Thursday, February 14, 2008

Edelwise (Add Always)


Jum'at, 8 Februari 2008

Sekuntum "edelwise" ku damba
Buah pengorbanan jiwa
Penyata keabadian harapan
Penguat komitmen jiwa
Tuk sebentuk kehakikian cinta

Edelwise sulit benar di sua
Pa lagi di tegur sapa
Tau barangkali di senda gurau
Edelwise munkin kau hanya imaji insan

Duhai...masa..
Jangan kau putuskan asa
Jangan kau lelahkan jiwa
Gugurkan azzam yang t'lah membara
Pupuskan harapan yang t'lah mengktistal

Duhai...masa...
Kuatkan diri dengan istiqomah
Tegarkan diri ini dengan taqwa
Biar nanti saat ku jumpa dia
Tak sedikit pun bersitkan kecewa
Yang ada hanya syukur bahagia

Duhai...edelwise
Benarkah kau pertanda keabadian
Benarkah juga kau perlambang cinta
Sebagaimana yang mereka sepakatkan...
Tentangmu
Edelwise


Sementara waktu...

Telah beberapa masa sang waktu berlalu. Kurun waktu pun telah berganti. Ada rasa ingin untuk kembali ke masa silam. Namun hari depan datang begitu lantang. Menggoreskan cita dan cinta dengan kecemerlangan.

Sang waktu begitu berarti. Pepatah Arab menyata "Sang Waktu laksana tebasan pedang". Tak kan mampu kembali karena nyawa telah melayang. Si kulit putih pun membilang "Sang waktu adalah uang". Sebuah kerugian yang sangat, ketika membiar waktu berlalu dengan kesiaan. Menurut saya, Sang waktu adalah manfaat dan maslahat. Sebuah kewajiban untuk menjadikan sang waktu senantiasa memberi manfaat dan maslahat bagi diri dan semua hal yang berkenaan.

Sang waktu adalah barometer kualitas diri. Rentang yang memberi peluang untuk dimanfaatkan. Ruang yang disana terhampar begitu banyak harapan. Rentang pembeda antara diri dengan orang seberang. Ruang penyikap antara cita dan realita. Sang waktu yang akan mengungkap semua. Menurut Anda, apakah sang waktu itu?


Sang mentari mulai memuncak, pendakian pun mulai menanjak...

Sang mentari mulai memuncak. Sebentar lagi sepetinya akan tenggelam. Terbuai dalam pekatnya awan. Tenggelam dalam gelapnya mega. Sepertinya pertanda pergantian masa pun akan terjadi. Seirama perjalanan sang waktu, pendakian mulai memuncak. Detak arloji menyaji sensasi, menunjuk bahwa sebentar lagi siang kan pergi. Mengertak agar kami cepat mendaki.

Shelter 1....

"Jika sampai di atas jangan lupa bawain
kami bunga edelwis dan bunga panjang umur ya".....by : friend

Edelwise, kata itu menyeruak diungkap salah seorang saudara pendaki. Ternyata juga diamini oleh pendaki lain. Dia mengutara, dia juga mendapatkannya. Begitulah munkin momentum sang edelwise menjadi sub tema perjalanan. Terbersit di imaji, tercetus dalam lisan tuk memperindah perjalanan dengan mengungkap misteri edelwise.

Kata mereka edelwise adalah sejenis bunga. Edelwise hanya tumbuh kembang di ketinggian. Edelwise mungkin juga ada di puncak pendakian yang kami tuju. Kuntum Edelwise mungkin juga bisa dipetik disana. Edelwise sangat dicari oleh para pendaki. Diharap untuk dipetik oleh mereka. Namun kurun masa menyata edelwise sulit ditemui.

Kata mereka Edelwise adalah perlambang keabadian cinta. Keabadian yang tak kan mampu terkikis oleh masa. Keabadian yang tak mampu ditelan ruang. Keabadian yang menjanji sehidup-semati. Layaknya keabadian romantisme kisah cinta "Romeo-Juliet". Seperti keabadian komitmen cinta "Laila-Majnun". Edelwise begitu melegenda. Memabuk kepayang para 'Climber" tuk merengkuhnya. Menyemangati para "Climber" tuk mempersembahkannya pada orang tersayang. Dengan lantang "Climber" membilang "Sayang ku persembahkan Edelwise ini sebagai perlambang komitmen cinta ku padamu". Sebagaimana "Ikal" yang telah mendaki puncak belitong hanya untuk mempersembah sesuatu tuk 'Si Aling" tersayang. Edelwise ternyata sensasimu begitu melegenda.

Edelwise, sebenarnya apakah dirimu ....

(Bersambung"

Sambungan….

Sejenak aku pun tertegun. Sebegitu melegendanya Edelwise. Banyak orang membuah-bibirkan ceritanya. Ceritanya seperti telah menelusuk dalam relung pikir dan imaji banyak orang. Banyak pikir orang yang terbuai dan termatikan logikanya ketika berbicara tentangmu. Banyak imaji yang melambung mengangkasa hingga lepas control diri, karena ceritanya. Tak terkecuali juga diriku.

Anganku tak sadar ikut melayang. Bersit penasaran mendalam tuk gali lebih tentangmu. Bersitku memantik logika tuk menguak arti dari keberadaanmu. Aku pikir banyak orang yang salah mengerti hakikat ceritamu.

Kemarin aku bertemu dengan Si Anak Gunung. Dia kebenaran adalah orang yang telah akrab dan banyak tahu tentangmu. Aku bertanya pada dia, benarkah apa yang telah mereka bilang. Benarkah kau perlambang keabadian cinta. Benarkah kau media curah rasa bagi para insan yang kasmaran. Kasmaran tuk menyata pendam gelora membara dalam diri pada seseorang yang selama ini didamba. Uereka…ternyata apa yang dinyata oleh Si Anak Gunung tak berbeda dari apa yang kebanyakan orang tahu tentangmu.

Kau perlambang perjuangan dan cinta. Kau menjelaskan kasmaran yang menggelora. Kau menjelaskan tekad kasih yang membaja. Kau menjelaskan perlambang pengorbanan cinta. Aku pun berkesimpulan, edelwise adalah sekuntum ikatan kasih perlambang buah pengorbanan untuk mengalamatkan ketidakdewasaan gundah kebendaan pada seseorang yang didamba. Anda pasti bingungkan. Sama saya juga bingung dengan apa yang saya pikirkan. Tapi ada satu kesamaan persepsi berbicara tentang edelwise berarti berbicara tentang cinta dan pengorbanan.

Edelwise, cinta, dan pengorbanan

Cinta adalah luapan psikis yang banyak orang salah mengerti tentangnya. Salah mengerti yang mematikan logika banyak orang. Pun edelwise menjadi bentuk ketidakdewasaan menyikap dan mengekspresi hakikat cinta itu sendiri. Pun Anda saya yakin juga pernah mentertawakan betapa Anda begitu tak menyangka Anda begitu tak berarti dihadapan cinta. Saya mau bertanya pada Anda pernahkan anda merasakan jatuh cinta, pada seseorang? Pasti pernah. Bagaimana rasanya, tak usahlah kita mencari jawabannya, karena tiap orang jawabannya rata-rata sama.

Banyak orang menyata ketika sedang dimabuk cinta, rasanya suasana begitu indah dan berjuta rasanya. Dunia serasa berseri, setiap orang dirasakan ramah, alam di sekelilingnya terasa indah. Katanya orang yang sedang fall in love itu tiap hari harus ketemu, kemana-mana harus sama-sama kalau sekali tak bertemu rindunya setengah mati, yang pasti dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak. Mereka nggak peduli dan nggak mempedulikan orang lain, yang penting mereka senang. Yang diingat hanyalah dia....dia....dan dia.

Sebenarnya apa sih pertanda cinta itu. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya yang berjudul Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu menjelas tanda cinta adalah sebagai berikut, pertama biasanya ia selalu menghujamkan pandangan matanya pada orang yang dicintainya, kedua malu-malu jika orang yang dicintainya memandangnya. Ketiga ia akan banyak mengingat, membicarakan dan menyebut nama orang yang dicintainya. Kemudian ia tunduk pada perintah orang yang dicintai dan mendahulukan kepentingannya daripada kepentingannya sendiri. Lalu orang yang mencinta bersabar menghadapi gangguan orang yang dicintai, memperhatikan perkataan orang yang dicintai dan mendengarkannya, mencintai tempat dan rumah sang kekasih, segera menghampiri yang dicintai bila dipanggil. Beragam alasan di atas, semakin mendukung hipotesis Agnes Monica bahwa cinta memang tiada logika. Sepakatkah Anda ? Belum

Selanjutnya ia akan ikut mencintai apapun yang dicintai sang kekasih. Jika akan mengunjungi orang yang dicintai jalan yang dilalui terasa pendek meskipun jaraknya jauh sekali. Dan biasanya ia akan salah tingkah jika sedang mengunjungi atau sedang dikunjungi orang yang dicintai. Lalu ia akan kaget dan gemetar tatkala berhadapan dengan orang yang dicintai atau tatkala mendengar namanya disebut. Jika ada orang lain yang membahasnya ia akan merasa cemburu. Menyenangi apapun yang menyenangkan orang yang dicintai meskipun sebenarnya kita tidak menyukainya. Ini merupakan salah satu keharusan karena sedikit berkorban untuk mendapatkan keridhaan orang yang dicintai, rasanya merupakan kewajiban.

Ciri-ciri orang yang sedang jatuh cinta selain yang disebut diatas adalah ia akan mempunyai kebiasaan baru yaitu suka menyendiri dan helaan nafas panjang yang kerap dilakukan. Dan tentunya ia akan selalu berusaha untuk menghindari hal-hal yang akan meregangkan hubungan karena yang dicari pastilah kecocokan antara orang yang mencintai dan orang yang dicintai. Gimana pernahkah Anda mengalami ini ? Jika Anda pernah merasakan itu, maka berhati-hatilah. Cinta bisa menjadi penyebab lahirnya petaka. Nggak percaya ?

Cinta yang mematikan logika akan berdampak matinya hati. Sang pencinta adakalanya menjadi lupa diri. Ketika tak mampu mengendalinya bisa jadi cinta menyesatkan sang pelaku pada kesyirikan. Kesyirikan yang terlahir, karena bangkitnya cemburu dari Allah, Sang Pencipta Insan Pencinta, ketika cinta tak mampu ditempat pada tempat yang diridho-Nya. Cinta yang mendua. Cinta yang membuat kita seringkali menomorduakan Allah dari orang yang dicinta. Tampak sikap ini, ketika buah sikap cinta kita begitu lucu di rasa. Ketika dia memanggil, kita begitu cepat bersegera. Tapi ketika Dia (Baca: Allah SWT) memanggil kita bersikap ala kadarnya.
Sudahkan kita benar-benar cinta pada-Nya ?

Kalau jatuh cinta pada sesama manusia ada keinginan dari kita agar orang lain mengetahuinya. Ingin rasanya diberitahukan pada semua orang tentang apa yang sedang terjadi pada kita. Biar semua orang tahu kalau kita sedang jatuh cinta. Akankah sama ceritanya jika sedang jatuh cinta pada Allah. Rasanya tidak. Jika sedang jatuh cinta pada Allah, rasanya kita akan malu untuk mengakuinya apalagi sampai orang lain tahu. Kita akan sangat egois untuk tidak berbagi cerita pada yang lain.

Lalu berapa banyakkah dari mereka yang pada saat fall in love selain mengingat dia (kekasih) juga mengingat Allah? Berapa banyakkah dari mereka yang menyadari bahwa jatuh cinta merupakan anugerah besar yang harus disyukuri? Jika saja setiap orang yang sedang jatuh cinta pada sesama manusia dan mengalami tanda-tanda seperti tadi, merasakan dan melakukan hal yang sama pula dengan ketika ia jatuh cinta pada Allah Rabbul 'Alamin, subhanallah, Mahasuci Allah yang telah memberikan cintanya pada manusia dengan memberikan anugrah berupa rasa cinta.

Cinta itu laksana pohon di dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada kekasih yag dicintai, dahannya adalah mengetahuinya, ranting-ranting adalah ketakutan kepadanya, daun-daun adalah malu kepadanya, buahnya adalah ketaatan kepadanya dan air yang menghidupinya adalah menyebut namanya. Jika di dalam cinta ada satu bagian yang kosong, berarti cinta itu kurang. Allah telah mensifati Diri-Nya, bahwa Dia mencintai hamba-hamba-Nya yang mukmin dan mereka pun mencintai-Nya.

Sesungguhnya, kecintaan pada Allah pasti bisa menyelamatkan orang yang mencintai-Nya dari adzab dan semestinya pula seorang hamba tidak mencoba-coba mengganti cinta hakiki itu dengan yang lainnya. Pun menempat edelwise sebagai pertanda cinta adalah hal yang patut dihati-hati. Pa lagi menyata edelwise perlambang keabadian adalah sebuah kenaifan. Kehakikian dan keabadian cinta hanyalah milik-Nya. Sedangkan kecintaan insan adalah muara kealpaan. Menyinari cinta insan dengan cinta-Nya adalah kehakikian cinta itu sendiri.
Meraih edelwise butuh perjuangan. Mendapat edelwise adalah perjuangan itu sendiri. Perjuangan harganya adalah pengorbanan. Butuh banyak tetes keringat untuk meraihnya. Tak terhitung lelah yang harus dilepas untuknya. Menakluk ketinggian ribuan kaki di permukaan laut, tertusuk dinginnya angin gunung, terasuk cekamnya kobar angin, peluang tergelinding dalam curamnya jurang, atau pun terhempas pada kerasnya cadas adalah cukup alasan tak menakluk ketinggian pendakian. Tetapi untuk sebentuk cinta, pengorbanan adalah hal yang dirasa biasa. Keberanian berkobar begitu membara. Pengorbanan yang diniat bukan karena edelwise, tapi pengorbanan yang diniat karena-Nya. Pengorbanan yang dilaku bukan untuknya, tetapi diniatkan karena-Nya. Wallahua'alam




No comments: