Wednesday, February 25, 2009

Ending


Kawan… tentu kata “ending” bukanlah kata yang asing untuk kita, bukan?. Di negeri ini banyak pengandaian bijak yang menjelaskan bahwa “Tiada pertemuan tanpa akhir”. Tentu sangat akrab kita dengan pengandaian tiada padang tanpa pasir, tiada pertemuan tanpa akhir, bukan?. Pun sebagai seorang muslim kerangka iman kita dikuatkan dengan bahasa ending ini. Ending dibahasakan pada rukun iman ke-lima,yaitu percaya kepada hari kiamat. Kepercayaan, yang merupakan harga mati ketika memilih Islam sebagai way of life. Kiamat adalah ending dari keberlangsungan semesta ini. 

Kawan… bukankah “kematian” juga adalah ending? Ending dari kehidupan setiap makhluk yang merasakan ”kehidupan”. Ending dari keangkuhan kehidupan seorang Fir’aun adalah ketika dia dipendam-matikkan di Laut Merah. Pengembaraan alam pasti akan berujung. Pengarungan samudra pasti akan bertepi. Itu juga adalah bahasa ending. Ditemukannya benua baru, Benua Amerika oleh Cristopher Columbus adalah ending dari petualangannya mencari daratan India. Untuk itulah pada awalnya penduduk asli amerika di sebut Indian. 

Kawan...tentu Anda pernah mendengar istilah Happy Ending, bukan? Kondisi akhir yang mengharu-birukan kita pada luapan kebahagian. Happy ending yang tiada tara sebagai manusia adalah ketika menutup kehidupan dalam keadaan Khusnul Khotimah, dan berhak mengecap nikmatnya syurga Allah SWT. Syurga adalah piala yang begitu didamba di ending yaumil akhir ini. Happy ending seorang Columbus adalah ketika menemukan Benua Amerika. Happy ending seorang Archimedes ketika dia tidak sadarkan diri dan berteriak ”Uereka” menemukan kepahaman yang dicari selama beberapa waktu sebelumnya. Pun Anda, saya yakin juga akrab dengan keadaan yang penuh dengan ”Happy Ending” ini.

Kawan...bagaimana jika kita membuat antitesis dari Happy Ending adalah Sad Ending. Sad ending yang berarti akhir yang sangat memilukan. Kepiluan yang tiada tara seorang Fir’aun adalah ketika ia harus mengakhir kehidupannya dalam keadaaan Su’ul Khotimah di Laut Merah dan di jebloskan ke Neraka Jahannam, bukan? Kesedihan yang membara dari sebuah kompetisi adalah kekalahan dan menjadi pecundang. Atau lingkup terkecil, kepiluan yang begitu menyakitkan bagi seseorang pelajar adalah ketika tidak lulus ujian. 

Lalu...bagaimana Anda melihat bahasa Ending itu. Jika saya mengasosiasikan bahwa ending itu adalah bahasa lain dari Vision. Visi berbicara bagaimana seseorang melihat masa depan. Melihat masa depan berarti juga melihat kemungkinan ending itu. Itu berarti juga ending itu bisa direncanakan. Happy atau sad ending berarti juga pilihan. Pilihan untuk bermimpi melihat masa depan itu, apakah berakhir kebahagian atau kepiluan. Ending berarti juga ada ruang kuasa kita untuk mengarahkan ending itu. Namun, kita juga harus menyadari bahwa tidak seratus persen semuanya berada di bawah kuasa manusia. Ada ruang di mana kita harus berserah diri hanya kepada Allah SWT. Kawan...segeralah membangun visi itu, biarkan peluang Happy Ending itu semakin terbuka. Uereka...Wallahu’alam

No comments: