Monday, December 10, 2007

15 PETUNJUK MENEGUHKAN IMAN

Oleh:Muhammad Shalih Al Munajjid (bit tasharruf waz ziyadah )dari milist : muslim-l@Telkomsel.co.iddikutip dari : http://www.percikaniman.org/
Saat ini kaum muslimin sedang dihadapkan pada persoalan besar, diantaranya syubhat, syahwat, penyimpangan faham keagamaan, perpecahan dan lain-lain. Cobaan-cobaan tersebut silih berganti menghempas, menggoyahkan dan menggerogoti iman. Tidak mustahil seorang muslim selanjutnya membelot, bahkan murtad dari keislamannya. Berikut ini kami uraikan 15 petunjuk yang bersumber dari Al Qur'an dan Al Hadits yang dapat dijadikan sandaran dalam memelihara keteguhan iman kita.
1. Akrab dengan Al Qur'anAl Qur'an merupakan petunjuk utama untuk mencapai tsabat (keteguhan iman).
Al Qur'an merupakan penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Barangsiapa berpegang teguh dengan Al Qur'an, niscaya Allah akan memeliharanya, barangsiapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah akan menyelamat-kannya dan barangsiapa menyeru kepada Al Qur'an, niscaya Allah akan menunjukinya ke jalan yang benar.Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan bahwa diturunkannya Al Qur'an secara berangsur-angsur adalah untuk meneguhkan hati para hambaNya, sebagaimana firman Allah tatkala mem-bantah tuduhan kaum kuffar, "Orang-orang kafir berkata: Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami mem-bacakannya secara tartil."(Al Furqan : 32)Diantara alasan mengapa Al Qur'an sebagai sumber utama untuk mencapai tsabat, karena Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, diturunkan untuk menen-teramkan hati manusia dan sebagai benteng bagi orang mukmin dalam menghadapi hempasan fitnah. Al Qur'an juga membekali muslim dengan konsepsi serta nilai yang dijamin kebenarannya, sehingga dia mampu menilai sesuatu dan menimbang sesuatu secara proporsial dan benar.
2. Iltizam dengan Syari'at Islam
Allah berfirman: "Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan nasehat yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran)." (An Nisa : 66)
Jelas sekali, tidak mungkin kita mengharapkan orang-orang yang malas dan tidak melakukan amal shalih dapat memiliki keteguhan iman. Allah hanya akan menunjukkan kepada orang yang beriman dan mengamalkannya, jalan yang lurus. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para shahabat senantiasa melakukan amal shalih dan menjaganya secara terus-menerus. Dalam hal ini Rasulullah Shallallahu'Alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa memelihara shalat dua belas raka'at (sunnat rawatib), niscaya ia dijamin masuk surga." (AtTirmidzi 2/273)
3. Mempelajari Kisah Para Nabi
Tentang pentingnya mempelajari kisah para Nabi, Allah berfirman, "Dan Kami ceritakan kepadamu cerita para Rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu." (Hud : 120)Mari kita renungkan kisah Nabiyullah Ibrahim Alaihis Salam tatkala dilemparkan ke dalam api. Ibnu Abbas berkata: Ucapan terakhir Ibrahim ketika akan dilemparkan ke dalam api adalah, "Cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia adalah sebaik-baik pelindung." (Al Fath : 29)Seandainya Anda merenungi firman Allah di atas, tidakkah Anda merasakan adanya tsabat yang meresap ke dalam jiwa Anda? Dalam kisah Musa Alaihis Salam, Allah berfirman: "Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah para pengikut Musa: Sesung-guhnya kita akan benar-benar tersusul. Musa menjawab: Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabbku bersama-ku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku." (Asy Syu'ara : 61-62)Bila Anda bayangkan bahwa kisah tersebut terjadi di hadapan Anda, tidakkah Anda merasakan tsabat di dalam hati Anda?
4. Berdoa
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah selalu memohon kepadaNya agar diberi keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam firman Allah: "Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran : 250)Agar hati tetap teguh, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan doa berikut ini, "Wahai Dzat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu." (HR. At Tirmidzi)
5. Berdzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya dzikir ini, Allah memadukan antara dzikir dengan jihad sebagaimana dalam firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal : 45)
Dalam ayat tersebut Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Nabiyullah Yusuf Alaihis Salam pun memohon bantuan untuk mencapai tsabat dengan dzikrullah saat dirayu oleh seorang perempuan cantik yang mempunyai kedudukan tinggi. Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang beriman.Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Makalah ini insya'allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
6. Menempuh Jalan Lurus
Allah berfirman: "Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan- jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al An'am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan).Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan, pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).Itulah yang mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat kedalaman dan kecerdasannya majemuk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam termino-logi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah. Atau sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya. Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.
7. Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam. Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecin-taan) kepada Allah serta untuk menghi-langkan kekeringan hati yang disebab-kan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan Sunnah. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid butayang tercela.
Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidi-kan untuk mempelajari siasat orang- orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi terbaik sepanjang masa.
8. Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih. Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah: "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba- hambaNya yang Ia pilih." (QS. 27: 59)Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang, orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berdakwah atau da'i yang sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sesungguhnya.
9. Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicari-kan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah. Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
10. Dekat dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: "Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan." (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahima-hullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
11. Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman: "Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik diakherat. " (Ali Imran: 146-148)
12. Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah berfirman: "Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196) "Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al An'am: 55) "Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keiman-annya.
13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat.
Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim)Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.14. Nasehat Orang ShalihNasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka. Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang sekaliber Imam Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh intimidasi penguasa yang tirani. Bagaimana pula halnya dengan kita?
15. Merenungi Nikmatnya Surga
Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah tujuan pengemba-raan kaum muslimin. Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah SAW sering mengingatkan mereka dengan kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersa-barlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah Surga." (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih) Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin.

Reengineering Imej Mahasiswa


Muqaddimah


Mahasiswa merupakan satu golongan yang mempunyai entiti penting dalam kelompok masyarakat dewasa kini yang perlu ditunjukkan halatuju yang jelas demi memastikan visi pembentukan sebagai golongan sofwatul muqtarah dalam masyarakat berjaya.Mahasiswa disignifikankan dengan golongan pemuda-pemudi yang terbukti sebagai harapan negara dan bangsa dimasa depan. Rasulullah saw didokongi oleh golongan syabab dalam menelusuri perjuangan dan mereka merupakan golongan intelligent yang berhati bersih dan berakhlak mulia. Seharusnya mahasiswa memerlukan imej tersendiri sebagai internal force masyarakat yang dipercayai masyarakat sebagai pewaris kepimpinan negara. Kata keramat Pak Soekarno sebagai refleksi kepada keteguhan jiwa pemuda adalah melalui ucapan masyhurnya: “Berikan aku 10 mahasiswa/pemuda yang benar tegar fisikal dan mindanya, akan kugegarkan dunia dengan pemuda-pemuda ini"


Faktor pendesak ‘re-engineering’ imej mahasiswa


• Kebejatan akhlak mahasiswa yang membimbangkan. Keruntuhan nilai moral dan akhlak tidak hanya menghantui belia yang tidak terpelajar tetapi turut terbelenggu kepada laman intelektual mahasiswa masa kini.

• Indoktrinisasi mahasiswa menjadi robot yang hanya di atur mantalitinya sebagai workers bukan sebagai ahli masyarakat yang bersosial dengan suasana sekeliling. Ianya menyebabkan universiti hanya menjadi pusat pembentukan pekerja yang tiada nilai sosial, nilai akhlak yang cetek dan tidak bertindak sebagai agen perubah masyarakat.

• Ketidakpercayaan masyarakat kepada mahasiswa sebagai jurubicara umat kerana ketandusan isu,idea dan kontang karisma kepimpinan menyebabkan masyarakat mula memandang enteng sumbangan yang bakal diberikan kepada masyarakat dan negara dimasa hadapan.

• Nilai adab dan tatasusila yang kian meruncing dikalangan mahasiswa terhadap lapisan masyarakat seperti pensyarah, ibubapa dan rakan taulan. Pengaruh hedonisme melampau memburukkan lagi proses pembentukan nilai berasaskan budaya ketimuran dan akhlak islamiyyah.


Keseimbangan IQ,EQ dan SQ


Peri pentingnya keseimbangan ketiga-tiga elemen kecerdasan manusia ini iaitu intellectual quotient (IQ), Emotional quotient (EQ) dan spiritual quotient (SQ) adalah sebagai sumber penampilan imej yang seharusnya dominan dalam kehidupan golongan intelek (mahasiswa) kini. Apa itu IQ,EQ dan SQ?

• Intellectual quotient merujuk kepada kemampuan intelek,analisa, logik dan rasional. Contoh penggunaan IQ ialah dalam pengiraan matematik , 2+3=5.

• Emotional quotient merujuk kepada kemampuan mengesan emosi yang dirasai oleh diri sendiri dan orang lain.Contoh penggunaan EQ ialah memahami perasaan bosan apabila berkomunikasi,dapat mengawal perasaan dalam keadaan tertekan.

• Spiritual quotient merujuk kepada kemampuan memberi makna hakiki (ultimate meaning) kepada setiap tindakan dan pengalaman.Contohnya mengaitkan tuhan dengan amalan seharian (konsep ibadah).


Bagi mahasiswa, seharusnya ketiga-tiga elemen ini dapat diserap dengan penekanan dan pemusatan difokuskan kepada SQ yang bertindak sebagai tunjang kepada IQ dan EQ dalam hidup manusia khususnya pada golongan mahasiswa ini. Namun, mutakhir ini mahasiswa hanya mementingkan unsur IQ yang berjumlah 6% dalam proses pembentukan peribadi manusia sedangkan 94% EQ dan SQ diabaikan.Mereka hanya diuji IQnya melalui peperiksaan lantas menjadikan fokus pembelajaran mereka hanyalah untuk skor didalam peperiksaan,tidak lebih dari itu. Secara tidak langsung,tidak berlaku keseimbangan untuk IQ,EQ dan SQ dalam kehidupan kebanyakan mahasiswa mutaakhir ini. Kita melihat sebenarnya SQ yang menjadi pusat minda dan berkisar tentang hablummillah (hubungan dengan Allah) yang menjadi gesaan agama yang ada didunia supaya kembali kepada Tuhan. Tidakkah dengan mengingati Allah jiwa akan menjadi tenang? Disanalah tergabung jalinnya unsur IQ,EQ dan SQ ini. Lihatlah pada sejarah agung Salahudin Al-Ayubi yang dapat diambil ibrah dari kisahnya yang mengabungkan ketiga elemen ini. Kebijaksanaannya menyusun strategi perang adalah refleksi dari dari IQ yang strategis,sifat prihatin dan belas ehsan kepada musuh iaitu Raja Richard adalah dari emosinya dapat dikawal dengan baik (EQ) dan pertautan hatinya di malam hari bermunajat memohon pertolongan Allah adalah asas SQ yang cemerlang. Inilah resepi pejuang di jalan Allah sepanjang zaman.


Mahasiswa zikir dan fikir


Penyempurnaan ketiga elemen adalah bergantung kepada methodologi zikir dan fikir yang perlu diadun serentak kearah mahasiswa intelek beretika. Apakah zikir? Ia merujuk kepada membaca,memahami,dan mengambil iktibar serta ‘ibrah secara langsung dari ayat-ayat maqruah iaitulah Al-Quran. Manakala fikir difahami sebagai melihat,merenung,dan berfikir tentang ayat manzurah (alam dan ciptaan Allah). Mahasiswa fikir-zikir perlu dibentuk supaya mereka menjadi golongan yang matang siasah,bijak berstrategi tanpa melupakan pergantungan harap pada Khaliq.Inilah krisis yang menimpa mahasiswa dewasa kini,krisis identiti dan pembentukan jatidiri. Inilah formula ilmuan Islam yang tawazun antara tuntutan hablummillah wa hablumminannas.Tauhidullah menjadi asas yang membolehkan falsafah tarbiah islamiah dapat diaplikasikan dalam kehidupan yang menunjukkan dengan ‘fikir’ manusia sebagai khalifah akan dipimpin oleh ‘zikir’nya sebagai hamba.Pengembalian mahasiswa kepada Islam melalui method zikir-fikir memungkinkan mahasiswa memfokuskan kembali falsafah asal penubuhan universiti sebagai medan cambahan minda dan pembentukan individu. Dengan zikir menjadikannya senantiasa tahu tujuan hidupnya iaitu ‘abid dan dengan fikir ia ingat tentang tujuan hidupnya sebagai khalifah. Firman Allah swt :


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ“

Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepadaKu” (Az-Zariyat:56)Juga telah berkata Imam Mawardi:Bangunkan agama dan bersiasahlah (tadbirlah) dunia dengannya.Kedua-duanya memerlukan elemen fikir dan zikir yang perlu digabungjalin untuk diaplikasikan dalam hidup mahasiswa kini.


Budaya Ilmu Yang Tawazun


Pembentukan mahasiswa zikir-fikir juga bergantung kepada content yang perlu difahami dalam bidang keilmuan.Keseimbangan didalam penguasaan ilmu iaitu ilmu wahyu (revealed knowledge) yang merujuk kepada pembangunan insaniah serta modal insan dan penguasaan ilmu aqliah (aqquired knowledge) yang merujuk pembangunan kemajuan (sistem hidup).Contoh terbaik individu seimbang dalam kedua-dua ilmu ini ialah Nabi Muhammad SAW. Kehebatannya dalam pelbagai bidang yang memerlukan kepakaran seperti peperangan, perniagaan, motivasi, kepimpinan,ilmu kekeluargaan dan sebagainya seimbang dengan ilmu wahyu ajaran Jibril as kepada baginda. Disebabkan faktor inilah Rasulullah saw diiktiraf di Barat (Micheal J.Hart) dalam bukunya ‘100 the most influented person in the world’ meletakkan Rasulullah saw berada diranking yang pertama. Pensegmentasian mengikut bidang kepakaran (specialist) tanpa dikukuhkan dengan tunjang utama iaitu agama menjadikan mahasiswa tumpul daya saing,kurang prihatin pada isu semasa dan tiada kesedaran sebagai pendakwah kepada masyarakat. Spesifikasi mereka hanya berlegar disekeliling bidang yang diceburi,tiada added value yang berjalan seiring memandu hala tuju hidup bakal graduan ini.Jurutera dengan dunia pembinaannya, doktor dengan dunia perubatannya, peguam dengan dunia kata-kata dan faktanya semata-mata. Isu protaz (profesional ustaz) atau ulama’ profesional perlu diperhalusi oleh institusi pendidikan dewasa kini.Ia dilihat sebagai satu peluang kita untuk memajukan negara yang dibarisi individu dan kelompok yang beretika dan berakhlak selaras dengan tuntutan Islam. Ikrar harian dalam solat perlulah difahami falsafahnya “Sesungguhnya solatku,ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah ,Tuhan semesta alam”, sebagai tanda taabudiyah kepadaNya dan sebagai motivasi harian manusia supaya tekun berusaha keranaNya.


Kesimpulan


Sesungguhnya elemen yang dibincangkan didalam kertas kerja ini,elemen 3 Quotient (IQ,EQ,SQ),konsep fikir-zikir dan keseimbangan ‘revealed-aqquired knowledge’ memerlukan praktikal dari semua pihak yang terlibat dalam misi pembentukan mahasiswa.Ia hanya akan bersifat terlalu idealistik jika ianya hanya dibincang tanpa diambil serius dan diimplementasi oleh pihak terlibat.Seharusnya pembentukan mahasiswa yang menjadi aset masyarakat haruslah digerakkan oleh mahasiswa yang berkesedaran dan faham tentang halatuju sebenar institusi tinggi dinegara kita.Ianya memerlukan tenaga bersama (kolaborasi) antara mahasiswa supaya bergerak didalam satu barisan (jamaah/team) untuk mengangkat kembali martabat tenaga mahasiswa yang disanjungi satu ketika dahulu.Ini kerana tenaga kolektif membawa keberkatan dan kemenangan.Ayuh bangun mahasiswa!


Ahmad Asyraf Shari : Sumber : http:ulumcordova.blogspot.com