Sunday, January 27, 2008

SELAMAT JALAN SOSOK FENOMENAL


(Oleh : Abdul Kholek, Mahasiswa FISIP UNSRI)

Minggu 27 Januari 2008 tepatnya pukul 13.10 WIB, kilat menggelegar mengoncang bumi pertiwi, sembilu menyayat hati ribuan bahkan jutaan rakyat Indonesia, ketika seorang tokoh fenomenal Soeharto anak seorang petani yang pernah memimpin negeri ini selama 32 tahun, menghembuskan nafas terakhirnya diusianya yang ke 86 tahun. Kenangan indah sosok fenomenal, selama memimpin negeri berjuang bersama para petani, berjuang memperebutkan kemerdekaan serta mempertahankan kemerdekaan dan usahanya membangun negeri, di ukir dalam tayangan silih berganti oleh media elektronik dari tv nasional sampai tv swasta. Semua jiwa tertunduk merasakan suatu getaran yang tidak dimengerti, mungkin inilah karismatik besar yang dimiliki oleh seorang sosok fenomenal.

Presiden Republik Indonesia Sosilo Bambang Yudoyono, dengan penuh penghormatan mengharapkan semua rakyat untuk menaikan bendera setengah tiang sebagai tanda bela sungkawa serta luka yang mendalam atas kehilangan sosok yang paling berpengaruh selama 32 tahun dalam orde baru.

Merah putih menjadi saksi bisu perjuangan dan sepak terjang seorang tokoh fenomenal yang mungkin tidak akan di lahirkan lagi di negeri ini, walaupun orde baru di stereotifkan sebagai rezim hitam dari panggung perpolitikan sejarah di negeri ini (baca : dosa-dosa orba), tetapi tidak semuanya rezim orde penuh dengan nodah hatam, goresan putih masih sangat jelas terlihat ketika pembangunan negeri ini kian maju selama orde baru, catatan dalam laporan Mellinium Development Goals (MDG) Indonesai tahun 2003, menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dari tahun 1970-1996 perekonomian Indonesai meningkat rata-rata 6 % pertahun sehingga menurunkan angka kemiskinan secara signifikan serta berubahnya status Negara ini menjadi Negara berpendapatan menengah (laporan millennium Development Goal tahun 2003)

Bangsa Indonesia memang sangat rentan mengikuti realitas bukan menciptakan realitas, ketika salah satu realitas di tonjolkan maka tenggelamlah realitas yang lain. Ketika sesuatu yang benar di salahkan maka yang salahpun menjadi realitas yang di benarkan, sungguh sangat naif kalau kita berpikir terlalu parsial, tidak dapat dipungkiri begitu besar sumbangan orde baru terhadap pembangunan bangsa Indonesia, tanpa menapikkan penyimpangan yang juga terjadi.

Yang sangat mengharukan sekali ternyata kepergian sosok fenomenal ini di tangisi hampir oleh semua lapisan masyarakat terutama lapisan terbawah negeri ini kaum petani subsistensi merakalah orangnya. petani di desa merasa kehilangan identitas ketika muncul orde reformasi ini sautu realitas yang menenggelamkan realitas yang lain. Mugkin terlalu konservatif pemikiran kelas terbawah negeri ini ketiga mereka mengatakan kalau bisa seperti dulu lebih baik kami kembali pada kehidupan orde baru, inilah realitas dari keterlekatan sosok fenomenal ini dengan rakyat.

Status Almarhum menjadi sorotan yang cukup kontroversial, sebelum beliau menghembuskan nafas terakhirnya, ada kelompok yang menganggap setiap kesalahan harus diadili inilah yang di usung oleh elemen yang mengatasnamakan pembela reformasi, tetapi sebaliknya ada juga yang mengatakan bahwa sautu kebaikan bisa di pertukarkan dengan kesalahan dalam artian titik impas menjadi jalan terakhir.

Mungkin kedua persepsi ini akan menjadi permasalahan populer yang akan di perdebatkan dan semakin menghangatkan media massa, inilah bangsa Indonesai selalu di permainkan oleh sesuatu yang tidak menentu. Kalau penyelesaian kasus ini dengan jalan hukum, yang patut di pertanyakan dimana rasa penghargaan negeri ini kepada sosok fenomenal yang ikut meletakkan pondasi bangunan republic tercinta ini, mungkin sudah waktunya bagi kita semua untuk berpikir positif dan mencari alternative yang terbaik dan memposisikan orang yang telah berjuang membangun negeri ini dengan penghargaan yang tinggi sebagai pahlawan pembangunan.

Kata terakhir dari masyarakat yang telah kehilangan identitas yang ditelan oleh realitas semu reformasi, selamat jalan sosok fenomenal, semoga terbuka tabir serta neraca keadilan di hadapan-Nya.

(abdul kholek, 085273340401)

No comments: