Friday, November 30, 2007

Reformasi Paradigma Mahasiswa Ekonomi


Kilas Sejarah Fakultas Ekonomi


Tanggal 31 Oktober 1953, Fakultas Ekonomi berdiri beridiri di bawah naungan Yayasan Perguruan Tinggi Shakhyakirti dan berstatus swasta. Pada tanggal 17 September 1960, Yayasan Perguruan Tinggi Shakhyakirti menyerahkan seluruh mahasiswa, dosen, dan pegawai administrasinya kepada Universitas Sriwijaya (Unsri). Inilah yang menjadi cikal bakal Fakultas Ekonomi Unsri yang diresmikan pada tanggal 3 November 1960 dan dikuatkan dengan PP No.42 1960 tanggal 29 Oktober 1960. Bermula di Bukit Besar, sekarang sudah merambah ke Indralaya. Dulu hanya ratusan mahasiswa, tapi kini sudah ribuan. Hal ini berarti perjalanan waktu telah mendinamisasikan perubahan demi perubahan di Fakultas Ekonomi. Perubahan yang telah membuahkan keunggulan kompetitif pada keluaran Fakultas Ekonomi untuk dapat membaktikan diri pada nusa, bangsa, dan negara. Namun akankah semua itu sudah terwujud ? Atau barangkali yang terwujud adalah SDM yang unggul, yang hanya dapat membaktikan diri pada dirinya sendiri. Tanpa pernah terpikir untuk mentransfer kesejahteraan diri pada skala kehakikian. Atau barangkali juga SDM yang kebingungan dalam kreativitas dan aktivitas sosial dan profesional.

Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya hanyalah salah satu fakultas di Universitas Sriwijaya dan hanyalah satu komponen di lingkungan pendidikan nasional. Meskipun demikian Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya keberadaannya tidak bisa diasumsikan cetteris paribus dalam proses pendidikan dan pembangunan bangsa ini. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya melakukan berbagai aktivitas yang menunjukkan eksistensi dan kapabilitasnya.

Mahasiswa sebagai komponen terbesar Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya, sudah selayaknya dapat berperan dalam rangka membentuk keluarga besar yang dinamis, harmonis dan romantis dengan mesinergikan segala potensi yang ada. Di kampus inilah, mahasiswa dapat belajar dan mengaplikasikan segala keilmuan dalam sebuah kerangka proses persiapan menjadi bagian masyarakat yang eksis, dengan berorientasi pada sikap kritis, terbuka, ilmiah, kekeluargaan dan religius.

Lembaga kemahasiswaan hadir ditengah-tengah mahasiswa dengan sebuah harapan, menjadi alternatif pilihan untuk pengejawantahan tujuan diatas. Di Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya terdapat banyak lembaga kemahasiswaan dengan berbagai karakter dan tujuan yang berbeda-beda. Khususnya di tingkat fakultas, telah terbentuk wadah bagi mahasiswa yang menjalankan fungsi legislatif dan eksekutif. Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) menjalankan fungsi legislatif, sedangkan fungsi eksekutif dijalankan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Selain kedua fungsi utama diatas, di tingkat fakultas ada beberapa tiga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan lima Badan Otonom (BO). HMJ adalah lembaga eksekutif tertinggi di tingkat jurusan. HMJ tersebut antara lain IKAMMA (Ikatan Mahasiswa Manajemen), IMA (Ikatan Mahasiswa Akuntansi), dan HIMEPA (Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan. BO adalah lembaga mahasiswa yang bergerak dengan visi dan misi yang lebih spesifik, diantaranya Kinerja dibidang jurnalistik keilmuan , Mafesrifala di bidang kegiatan pencinta alam, Ukhuwah di bidang Kerohanian Islam, Bursa di bidang pengembangan lembaga usaha mahasiswa, EFFECS di bidang Bahasa Inggris, FC di bidang olahraga sepakbola, dan FKS dalam bidang kajian sosial.
Mahasiswa dan Pergerakan

Pemerintah sebagai penanggungjawab pencerdasan bangsa telah melahirkan banyak kebijakan yang berdampak pada perubahan paradigma mahasiswa dari masa ke masa. Pada tahun 1980, pemerintah orde baru mengeluarkan keputusan Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK). Kebijakan ini mengarahkan organisasi kampus hanya bergerak di bidang keprofesian masing-masing sehingga organisasi yang aktif hanya dari himpunan-himpunan mahasiswa jurusan sedangkan organisasi di tingkat fakultas dan universitas dimatikan geraknya untuk mencegah mahasiswa mengganggu jalannya pemerintahan.


Kejadian-kejadian tersebut sebetulnya bermuara dari sistem organisasi kampus yang tidak relevan dan tidak adanya konsistensi dalam mengatur keberadaan organisasi di lingkungan kampus. Kebijakan ini berdampak pada mati surinya gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa hanya berkutat pada internal kampus. Mahasiswa dan organisasi mahasiswa (ormawa) disibukan oleh pertikaian antar kelompok dan antar ormawa. Mahasiswa seperti kehilangan orientasi gerakan. Mahasiswa terceraikan dari perannya sebagai social control, agent of change, dan iron stock pergantian zaman. Mahasiswa yang idealnya penjadi dinamisator perubahan suatu bangsa, harus rela mengubur idealisme sucinya dan terombang-ambing dalam rezim status quo orde baru. Tindakan represif pemerintah orde baru telah berhasil memudarkan ke-maha-an para siswa yang notabene-nya adalah kasta tertinggi dalam dunia kesiswaan bangsa.
Gerakan mahasiswa Indonesia 1998. Gerakan yang menuntut reformasi dan dihapuskannya "KKN" (korupsi, kolusi dan nepotisme) pada 1997-1998, yang akhirnya memaksa Presiden Soeharto melepaskan jabatannya. Berbagai tindakan represif yang menewaskan aktivis mahasiswa dilakukan pemerintah untuk meredam gerakan ini di antaranya: Peristiwa Gejayan, Tragedi Trisakti, Tragedi Semanggi I dan II , Tragedi Lampung. Gerakan ini terus berlanjut hingga pemilu 1999. Gerakan mahasiswa Indonesia 1998 adalah titik klimaks yang kembali menunjukan bahwa mahasiswa adalah pengenggam zaman.
Fakta ini kembali membelalakan nurani bangsa Indonesia bahwa gerakan mahasiswa Indonesia masih hidup. Ternyata kebijakan NKK/BKK tidak sepenuhnya berhasil melenakan gerakan mahasiswa. Selama pemberlakuan NKK/BKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Pergerakan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Gerakan yang menuntut kebebasan berpendapat dalam bentuk kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik di dalam kampus pada 1987 - 1990 sehingga akhirnya demonstrasi bisa dilakukan mahasiswa di dalam kampus perguruan tinggi. Saat itu demonstrasi di luar kampus termasuk menyampaikan aspirasi dengan longmarch ke DPR/DPRD tetap terlarang.

Gerakan mahasiswa 1998 adalah kunci menuju orde reformasi. Era yang membebaskan setiap elemen bangsa untuk mengekspresikan kegalauan jiwanya. Kegalauan jiwa yang selama ini terpendam, bebas untuk dicurahkan. Akhirnya para provokator pun beraksi. Kerusuhan dan kerusakan terjadi hampir di setiap belahan negeri. Atas nama kebebasan, para preman mendapat peluang untuk bebas menjarah paksa. Para koruptor semakin percaya diri untuk mengekspresikan karakter korupnya. Para seniman dan media pun tidak ketinggalan mengekspresikan kebobrokan kreativitas lewat tebar produk yang menghinakan moral bangsa. Kebebasan yang memudarkan kemulian bangsa.
Begitupun para pembuat kebijakan, mencari peluang untuk dapat memuaskan hasrat kekuasannya. Lahirlah PP 37 sebagai alat untuk mempertebal kantong anggota dewan dengan aneka tunjangan. Untuk dunia pendidikan tinggi, lahirlah RUU BHP sebagai kekuatan pemerintah untuk berlepas tangan dari kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa. Jargon para founding fathers yang tertuang dalam pasal 32, 34 terlupakan. Keberadaan BHP ke depan, harus dikritisasi lebih lanjut. Hal ini mengingat adanya celah-celah yang terbuka untuk melakukan komersialisasi kampus. Selain itu, peluang untuk terjadinya eksploitasi terhadap masyarakat (mahasiswa) untuk pendanaan Universitas juga harus diperhatikan. Karena, hal ini dapat saja terjadi jika perencanaan pengelolaan keuangan BHP tidak sistematis dan proporsional, dengan adanya dukungan kebijakan dari pemerintah, misalnya masalah pengalihan aset, pemberian dana awal untuk melakukan adaptasi dalam perubahan dari PTN ke PT BHMN.
BHP memberi celah komersialisasi pendidikan, eksploitasi mahasiswa, dan perencanaan yang tidak sistematis, perhatian berikutnya terhadap BHP adalah bahwa BHP tidak bisa diberlakukan di semua wilayah di Indonesia karena perbedaan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di masing-masing daerah. Misalnya, di Univ. Samratulangi, jumlah mahasiswa yang mau masuk ke PT saja sangat sedikit, itu sudah dengan biaya yang murah. Bagaimana jika BHP menaikkan bayaran mahasiswa itu, mungkin akan semakin sulit mencari anak SMU yang mau masuk Perguruan Tinggi. Gerakan mahasiswa harus senantiasa berjuang terkait isu pendidikan ini.
Rekonstruksi paradigma mahasiswa ekonomi
Mahasiswa sebagai bagian dari sejarah perubah zaman (agent of change) telah menjadi sebuah dilema, ketika harus memerankan fungsinya sebagai social control padahal mereka belum bisa mengontrol diri masing-masing, ketika mereka diharapkan kekuatan dari mereka untuk membangun negara (iron stock) dan juga penggerak kekuatan moral bangsa (moral force) tetapi moral mahasiswa juga masih ditelantarkan. Mahasiswa berada di persimpangan. Traumatisme terhadap dunia pendidikan semakin mewabah. Secara ideal, status kemahasiswaan adalah posisi yang prestius di masyarakat. Namun, realita pasca kampus, seperti menjamurnya penganggur terdidik yang dulunya berstatus mahasiswa, mengkerdilkan ­ke-maha-an para mahasiswa.

Mahasiswa Ekonomi sebagai individu pun tidak bisa terlepas dari pengaruh perubahan zaman. Asumsi ceteris paribus yang sering kali diagungkan oleh para ekonom teoritis hanyalah sebuah utopia. Invisble hand kadangkala dijadikan pelipur lara dari kegagalan ikhtiar. Era globalisasi terus membayangi relung tatap, pikir, dan aktivitas mahasiswa. Ketakutan terhadap masa depan berdampak pada tumbuh maraknya paradigma pragmatisme. Kerinduan akan kenikmatan cerahnya masa depan menumbuhkan hedonisme. Ruang kepedulian adalah hal yang sulit ditemukan. Mahasiswa tejebak menjadi kaum elitis yang sulit membaur dalam tata
kehidupan sosial kemasyarakatan.
Tipe dan Model Mahasiswa Masa Ki ni

Mahasiswa terkotak pada dimensi model yang beragam. Ada mahasiswa hedonis, mahasiswa akademis, mahasiswa aktivis dan mahasiswa organisatoris. Mahasiswa hedonis identik dengan dengan aktivitas kuliah, bersenang-senang, pacaran, dan foya-foya. Hidup mereka hanya senag-senang, konsumeris, tanpa adanya keinginan untuk mencipta, berkreasi, dan melakukan pengembangan diri yang efektif. Tanpa peduli dengan masa depan ataupun masyarakat. Mereka cenderung kuliahnya terbengkalai dan tidak dihargai masyarakat.

Mahasiswa akademis, yaitu mereka yang memiliki semangat belajar tinggi, mengejar nilai bagus, berusaha sukses dalam hal akademik tetapi tidak peduli urusan masyarakat. Artinya mereka mementingkan dirinya sendiri. Mereka cenderung terlena oleh dunia akademiknya sendiri sehingga kebanyakan mereka tidak memiliki pengalaman yang praktis (practic experience) untuk menunjang ke arah profesinya dalam dunia kerja.
Mahasiswa aktivis, yaitu mereka yang peka urusan dan permasalahan masyarakat, merespon apabila ada kasus dan fenomena di masyarakat. Tetapi, di sisi lain mereka tidak mengabaikan kewajiban mereka sebagai mahasiswa, yaitu kuliah. Mereka cenderung memiliki ground balancing antara penempatan diri dan pengembangan skill intra perkuliahan maupun ekstra perkuliahan.. Sehingga kebanyakan dari mereka diterima dalam dunia profesi secara layak.

Mahasiswa organisatoris, yaitu mereka yang hanya mementingkan kegiatannya di suatu organisasi tertentu karena menguntungkan bagi pengembangan dirinya tetapi tidak menguntungkan bagi nilai akademiknya. Mereka cenderung menempatkan organisasi sebagai pelarian bukan kebutuhan.
Mahasiswa bebas memilih
Mahasiswa memiliki kebebasan untuk merancang masa depan mereka. Begitu pun merancang masa depan mereka selama berstatus mahasiswa. Keempat tipe di atas adalah realita yang telah menjadi alternatif mahasiswa. Kita semua dilahirkan dengan ciri khas tersendiri. Seandainya kita adalah batu, beberapa kita adalah marmer, dan lainnya pualam, batu pasir, granit. Bahan dasar jenis batu kita memang tidak bisa berubah, tetapi bentuk bisa kita rubah. Kita mungkin berasal dari kultur dan latar belakang tingkat ekonomi yang berbeda. Kita kemarin adalah siswa pendiam, pasif, tidak PD (Low Self Confidence), rendah diri, canggung, dan tertutup. Atau mungkin siswa yang cerdas, kreatif, berprestasi, optimistis, dan bersahaja. Sekarang kita bukan siswa lagi. Sekarang kita telah berpindah ke era kedewasaan berpikir, keutamaan pertimbangan ilmiah, dunia mencari idealisme yang sesungguhnya, yakni dunia mahasiswa. Sudah saatnya kita merubah kelemahan kita menjadi suatu kekuatan, dan meningkatkan kelebihan yang telah dan mewujudkannya menjadi realita cipta.
Peranan dan kiprah mahasiswa dalam mengawal berbagai perkembangan dan dunia tidak diragukan lagi. Mulai dari mengantarkan kemerdekaan dan berbagai perubahan di negeri ini dan dunia, mahasiswalah yang menjadi tonggak kejayaannya. Agent of change (Agen Pembawa Perubahan), itulah sebutan yang pantas untuk kita para mahasiswa. Sebutan itu adalah sebutan yang diberikan oleh khalayak ramai pada kita, dan hal itu merupakan penghargaan yang cukup besar karena memang posisi kita sebagai mahasiswa berada pada titik tepat yakni pada Base Education Position (Posisi yang berbasis pendidikan). Penghargaan itu dari masyarakat dan masyarakatlah yang memberikan penilaian. Keputusan ada ditangan Anda dan Anda sendirilah yang akan mewujudkannya.

Rancang bangun mahasiswa ekonomi yang berkarakter
Manusia pada dasarnya telah dikaruniai IQ, EQ, dan SQ sebagai bahan dasar, tetapi tidak tahu cara mengelolanya secara bersamaan dan terintegrasi. Akibatnya banyak diantara kita para mahasiswa cenderung menelan mentah-mentah berbagai idealisme yang berkembang di lingkungannya. Maka tidak heran, begitu beragam idealisme yang berkembang di kalangan mahasiswa. Ada yang menagungkan kapitalisme, menganut sosialisme, berpola konsumerisme, berjiwa materialisme, berprilaku hedonis, bahkan ada yang terbuai pada narkobaisme. Semua tercipta karena kesalahan, atau mungkin juga ketiadaan metode atau cara. Sementara metode yang ada saat ini cenderung hanya untuk membentuk dan membina kecerdasan intelektualitas menyangkut sisi kecerdasan akademis dan menjurus pada materialisme namun buta akan aspek emosional dan spritual.

Secara umum kita para mahasiswa dididik dalam perkuliahan yang dipersiapkan untuk memasuki lapangan kerja yang bersifat profesi dan non profesi baik dalam industri jasa maupun industri manufaktur. Oleh karena itu idealnya seorang praktisi menurut berbagai sumber internasional dalam rangka percepatan persaingan di era globalisasi harus memiliki karakter sebagai berikut : Honest (Jujur), Forward Looking (berpikiran maju), Competent (Kompeten), Inspiring (Dapat memberi inspirasi), Intelegent (Cerdas), Fair-Minded (Adil), Broad-Minded (Berpandangan luas), Supportive (mendukung), Straight Forward ( Terus terang) , Dependable (Bisa diandalkan), Cooperative (Berkerjasama), Determined (Tegas), Imaginative (Berdaya imajinasi), Ambitious (Berambisi), Courageous (Berani), Caring (Perhatian), Mature (Matang/dewasa dalam berpikir dan bertindak), Loyal (Setia), Self-controlled (Penguasaan diri), Independent (Mandiri)
Berdasarkan realita tipe dan model mahasiswa dan selaras dengan karakter praktisi ideal di atas, maka orientasi pembaharuan paradigma mahasiswa ekonomi adalah untuk menyikapi realita di atas dan menuju pada konsep ideal kehakikian. Adaptasi dan variasi kreativitas dan pola pembaharuan paradigma adalah mainstream pola penyikapan terhadap keberagaman yang terdapat pada mahasiswa ekonomi. Pola pembaharuan paradigma diselaraskan dengan kebutuhan realita khalayak mahasiswa ekonomi secara agregat. Bukan realita yang merupakan utopia nisbi para pengusung paradigma status quo ataupun prasangka kelompok minoritas yang merasa mayoritas. Bukan juga paradigma mahasiswa yang terorientasi pada ketidakberimbangan dalam pengembangan potensi diri. Keseimbangan adalah titik tuju dan arah juang pembaharuan paradigma mahasiswa ekonomi. Keseimbangan yang menjadikan IQ, EQ, dan SQ sebagai indikator perubahan. Keseimbangan yang mengakumulasi komitmen dan I’tikad baik individu mahasiswa, kelompok organisasi mahasiswa, dan unsur terkait lainnya.
Perubahan paradigma yang terarah pada penyucian kembali keaktivisan mahasiswa. Paradigma reformasi berurusan langsung dengan manusia sebagai subjek dan objek reformasi. Masalahnya ialah bilamana suatu reformasi itu dikatakan langsung berurusan dengan manusianya? Sesuai dengan filsafat pendidikan Indonesia yang bertujuan membangun kecerdasan manusia yang seutuhnya, dan filsafat besar lainnya, maka dapat dikatakan bahwa suatu reformasi dikatakan berurusan secara langsung dengan manusia ialah ketika reformasi ditujukan untuk spiritualitas mahasiswa.
Sehubungan dengan hal di atas, agar reformasi lebih berhasil, maka paradigma reformasi hendaknya berlandaskan pada paradigma baru ini. Paradigma baru ini lebih bertumpu pada spiritualitas manusia yang hidup dalam bentuk keyakinan, cita-cita dan jiwa setiap individu. Paradigma reformasi yang mengutamakan akhlak, watak atau budi pekerti. Spiritualitas yang lebih merupakan faktor pendorong yang pokok pada suatu perubahan sosial, di samping faktor-faktor lainnya.

Selain itu, paradigma mahasiswa perlu direkonstruksi ulang dalam tiga tahapan : Pertama, kita harus pemaknaan kembali hakikat mahasiswa, sebab selama ini mayoritas mahasiswa tidak memahami mulia dan strategisnya peran dan fungsi mahasiswa. Kedangkalan pemahaman akan arti penting dirinya seringkali mengkerdilkan ke-maha-an para siswa perguruan tinggi. Mahasiswa terjebak pada kultur bawaan semasa SMA, yang hanya bersibuk ria di kelas, kantin, dan kos. Kerapuhan paradigma hakikat mahasiswa ini membuat keterlibatan mahasiswa di dalam organisasi kemahasiswaan adakalanya cuma sekadar untuk menutupi kegagalan akademis dan untuk kepentingan pragmatis, seperti mencari sertifikat pengalaman organisasi, profit oriented, atau ikut-ikutan saja. Oleh karena itu, sebuah goncangan kecil sudah cukup memadai mengoyahkan keterlibatan mahasiswa jenis ini.
Kedua, setelah menguatkan pemahaman akan hakikat mahasiswa. Individu mahasiswa harus kita bawa ke ranah komunitas mahasiswa yang besar, di mana ia menjadi bagian dari masyarakat dan membangun masyarakat tersebut. Apabila pada tahapan pertama, kita menciptakan mahasiswa yang memiliki kepahaman mendalam akan arti penting mahasiswa, maka pada tahapan kedua mahasiswa kita leburkan dalam masyarakat, agar ia dapat mendistribusikan kepahamannya kepada yang lain; agar kepahaman individual itu berkembang menjadi kepamahaman kolektif. Inilah hakikat dari makna peran dan fungsi mahasiswa.Ketiga, apabila pada tahapan dua, yaitu tahapan partisipasi, manusia muslim telah melebur dalam masyarakatnya dan berpartisipasi dalam membangun masyarakat tersebut. Pada tahapan ketiga kita perlu menjamin bahwa setiap mahasiswa yang berpartisipasi itu benar-benar dapat mencapai tingkat paling optimal dalam memberikan kontribusi pada perubahan zaman. Salah satu sumber kekayaan peradaban adalah keunikan-keunikan indvidual dari setiap mahasiswa, yang apabila potensi-potensi individual tertuang secara optimal dan membentuk sebuah muara gerakan yang sinergis, sebuah gelombang peradaban yang dahsyat akan segera mengemuruh membelah sejarah. Begitulah sejatinya ikhtiar perubahan paradigma mahasiswa. Hidup Mahasiswa...!!!

Thursday, November 29, 2007

Anda Mahasiswa Berprestasi Selanjutnya

Alhamdulillah Allah memilih saya untuk menjadi salah satu Mahasiswa Berprestasi Unsri 2007. Amal syukur adalah komitmen. Untuk itu saya akan men-sharing-kan napak tilas perjalan menjadi Mahasiswa Berpresasi Unsri 2007. Semoga ini dapat menginspirasi Anda untuk meniti jalan menuju prestasi. Keep in touch !!!
Nedi itulah nama saya. Sekarang saya kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Jurusan Manajemen Angkatan 2004. Nedi terpilih menjadi Terbaik II Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Unsri Mei 2007. Selain itu, terbaik ke I diraih oleh Andini Wulandari dari Fakultas Kedokteran dan Rahmat Natawijaya dari Fakultas Pertanian untuk terbaik ke III. Peserta pemilihan Mapres ada 8 mahasiswa hasil seleksi fakultas Se-Unsri. Indikator penilaian dalam pemilihan Mapres antara lain; prestasi akademik, Bahasa Inggris, Karya Tulis dan Kegiatan Ekstrakurikuler.

Untuk prestasi akademik, indikator utamanya adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Selain itu, prestasi akademik dinilai dari banyaknya kegiatan ilmiah yang diikuti (seminar, workshop, pelatihan, kuliah umum), prestasi akademis (ilmiah) yang diraih, karya tulis ilmiah yang telah dibuat dan dipublikasikan. Proses penilaian Bahasa Inggris dilakukan secara tertulis dan lisan. Secara tertulis penilaian dilakukan pada karya tulis, sedangkan secara lisan dilakukan melalui presentasi dan dialog antara peserta dan para juri.

Untuk karya tulis, setiap peserta diwajibkan membuat karya tulis. Penilaian dilakukan pada tata aturan, muatan tulisan, dan presentasi karya tulis. Proses penilaian selanjutnya adalah seleksi Mapres adalah kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler berkenaan dengan aktivitas keorganisasian, baik internal maupun eksternal kampus. Indikator penilaiannya adalah keaktifan di organisasi, seperti posisi di organisasi dan kepanitian. Selain kegiatan keorganisasian/kepanitian, penilaian kegiatan ekstrakurikuler dilakukan terhadap banyak aktivitas kemasyarakatan yang diikuti (pengabdian masyarakat).

Buat kamu yang tertantang untuk menjadi Mapres selanjutnya, mulai semester pertama segera tuliskan pada “Buku Impian” (Action Plan = Rencana Selama Mahasiswa) bahwa Anda akan menjadi Mahasiswa Berprestasi. Selanjutnya rencanakan semua tindakan untuk mewujudkannya. Berjuang untuk meraih prestasi akademik yang baik, seperti IPK minimal cumlaude, aktif berpartisipasi dalam kegiatan dan kompetisi ilmiah, produktif menghasilkan karya ilmiah, dll. Terus berjuang meng-upgrade kualitas Bahasa Inggris, dan yang terpenting adalah berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi intenal (Seperti Barokah, Nadwah, BEM, dll) dan eksternal Kampus (KAMMI, Ruis Club, Forum Remaja Masjid Formas, Forum Lingkar Pena, Ikatan Remaja Masjid, Karang Taruna, Organisasi Kedaerahan dll). So nggak salah dong jika mulai sekarang kamu berpikir menjadi Mahasiswa Sukses Akademik Sukses Organisasi organisasi dan Bermanfaat bagi semua (Triple –ing = Studying, Organizing , and Loving).

Organisasi begitu berarti bagi hidup saya. Lejitan pontensi sangat terasa ketika aktif di organisasi. Banyak hal yang saya peroleh di organisasi. Organisasi memotivasi saya untuk terus belajar memaknai arti hidup. Bagaimana cara dipimpin dan memimpin, dan bekerjasama dalam tim semua saya peroleh di organisasi. Saya lebih mengerti arti cinta, solidaritas, perhatian, dan pengorbanan ketika berada di organisasi. Banyak sahabat dan saudara yang aku peroleh di organisasi. Selain itu, organisasi membentuk saya untuk lebih percaya diri mengarungi kompetisi kehidupan, karena banyak life skill yang saya peroleh, seperti komunikasi, negoisasi, public speaking, membangun jaringan, dan mengembangkan kemampuan dalam pengelolaan administrasi (surat menyurat, proposal, dll). Saya semakin yakin dengan riset yang menyatakan bahwa 80% kesuksesan di dunia kerja dan usaha ditentukan oleh faktor non akademik. Berarti prestasi akademik hanya berkontribusi untuk kesuksesan kita di dunia kerja sebesar 20%. Realita kebanyakan kita lebih disibukan dalam mempersiapkan yang 20%. Faktor non akademik, seperti di atas dapat diperoleh dan dikembangkan di organisasi.

Manfaat terpenting lewat organisasi kita dapat mengoptimalkan fungsi kemahasiswaan. Lewat organisasi kita dapat terus belajar berjuang menginspirasi dan menginisiasi (menggerakan) perubahan diri dan negeri (agent of change), senantiasa peka mengontrol dan berpartisipasi dalam menyikapi realitas sosial masyarakat (social control), dan terus membekali diri untuk bersiap menjadi pewaris negeri (Iron Stock). Intinya aktif di organisasi akan semakin memperjelas bahwa kita MAHA – SISWA. Ingat ada tambahan kata MAHA lho. Jika cuma kelas, kantin, kos, apa bedanya dengan semasa siswa dulu. Tapi kan sulit untuk bisa menyeimbangkan semuanya. Justru itulah tantangannya. Hidup ini jadi indah karena ada tantangan.

Saya ketika SMA sangat anti organisasi. Organisasi nggak lha. Nganggu belajar, capekin, and buang-buang waktu. Kutu Buku ghitu teman-teman bilang. Tempat operasional saya selama SMA, jika nggak di kelas, saya ada di perpustakaan. Jangan dicari di kantin, pasti nggak ada, soalnya sering penghematan (emang anggarannya nggak ada kok). Emang sih secara prestasi akademis luar biasa. Kebukti memang saya diizinkan oleh Allah menutup masa SMA saya dengan menjadi lulusan terbaik di SMKN 2 Palembang tahun 2003, konon katanya juga saya lulusan dengan nilai tertinggi kategori SMK Teknologi Industri di Kota Palembang. Tetapi setelah lulus, satu per satu teman-teman saya yang dulu aktif di organisasi dan nilainya nggak bagus-bagus amat mendahului saya mendapat pekerjaan. Satu per satu kegagalan dalam tes seleksi baik kerja maupun kuliah mengenai saya. Tergiang dalam imaji saya ketika itu “Apa ya yang salah dengan diri ini ?” Berhubung saya suka buku, pelarian saya ya buku and buku. Tapi, bukunya udah mulai berubah lho..Buku yang sering saya baca adalah buku tentang pengembangan diri.

Alhamdulillah..Allahuakbar. Akhirnya di Tahun 2004 Allah mengizinkan saya untuk mengenyam pendidikan di Unsri. Baru beberapa bulan masuk, Unsri mengadakan pemilihan Presiden Mahasiswa. Skenario Allah terjadi pada saya, saya bertemu dengan salah satu calon presmanya. Dia bilang gini. Dik Konsep sukses di kampus itu ada tiga yaitu TRIPLE-ING. Pertama, -Ing adalah Studying, kedua organizing, ketiga loving. Jika mahasiswa sukses studi aja (IPK besar) banyak, apalagi di Ekonomi (tersinggung juga lho). Mahasiswa sukses organisasi juga banyak, malahan yang hampir Drop Out (DO) rame. Mahasiswa yang sibuk hanya dengan bertualang cinta, gonta-ganti pacar (loving) juga banyak. Tapi, mahasiswa yang sukses ketiganya ada, tapi sulit dicari di Unsri. Diskusi inilah yang menginspirasi saya untuk mewujudkannya. Tapi, konsepnya aku kembangin. Loving menurut saya adalah mencari sebanyak-banyak saudara, karena hakikat cinta sejati menurut saya adalah persaudaraan.

Petualangan dan pencarian organisasi pun dilakukan. Satu per satu organisasi mahasiswa saya masukin. BEM Univeristas, BEM Fakultas, Lembaga Pers Mahasiswa, BEM Universitas, KAMMI, BO Ukhuwah adalah sederetan organisasi yang sempat saya singgahin di tahun pertama kuliah. Akhirnya, setelah melalui pertimbangan yang mendalam hanya berapa organisasi yang membuat saya betah berlabuh di sana, antara lain BO Ukhuwah, KAMMI, dan BEM Unsri. Alasan aku memilih BEM Unsri adalah agar aku bisa lebih mengenal mahasiswa Se-Unsri. Untuk KAMMI dan BO Ukhuwah (Kerohanian Fakultas), saya memperoleh banyak hal, antara lain memaknai arti Islam yang sesungguhnya (Dulu aku pikir Islam itu cuma Sholat, Zakat, Puasa, Haji, Nikah, dll. Eh ternyata setelah aku ikut AMKAI aku semakin tahu ternyata Islam itu komprehensif or mengatur seluruh seluk beluk kehidupan manusia), semangat untuk memperbaiki diri, selain itu juga kualitas fikir saya semakin terasa ketika ikut acara Mentoring Mingguan (AMKAI). Menurut saya organisasi seperti Kerohanian menjadi spesial, karena disana kita dibentuk untuk memiliki peluang untuk Mencerdaskan Intelektual (IQ), Mencerdaskan Emosional (EQ), dan Mencerdaskan Spritual mahasiswa (SQ).

Ketiga unsur kecerdasan inilah yang akan mendukung kesuksesan kita nantinya. Saya rekomendasikan buat adik-adik 2007 dalam memilih organisasi harus mempertimbangkan pengembangan tiga kecerdasan di atas. Tipsnya: Pertama. Sebelum memilih organisasi, gali informasi tentang program kerja yang telah dan akan terlaksana. Tanya apa sih tujuannya dan gimana rencana pengembangan ke depan organisasi yang bersangkutan. Kedua, Amati dengan seksama orang-orang yang aktif disana. Poin pengamatannya gimana penampilan (rapi, Kusut, Lecek, Gondrong, dll), cara mereka memandang Anda (Tulus or No), berbicara dengan Anda (Sopan, Berisi Ilmu, Menarik,dll), cara melayani Anda (Ogah-ogahan, antusias, perhatian, dll), latar belakang tokoh-tokoh organisasinya (Misal sebelum jadi Gubernur Mahasiswa gimana reputasi sosialnya, prestasi akademiknya, hubungannya dengan yang lain, dll) dll. Arahkan semua penilaian Anda pada poin pengembangan tiga kecerdasan. Jika berdasarkan pengamatan ternyata rada-rada mendekati. Langsung aja deh disamber. Terlambat berarti menunda kesempatan segera berkembang. Repot amat. Nggak lah..yang penting jangan sampai salah memilih. Hati-hati jangan sampai tertipu. Itu aja kok. Salah memilih berarti masa depan Anda terancam bingung.

Kesimpulannya adalah Mahasiswa Berprestasi mengarahkan mahasiswa untuk mengidealkan proses penggalian dan pengembangan pontensi diri. Pengembangan yang melibatkan semua aspek. Mapres adalah posisi dimana kita dimotivasi untuk bijak menyadari status kemahasiswaan kita. Prestasi akademik memang sangat penting. Aktif dan berkembang di organisasi tidak kalah pentingnya ataupun peduli terhadap realitas sosial di sekitar kita juga sangat penting. Tidak salah jika kita menomorsatukan yang satu, menomorselanjutkan yang lain. Tidak salah jika kita berpikir kita harus sukses di semua sisi or berusaha seimbang. Atau pun pilihan yang layak diapresiasi juga jika Anda untuk memilih gagal di semua sisi. Atau barangkali juga bukanlah hal yang salah jika Anda berpikir “Hidup ini mengalir aja deh, Nggak usah neko-neko, Nggak usah mimpi,jalanin aja deh dll”. Intinya itu semua pilihan. Anda semua bebas memilih dan menentukan masa depan Anda.

Bermimpi or bercita-cita berarti memilih. Memilih berarti merencanakan. Perencanaan berarti bersiap untuk bertindak. Bertindak berarti ada proses kejadian. Proses kejadian inilah yang akan menentukan kita semua akan seperti apa. Hal yang paling pasti akan berbeda orang yang merencanakan hidupnya or yang ngalir aja. Pasti berbeda dong antara orang yang hanya terombang-ambing pada realitas yang ada dengan orang yang memikirkan (merencakan) realitas hidupnya. Ustad Anis Matta (Pengarang banyak buku terkenal berkenaan dengan pengembangan diri sesuai perspektif Islam) bilang “REALITAS DI SEKITAR KITA HARI INI TERBENTUK OLEH REALITAS PIKIRAN ORANG-ORANG DI MASA LALU.”. Contoh ni..adanya Bola Lampu, dikarenakan Thomas Alva Edison berpikir mungkin menciptakan Bola Lampu. Kepikir nggak jika Bang Thomas dulu nggak pernah berpikir (berkhayal produktif maksudnya) tentang adanya Lampu !!!. Oleh karena itu, bangunlah realitas di pikiran Anda, berpikirlah bahwa segala sesuatu mungkin akan terjadi pada diri Anda. Tuliskan kemungkinan dalam buku impian Anda. Insyaallah deh alam bawah sadar Anda akan terus tersugesti untuk memikirkan cara mewujudkannya. Itu berarti ketika Anda telah menuliskan Impian Anda berarti Anda telah membangun realitas masa depan Anda. Kesuksesan tinggal masalah waktu. Terakhir jaga mimpi tersebut dari para pencuri mimpi (Misalnya teman Anda yang mentertawakan mimpi Anda). Insyaallah deh Allah akan merestui itu” We can’t change the world by our hands alone. But we can change the world by inspiring others to follow. Selamat berjuang...!!!

Identify me

Nedi Yansah begitu nama lengkap saya.Assyah begitu aku akrab disapa. Di Gunung Raja Lubai,sebuah desa pelosok Muara Enim aku dilahirkan. Tepat 2 April 1985, aku mengawali perjuangan hidup di maya pada ini.