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Bank Syari’ah 2004
[2]Dheni Haryanto, Jurus-jurus Sun Tzu dalam Pemasaran Pemasaran Modern (Marketing Quotient Community: www.mqc.cjb.net)
[3] James Clavell, The Art of War Sun Tzu, (Yogjakarta: Ikon), 2002, hal. 1-2.

[4]Dheni Haryanto, Jurus-jurus Sun Tzu dalam Pemasaran Pemasaran Modern (Marketing Quotient Community: www.mqc.cjb.net)

[5] Hasil kajian bulanan BEM-PS KUI di sampaikan oleh Mursida Rambe, Dewan Direksi BMT Bringharjo.
[6] Hal telah dilakukan dengan dibentuknya beberapa ASBISINDO (Asosiasi Bank Syari’ah Indonesia, baik di daerah maupun nasional. Akan tetapi dari hasil pengamatan yang berlangsung, asosiasi tersebut dirasa kurang efektif, khususnya dalam hal bantuan likuiditas. Untuk mengatasi hal ini, bank syari’ah memerlukan banyak cabangnya, seperti yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia
[7]James Clavell, The Art of War Sun Tzu, (Yogjakarta: Ikon), 2002, hal.3.

Rekonstruksi Perekonomian Indonesia Pasca Krisis : Perspektif Sistem Ekonomi Syari’ah


A. Latar Belakang


Segudang prestasi pembangunan ekonomi diraih Indonesia sebelum krisis ekonomi 1997. Prestasi yang layak dicatat diantaranya pertumbuhan ekonomi tinggi, swasembada beras, penurunan jumlah penduduk miskin secara signifikan, inflasi yang terkendali, stabilitas rupiah terhadap valuta asing, pendapatan per kapita di atas US$1000, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB di atas 25 persen, dan kontribusi ekspor nonmigas dalam perolehan devisa telah melampaui ekspor migas.


Badai krisis moneter telah menghancurkan kejayaan ekonomi Indonesia. Keadan berbalik sangat cepat. Jumlah penduduk miskin meningkat secara signifikan, inflasi di atas dua digit lagi, pasokan sembilan bahan pokok tersendat, kurs rupiah terhadap valuta asing anjlok, pendapatan perkapita turun menjadi US$600, utang luar negeri menggunung, perbankan nasional nyaris collaps, sektor industri banyak yang gulung tikar, PHK dan pengangguran merajalela, penanaman modal asing tidak kunjung datang.


Ikhtiar perbaikan ekonomi pun dilakukan. Indikator makroekonomi memang menunjukkan tanda perbaikan. Tahun 2006, pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5.2%. Keadaan ini belum berdampak signifikan pada pencapaian tujuan ekonomi, terutama dalam mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, menyatakan bahwa kemungkinan krisis ekonomi akan terulang kembali. Pendapat ini dikuatkan oleh beberapa ahli ekonomi dalam dan luar negeri. Realita ini, menjelaskan ada something wrong dalam sistem ekonomi Indonesia.


Islam sebagai agama rahmat untuk seluruh alam, mungkinkah dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam merekonstruksi perekonomian nasional. Bagaimana merekonstruksi ekonomi Indonesia perspektif sistem ekonomi syari’ah ?

B. Tujuan Penulisan


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan krisis ekonomi Indonesia yang berkepanjangan, dan kemungkinan menata kembali perekonomian Indonesia melalui aplikasi Sistem Ekonomi Syari’ah


C. Metodologi Penulisan


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Ruang lingkupnya adalah penelitian ekonomi makro. Data penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur. Penelitian ini difokuskan pada kemungkinan aplikasi sistem ekonomi syari’ah dalam penataan kembali struktur bangunan perekonomian nasional, terutama aspek moneter, fiskal, perbankan, dan kebijakan sektoral.

D. Pembahasan


Ada beberapa hal penting yang menjadi pokok pembahasan makalah ini, antara lain faktor penyebab krisis ekonomi, fenomena kegagalan sistem ekonomi kapitalis, dan kebijakan rekonstruksi perekonomian Indonesia pasca krisis perspektif sistem ekonomi syari’ah. Secara ringkas akan dijelaskan sebagai berikut :


Faktor penyebab krisis ekonomi berkepanjangan di Indonesia ada enam, yaitu; Pertama, krisis kepercayaan. Kedua, kekurangtepatan dalam mendiagnosa dan memberikan resep penyembuhan krisis. Ketiga, faktor internasionalisasi pasar modal yang berkarakter spekulatif. Keempat, akumulasi kekurangtepatan kebijakan, seperti liberalisasi ekonomi. Kelima, kelembagaan ekonomi terutama kelembagaan perbankan yang kurang kuat. Keenam, merajalela tindakan korupsi.


Secara prinsipil, akar permasalahan ekonomi Indonesia ada empat, yaitu; pemberlakuan sistem ekonomi ribawi, menurunnya kualitas moral, keadilan yang tidak merata, dan buruknya tata kelola pemerintah dalam berbagai hal. Krisis ekonomi Indonesia adalah bukti kegagalan sistem ekonomi kapitalis. Kapitalisme tidak mampu menciptakan kesejahteraan secara menyeluruh, tetapi justru menciptakan kesenjangan.


Ditengah kegamangan perekonomian nasional pasca krisis, realita yang berkebalikan terjadi pada sistem ekonomi syari’ah. Sistem ekonomi syari’ah telah terbukti ampuh dan lebih resisten di masa krisis. Perwujudan dari sistem ini adalah sejak tahun 1975 didirikanlah Internasional Development Bank ( IDB ) di Jeddah. Sekarang di dunia telah berkembang lebih dari 400-an lembaga keuangan dan perbankan yang tersebar di 75 Negara, baik di Eropa, Amerika, Timur Tengah maupun kawasan Asia lainnya. Dalam bentuk kajian akademis, banyak Perguruan Tinggi di Barat dan di Timur Tengah yang mengembangkan kajian ekonomi Islam.


Fenomena suksesnya Bank Muamalat melewati krisis tanpa sedikit pun Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) menginspirasi perbankan Indonesia. Kini dunia perbankan berlomba membuka layanan syari’ah. Data Bank Indonesia tahun 2006 menunjukkan bahwa telah berdiri 561 Bank Syari’ah. Selain itu juga telah berdiri 25 Asuransi Syari’ah, Pasar Modal syari’ah, Pegadaian Syari’ah dan lebih 3200 BMT (Koperasi Syariah), dan Ahad – Net Internasional, serta maraknya kajian ekonomi syari’ah di berbagai universitas.


Ada lima kebijakan rekonstruksi ekonomi perspektif sistem ekonomi Syari’ah, yaitu Pertama, restrukturisasi kebijakan Sumber Daya Manusia (SDM). Kedua, mereduksi konsentrasi kekayaan. Ketiga, restrukturisasi ekonomi. Keempat, restrukturisasi keuangan. Kelima, perencanaan kebijakan strategis.


Pertama, tindakan restrukturisasi kebijakan pengelolaan dapat diwujudkan melalui memotivasi faktor manusia untuk melakukan apa saja yang diperlukan demi kepentingan pembangunan yang berkeadilan, dan kebijakan pengembangan kemampuan melalui pelatihan dan pendidikan berorientasi riset, serta sinergis dengan pembentukan lima sokoguru masyarakat, yaitu intelektual, negarawan, pengusaha, karyawan,dan rohaniwan. Sementara itu, pengembangan ilmu pengetahuan melalui riset diharapkan mampu mengantarkan ummat manusia pada Ke-Mahaan Sang Pencipta.


Kedua, Tindakan untuk mereduksi konsentrasi kekayaan, antara lain; reformasi pertanahan dan pembangunan desa Pengembangan industri kecil menengah (IKM) Pengaktifan ZISWAF dan sistem waris (Rekonsentrasi kepemilikan), dan Sinergisasi pengembangan IKM dengan Institusi Keuangan Syari’ah. Ketiga, kebijakan rekonstruksi ekonomi, antara lain; pengubahan preferensi konsumen, reformasi keuangan pemerintah, perbaikan iklim investasi, dan produksi berorientasi kebutuhan.


Keempat, kebijakan restrukturisasi keuangan, antara lain; secara bertahap perbankan nasional dibebaskan dari unsur bunga, menghindari praktik bisnis, terutama sektor finansial dari tindakan spekulatif, menggalakan kegiatan pembiayaan pembangunan dan bisnis berdasarkan prinsip kemitraan, dan dinarisasi Mata Uang (Fiat Money) atau penjagaan yang ketat terhadap nilai mata uang. Kelima, mengembangkan rencana kebijakan strategis yang bersifat komprehensif dengan berbasis kepada syariah. Tentu saja perlu ada tahapan-tahapan yang jelas. dalam mensolusikan krisis ekonomi Indonesia diharapkan melibatkan semua aspek kehidupan. Krisis ekonomi, sebenarnya, tidak hanya disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, tetapi juga oleh sistem pemerintahan, sistem politik, dan juga moral pelaku ekonomi.


Daftar Pustaka

Chapra, M.Umer. 2000. Islam and The Economic Challenge. Surabaya: Risalah Gusti Press
Hall, Hill. 2001. Ekonomi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Thoha, M. 2003. ”Menata Masa Depan Perekonomian Indonesia Pasca Krisis: PerspektifEkonomidanPolitikIslam”.(Online), (http://www.ekonomi.lipi.go.id/info/, diakses tanggal 6 April 2007)

Friday, November 30, 2007

Reformasi Paradigma Mahasiswa Ekonomi


Kilas Sejarah Fakultas Ekonomi


Tanggal 31 Oktober 1953, Fakultas Ekonomi berdiri beridiri di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi Shakhyakirti dan berstatus swasta. Pada tanggal 17 September 1960, Yayasan Perguruan Tinggi Shakhyakirti menyerahkan seluruh mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasinya kepada Universitas Sriwijaya (Unsri). Inilah yang menjadi cikal bakal Fakultas Ekonomi Unsri yang diresmikan pada tanggal 3 November 1960 dan dikuatkan dengan PP No.42 1960 tanggal 29 Oktober 1960. Bermula di Bukit Besar, sekarang sudah merambah ke Indralaya. Dulu hanya ratusan mahasiswa, tapi kini sudah ribuan. Hal ini berarti perjalanan waktu telah mendinamisasikan perubahan demi perubahan di Fakultas Ekonomi. Perubahan yang telah membuahkan keunggulan kompetitif pada keluaran Fakultas Ekonomi untuk dapat membaktikan diri pada nusa, bangsa, dan negara. Namun akankah semua itu sudah terwujud ? Atau barangkali yang terwujud adalah SDM yang unggul, yang hanya dapat membaktikan diri pada dirinya sendiri. Tanpa pernah terpikir untuk mentransfer kesejahteraan diri pada skala kehakikian. Atau barangkali juga SDM yang kebingungan dalam kreativitas dan aktivitas sosial dan profesional.

Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya hanyalah salah satu fakultas di Universitas Sriwijaya dan hanyalah satu komponen di lingkungan pendidikan nasional. Meskipun demikian Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya keberadaannya tidak bisa diasumsikan cetteris paribus dalam proses pendidikan dan pembangunan bangsa ini. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya melakukan berbagai aktivitas yang menunjukkan eksistensi dan kapabilitasnya.

Mahasiswa sebagai komponen terbesar Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, sudah selayaknya dapat berperan dalam rangka membentuk keluarga besar yang dinamis, harmonis dan romantis dengan mesinergikan segala potensi yang ada. Di kampus inilah, mahasiswa dapat belajar dan mengaplikasikan segala keilmuan dalam sebuah kerangka proses persiapan menjadi bagian masyarakat yang eksis, dengan berorientasi pada sikap kritis, terbuka, ilmiah, kekeluargaan dan religius.

Lembaga kemahasiswaan hadir ditengah-tengah mahasiswa dengan sebuah harapan, menjadi alternatif pilihan untuk pengejawantahan tujuan diatas. Di Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya terdapat banyak lembaga kemahasiswaan dengan berbagai karakter dan tujuan yang berbeda-beda. Khususnya di tingkat fakultas, telah terbentuk wadah bagi mahasiswa yang menjalankan fungsi legislatif dan eksekutif. Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) menjalankan fungsi legislatif, sedangkan fungsi eksekutif dijalankan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Selain kedua fungsi utama diatas, di tingkat fakultas ada beberapa tiga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan lima Badan Otonom (BO). HMJ adalah lembaga eksekutif tertinggi di tingkat jurusan. HMJ tersebut antara lain IKAMMA (Ikatan Mahasiswa Manajemen), IMA (Ikatan Mahasiswa Akuntansi), dan HIMEPA (Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan. BO adalah lembaga mahasiswa yang bergerak dengan visi dan misi yang lebih spesifik, diantaranya Kinerja dibidang jurnalistik keilmuan , Mafesrifala di bidang kegiatan pencinta alam, Ukhuwah di bidang Kerohanian Islam, Bursa di bidang pengembangan lembaga usaha mahasiswa, EFFECS di bidang Bahasa Inggris, FC di bidang olahraga sepakbola, dan FKS dalam bidang kajian sosial.
Mahasiswa dan Pergerakan

Pemerintah sebagai penanggungjawab pencerdasan bangsa telah melahirkan banyak kebijakan yang berdampak pada perubahan paradigma mahasiswa dari masa ke masa. Pada tahun 1980, pemerintah orde baru mengeluarkan keputusan Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK). Kebijakan ini mengarahkan organisasi kampus hanya bergerak di bidang keprofesian masing-masing sehingga organisasi yang aktif hanya dari himpunan-himpunan mahasiswa jurusan sedangkan organisasi di tingkat fakultas dan universitas dimatikan geraknya untuk mencegah mahasiswa mengganggu jalannya pemerintahan.


Kejadian-kejadian tersebut sebetulnya bermuara dari sistem organisasi kampus yang tidak relevan dan tidak adanya konsistensi dalam mengatur keberadaan organisasi di lingkungan kampus. Kebijakan ini berdampak pada mati surinya gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa hanya berkutat pada internal kampus. Mahasiswa dan organisasi mahasiswa (ormawa) disibukan oleh pertikaian antar kelompok dan antar ormawa. Mahasiswa seperti kehilangan orientasi gerakan. Mahasiswa terceraikan dari perannya sebagai social control, agent of change, dan iron stock pergantian zaman. Mahasiswa yang idealnya penjadi dinamisator perubahan suatu bangsa, harus rela mengubur idealisme sucinya dan terombang-ambing dalam rezim status quo orde baru. Tindakan represif pemerintah orde baru telah berhasil memudarkan ke-maha-an para siswa yang notabene-nya adalah kasta tertinggi dalam dunia kesiswaan bangsa.
Gerakan mahasiswa Indonesia 1998. Gerakan yang menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, yang akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999. Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 adalah titik klimaks yang kembali menunjukan bahwa mahasiswa adalah pengenggam zaman.
Fakta ini kembali membelalakan nurani bangsa Indonesia bahwa gerakan mahasiswa Indonesia masih hidup. Ternyata kebijakan NKK/BKK tidak sepenuhnya berhasil melenakan gerakan mahasiswa. Selama pemberlakuan NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

Gerakan mahasiswa 1998 adalah kunci menuju orde reformasi. Era yang membebaskan setiap elemen bangsa untuk mengekspresikan kegalauan jiwanya. Kegalauan jiwa yang selama ini terpendam, bebas untuk dicurahkan. Akhirnya para provokator pun beraksi. Kerusuhan dan kerusakan terjadi hampir di setiap belahan negeri. Atas nama kebebasan, para preman mendapat peluang untuk bebas menjarah paksa. Para koruptor semakin percaya diri untuk mengekspresikan karakter korupnya. Para seniman dan media pun tidak ketinggalan mengekspresikan kebobrokan kreativitas lewat tebar produk yang menghinakan moral bangsa. Kebebasan yang memudarkan kemulian bangsa.
Begitupun para pembuat kebijakan, mencari peluang untuk dapat memuaskan hasrat kekuasannya. Lahirlah PP 37 sebagai alat untuk mempertebal kantong anggota dewan dengan aneka tunjangan. Untuk dunia pendidikan tinggi, lahirlah RUU BHP sebagai kekuatan pemerintah untuk berlepas tangan dari kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Jargon para founding fathers yang tertuang dalam pasal 32, 34 terlupakan. Keberadaan BHP ke depan, harus dikritisasi lebih lanjut. Hal ini mengingat adanya celah-celah yang terbuka untuk melakukan komersialisasi kampus. Selain itu, peluang untuk terjadinya eksploitasi terhadap masyarakat (mahasiswa) untuk pendanaan Universitas juga harus diperhatikan. Karena, hal ini dapat saja terjadi jika perencanaan pengelolaan keuangan BHP tidak sistematis dan proporsional, dengan adanya dukungan kebijakan dari pemerintah, misalnya masalah pengalihan aset, pemberian dana awal untuk melakukan adaptasi dalam perubahan dari PTN ke PT BHMN.
BHP memberi celah komersialisasi pendidikan, eksploitasi mahasiswa, dan perencanaan yang tidak sistematis, perhatian berikutnya terhadap BHP adalah bahwa BHP tidak bisa diberlakukan di semua wilayah di Indonesia karena perbedaan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di masing-masing daerah. Misalnya, di Univ. Samratulangi, jumlah mahasiswa yang mau masuk ke PT saja sangat sedikit, itu sudah dengan biaya yang murah. Bagaimana jika BHP menaikkan bayaran mahasiswa itu, mungkin akan semakin sulit mencari anak SMU yang mau masuk Perguruan Tinggi. Gerakan mahasiswa harus senantiasa berjuang terkait isu pendidikan ini.
Rekonstruksi paradigma mahasiswa ekonomi
Mahasiswa sebagai bagian dari sejarah perubah zaman (agent of change) telah menjadi sebuah dilema, ketika harus memerankan fungsinya sebagai social control padahal mereka belum bisa mengontrol diri masing-masing, ketika mereka diharapkan kekuatan dari mereka untuk membangun negara (iron stock) dan juga penggerak kekuatan moral bangsa (moral force) tetapi moral mahasiswa juga masih ditelantarkan. Mahasiswa berada di persimpangan. Traumatisme terhadap dunia pendidikan semakin mewabah. Secara ideal, status kemahasiswaan adalah posisi yang prestius di masyarakat. Namun, realita pasca kampus, seperti menjamurnya penganggur terdidik yang dulunya berstatus mahasiswa, mengkerdilkan ­ke-maha-an para mahasiswa.

Mahasiswa Ekonomi sebagai individu pun tidak bisa terlepas dari pengaruh perubahan zaman. Asumsi ceteris paribus yang sering kali diagungkan oleh para ekonom teoritis hanyalah sebuah utopia. Invisble hand kadangkala dijadikan pelipur lara dari kegagalan ikhtiar. Era globalisasi terus membayangi relung tatap, pikir, dan aktivitas mahasiswa. Ketakutan terhadap masa depan berdampak pada tumbuh maraknya paradigma pragmatisme. Kerinduan akan kenikmatan cerahnya masa depan menumbuhkan hedonisme. Ruang kepedulian adalah hal yang sulit ditemukan. Mahasiswa tejebak menjadi kaum elitis yang sulit membaur dalam tata
kehidupan sosial kemasyarakatan.
Tipe dan Model Mahasiswa Masa Ki ni

Mahasiswa terkotak pada dimensi model yang beragam. Ada mahasiswa hedonis, mahasiswa akademis, mahasiswa aktivis dan mahasiswa organisatoris. Mahasiswa hedonis identik dengan dengan aktivitas kuliah, bersenang-senang, pacaran, dan foya-foya. Hidup mereka hanya senag-senang, konsumeris, tanpa adanya keinginan untuk mencipta, berkreasi, dan melakukan pengembangan diri yang efektif. Tanpa peduli dengan masa depan ataupun masyarakat. Mereka cenderung kuliahnya terbengkalai dan tidak dihargai masyarakat.

Mahasiswa akademis, yaitu mereka yang memiliki semangat belajar tinggi, mengejar nilai bagus, berusaha sukses dalam hal akademik tetapi tidak peduli urusan masyarakat. Artinya mereka mementingkan dirinya sendiri. Mereka cenderung terlena oleh dunia akademiknya sendiri sehingga kebanyakan mereka tidak memiliki pengalaman yang praktis (practic experience) untuk menunjang ke arah profesinya dalam dunia kerja.
Mahasiswa aktivis, yaitu mereka yang peka urusan dan permasalahan masyarakat, merespon apabila ada kasus dan fenomena di masyarakat. Tetapi, di sisi lain mereka tidak mengabaikan kewajiban mereka sebagai mahasiswa, yaitu kuliah. Mereka cenderung memiliki ground balancing antara penempatan diri dan pengembangan skill intra perkuliahan maupun ekstra perkuliahan.. Sehingga kebanyakan dari mereka diterima dalam dunia profesi secara layak.

Mahasiswa organisatoris, yaitu mereka yang hanya mementingkan kegiatannya di suatu organisasi tertentu karena menguntungkan bagi pengembangan dirinya tetapi tidak menguntungkan bagi nilai akademiknya. Mereka cenderung menempatkan organisasi sebagai pelarian bukan kebutuhan.
Mahasiswa bebas memilih
Mahasiswa memiliki kebebasan untuk merancang masa depan mereka. Begitu pun merancang masa depan mereka selama berstatus mahasiswa. Keempat tipe di atas adalah realita yang telah menjadi alternatif mahasiswa. Kita semua dilahirkan dengan ciri khas tersendiri. Seandainya kita adalah batu, beberapa kita adalah marmer, dan lainnya pualam, batu pasir, granit. Bahan dasar jenis batu kita memang tidak bisa berubah, tetapi bentuk bisa kita rubah. Kita mungkin berasal dari kultur dan latar belakang tingkat ekonomi yang berbeda. Kita kemarin adalah siswa pendiam, pasif, tidak PD (Low Self Confidence), rendah diri, canggung, dan tertutup. Atau mungkin siswa yang cerdas, kreatif, berprestasi, optimistis, dan bersahaja. Sekarang kita bukan siswa lagi. Sekarang kita telah berpindah ke era kedewasaan berpikir, keutamaan pertimbangan ilmiah, dunia mencari idealisme yang sesungguhnya, yakni dunia mahasiswa. Sudah saatnya kita merubah kelemahan kita menjadi suatu kekuatan, dan meningkatkan kelebihan yang telah dan mewujudkannya menjadi realita cipta.
Peranan dan kiprah mahasiswa dalam mengawal berbagai perkembangan dan dunia tidak diragukan lagi. Mulai dari mengantarkan kemerdekaan dan berbagai perubahan di negeri ini dan dunia, mahasiswalah yang menjadi tonggak kejayaannya. Agent of change (Agen Pembawa Perubahan), itulah sebutan yang pantas untuk kita para mahasiswa. Sebutan itu adalah sebutan yang diberikan oleh khalayak ramai pada kita, dan hal itu merupakan penghargaan yang cukup besar karena memang posisi kita sebagai mahasiswa berada pada titik tepat yakni pada Base Education Position (Posisi yang berbasis pendidikan). Penghargaan itu dari masyarakat dan masyarakatlah yang memberikan penilaian. Keputusan ada ditangan Anda dan Anda sendirilah yang akan mewujudkannya.

Rancang bangun mahasiswa ekonomi yang berkarakter
Manusia pada dasarnya telah dikaruniai IQ, EQ, dan SQ sebagai bahan dasar, tetapi tidak tahu cara mengelolanya secara bersamaan dan terintegrasi. Akibatnya banyak diantara kita para mahasiswa cenderung menelan mentah-mentah berbagai idealisme yang berkembang di lingkungannya. Maka tidak heran, begitu beragam idealisme yang berkembang di kalangan mahasiswa. Ada yang menagungkan kapitalisme, menganut sosialisme, berpola konsumerisme, berjiwa materialisme, berprilaku hedonis, bahkan ada yang terbuai pada narkobaisme. Semua tercipta karena kesalahan, atau mungkin juga ketiadaan metode atau cara. Sementara metode yang ada saat ini cenderung hanya untuk membentuk dan membina kecerdasan intelektualitas menyangkut sisi kecerdasan akademis dan menjurus pada materialisme namun buta akan aspek emosional dan spritual.

Secara umum kita para mahasiswa dididik dalam perkuliahan yang dipersiapkan untuk memasuki lapangan kerja yang bersifat profesi dan non profesi baik dalam industri jasa maupun industri manufaktur. Oleh karena itu idealnya seorang praktisi menurut berbagai sumber internasional dalam rangka percepatan persaingan di era globalisasi harus memiliki karakter sebagai berikut : Honest (Jujur), Forward Looking (berpikiran maju), Competent (Kompeten), Inspiring (Dapat memberi inspirasi), Intelegent (Cerdas), Fair-Minded (Adil), Broad-Minded (Berpandangan luas), Supportive (mendukung), Straight Forward ( Terus terang) , Dependable (Bisa diandalkan), Cooperative (Berkerjasama), Determined (Tegas), Imaginative (Berdaya imajinasi), Ambitious (Berambisi), Courageous (Berani), Caring (Perhatian), Mature (Matang/dewasa dalam berpikir dan bertindak), Loyal (Setia), Self-controlled (Penguasaan diri), Independent (Mandiri)
Berdasarkan realita tipe dan model mahasiswa dan selaras dengan karakter praktisi ideal di atas, maka orientasi pembaharuan paradigma mahasiswa ekonomi adalah untuk menyikapi realita di atas dan menuju pada konsep ideal kehakikian. Adaptasi dan variasi kreativitas dan pola pembaharuan paradigma adalah mainstream pola penyikapan terhadap keberagaman yang terdapat pada mahasiswa ekonomi. Pola pembaharuan paradigma diselaraskan dengan kebutuhan realita khalayak mahasiswa ekonomi secara agregat. Bukan realita yang merupakan utopia nisbi para pengusung paradigma status quo ataupun prasangka kelompok minoritas yang merasa mayoritas. Bukan juga paradigma mahasiswa yang terorientasi pada ketidakberimbangan dalam pengembangan potensi diri. Keseimbangan adalah titik tuju dan arah juang pembaharuan paradigma mahasiswa ekonomi. Keseimbangan yang menjadikan IQ, EQ, dan SQ sebagai indikator perubahan. Keseimbangan yang mengakumulasi komitmen dan I’tikad baik individu mahasiswa, kelompok organisasi mahasiswa, dan unsur terkait lainnya.
Perubahan paradigma yang terarah pada penyucian kembali keaktivisan mahasiswa. Paradigma reformasi berurusan langsung dengan manusia sebagai subjek dan objek reformasi. Masalahnya ialah bilamana suatu reformasi itu dikatakan langsung berurusan dengan manusianya? Sesuai dengan filsafat pendidikan Indonesia yang bertujuan membangun kecerdasan manusia yang seutuhnya, dan filsafat besar lainnya, maka dapat dikatakan bahwa suatu reformasi dikatakan berurusan secara langsung dengan manusia ialah ketika reformasi ditujukan untuk spiritualitas mahasiswa.
Sehubungan dengan hal di atas, agar reformasi lebih berhasil, maka paradigma reformasi hendaknya berlandaskan pada paradigma baru ini. Paradigma baru ini lebih bertumpu pada spiritualitas manusia yang hidup dalam bentuk keyakinan, cita-cita dan jiwa setiap individu. Paradigma reformasi yang mengutamakan akhlak, watak atau budi pekerti. Spiritualitas yang lebih merupakan faktor pendorong yang pokok pada suatu perubahan sosial, di samping faktor-faktor lainnya.

Selain itu, paradigma mahasiswa perlu direkonstruksi ulang dalam tiga tahapan : Pertama, kita harus pemaknaan kembali hakikat mahasiswa, sebab selama ini mayoritas mahasiswa tidak memahami mulia dan strategisnya peran dan fungsi mahasiswa. Kedangkalan pemahaman akan arti penting dirinya seringkali mengkerdilkan ke-maha-an para siswa perguruan tinggi. Mahasiswa terjebak pada kultur bawaan semasa SMA, yang hanya bersibuk ria di kelas, kantin, dan kos. Kerapuhan paradigma hakikat mahasiswa ini membuat keterlibatan mahasiswa di dalam organisasi kemahasiswaan adakalanya cuma sekadar untuk menutupi kegagalan akademis dan untuk kepentingan pragmatis, seperti mencari sertifikat pengalaman organisasi, profit oriented, atau ikut-ikutan saja. Oleh karena itu, sebuah goncangan kecil sudah cukup memadai mengoyahkan keterlibatan mahasiswa jenis ini.
Kedua, setelah menguatkan pemahaman akan hakikat mahasiswa. Individu mahasiswa harus kita bawa ke ranah komunitas mahasiswa yang besar, di mana ia menjadi bagian dari masyarakat dan membangun masyarakat tersebut. Apabila pada tahapan pertama, kita menciptakan mahasiswa yang memiliki kepahaman mendalam akan arti penting mahasiswa, maka pada tahapan kedua mahasiswa kita leburkan dalam masyarakat, agar ia dapat mendistribusikan kepahamannya kepada yang lain; agar kepahaman individual itu berkembang menjadi kepamahaman kolektif. Inilah hakikat dari makna peran dan fungsi mahasiswa.Ketiga, apabila pada tahapan dua, yaitu tahapan partisipasi, manusia muslim telah melebur dalam masyarakatnya dan berpartisipasi dalam membangun masyarakat tersebut. Pada tahapan ketiga kita perlu menjamin bahwa setiap mahasiswa yang berpartisipasi itu benar-benar dapat mencapai tingkat paling optimal dalam memberikan kontribusi pada perubahan zaman. Salah satu sumber kekayaan peradaban adalah keunikan-keunikan indvidual dari setiap mahasiswa, yang apabila potensi-potensi individual tertuang secara optimal dan membentuk sebuah muara gerakan yang sinergis, sebuah gelombang peradaban yang dahsyat akan segera mengemuruh membelah sejarah. Begitulah sejatinya ikhtiar perubahan paradigma mahasiswa. Hidup Mahasiswa...!!!