Monday, November 3, 2008

Dekonstruksi Kapitalisme dan Rekonstruksi Ekonomi Syari'ah

Ditulis oleh Agustianto

 

Bencanakeuangan tengah melanda negara super power Amerika Serikat. Beberapa bankraksasa kelas dunia yang telah menggurita ke berbagai penjuru dunia rontok. Dimulaidari bangkrutnya bank raksasa Lehman Brothers dan perusahaan finansial raksasa Bear Stearns. Beberapa saat sebelumnya, pemerintah Amerika terpaksamengambil alih perusahaan mortgageterbesar di Amerika; Freddie Mac dan Fannie Mae Sementara Merrill Lynch mengalami kondisi tak jauh beda hingga harusdiakuisisi oleh Bank of America. Terakhir perusahaan asuransi terbesar AIG(American International Group) menunjukkan gejala kritis yang sama.

Untuk mengatasi badai krisis yang hebat itu danmenyelamatkan bank-bank raksasa yang terpuruk, pemerintah Amerika Serikatterpaksa melakukan bailout sebesar700 milyar dolar sampai 1 triliun US dolar. Intervensi negara Amerika terhadap sektorkeuangan di negeri Paman Sam itu merupakan kebijakan yang bertentangan dengan faham pasar bebas(kapitalisme) yang dianut Amerika Serikat. Nyatanya dana suntikan yang miripdengan BLBI itu toh, tak signifikan membendung terpaan badai krisis yang demikianbesar. Kebijakan bailout ini, tidaksaja dilakukan pemerintah Amerika, tetapi juga bank sentral Eropa dan Asiaturun tangan menyuntikkan dana untuk mendorong likuiditas perekonomian,sehingga diharapkan dapat mencegah efek domino dari ambruknya bank-bankinvestasi kelas dunia tersebut.

Beberapasaat setelah informasi kebangkrutan Lehman Brothers, pasar keuangan duniamengalami terjun bebas di tingkat terendah. Beberapabank besar yang collaps dan runtuhnya berbagai bank investasi lainnya diAmerika Serikat segera memicu gelombangkepanikan di berbagai pusat keuangan seluruh dunia.

Pasar modal di Amerika Serikat, Eropa dan Asiasegera mengalami panic selling yangmengakibatkan jatuhnya indeks harga saham pada setiap pasar modal. Bursa sahamdi mana-mana terjun bebas ke jurang yangdalam. Pasar modal London mencatat rekor kejatuhan terburukdalam sehari yang mencapai penurunan 8%. Sedangkan Jerman dan Prancismasing-masing ditampar dengan kejatuhan pasar modal sebesar 7% dan 9%. Pasarmodal emerging market seperti Rusia, Argentina dan Brazil jugamengalami keterpurukan yang sangat buruk yaitu 15%, 11% dan 15%.

Sejak awal 2008, bursa saham China anjlok 57%, India 52%, Indonesia 41%(sebelum kegiatannya dihentikan untuk sementara), dan zona Eropa 37%. Sementarapasar surat utang terpuruk, mata uang negara berkembang melemah dan hargakomoditas anjlok, apalagi setelah para spekulator komoditas minyak menilaibahwa resesi ekonomi akan mengurangi konsumsi energi dunia.

Di AS,bursa saham Wall Street terus melorot. Dow Jones sebagai episentrum pasar modal dunia jatuh. Angka indeks Dow Jonesmenunjukkan angka terburuknya dalam empat tahun terakhir yaitu berada di bawahangka 10.000.

Dalam rangka ,mengantispasi krisis keuangan tersebut, tujuh bank sentral (termasuk USFederal Reserve, European Central Bank, Bank of England dan Bank of Canada)memangkas suku bunganya 0,5%. Ini merupakan yang pertama kalinya kebijakan sukubunga bank sentral dilakukan secara bersamaan dalam skala yang besar

Berdasarkan fakta dan reliatayang terjadi saat ini, jelas sekali bahwa drama krisis keuangan memasuki tingkatketerpurukan yang amat dalam,dank arenaitu dapatdikatakan bahwa krisis financial Amerika saat ini, jauh lebih parah dari pada krisis Asia di tahun 1997-1998 yanglalu. Dampak krisis saat ini demikian terasa mengenaskan keuangan global. Lagipula, sewaktu krismon Asia, setidaknya ada surga aman atau safe heaven bagipara investor global, yaitu di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, tetapi kini,semua pasar modal rontok. Semua investor panic.

Karena itu,seluruh pengamat ekonomi dunia sepakat bahwa Guncangan ekonomi akibat badaikeuangan yang melanda Amerika merupakan guncangan yang terparah setelah GreatDepresion pada tahun 1930.Bahkan IMF menilai guncangan sektor finansial kali ini merupakan yang terparahsejak era 1930-an. Hal itu diperkirakan akan menggerus pertumbuhan ekonomidunia melambat menjadi 3% pada tahun 2009, atau 0,9% poin lebih rendah dariproyeksi World Economic Outlook pada Juli 2009.

Daripaparan di atas, terlihat dengan nyata, bahwa sistem ekonomi kapitalisme yangmenganut laize faire dan berbasisriba kembali tergugat. Faham neoliberalisme tidak bisa dipertahankan. PemikiranIbnu Taymiyah dan Ibnu Khaldun adalah suatu ijtihad yang benar dan adil untukmewujudkan kemaslahatan ekonomi masyarakat.

Dengan demikian sangat keliru apa yang dilakukan Fukuyamayang mendeklarasikan kemenangan kapitalisme liberal sebagai representasi akhirzaman " The end of history " (Magazine National Interest ,1989). TesisFukuyama sudah usang dan nasakh (tidak berlaku), karena sistem ekonomi kapitalismetelah gagal menciptakan tata ekonomi yang berkeadilan dan stabil.

Sebenarnya,sejak awal tahun 1940-an, para ahli ekonomi Barat, telah menyadari indikasikegagalan tersebut. Adalah Joseph Schumpeter dengan bukunya Capitalism,Socialism and Democracy menyebutkanbahwa teori ekonomi modern telah memasuki masa-masa krisis. Pandangan yang samadikemukakan juga oleh ekonom generasi 1950-an dan 60-an, seperti Daniel Bell dan Irving Kristol dalam buku TheCrisis in Economic Theory. Demikian pula Gunnar Myrdal dalam buku InstitusionalEconomics, Journal of Economic Issues, juga Hla Mynt, dalam buku EconomicTheory and the Underdeveloped Countries serta Mahbubul Haq dalam buku ThePoverty Curtain : Choices for the ThirdWorld.

Pandangan miring kepada kapitalisme tersebut semakin keraspada era 1990-an di mana berbagai ahli ekonomi Barat generasi dekade ini danpara ahli ekonomi Islam pada generasi yang sama menyatakan secara tegas bahwa teori ekonomi telah mati, di antaranyayang paling menonjol adalah Paul Ormerod. Dia menulis buku (1994) berjudul The Death of Economics (Matinya IlmuEkonomi). Dalam buku ini ia menyatakan bahwa dunia saat ini dilanda suatukecemasan yang maha dahsyat dengan kurang dapat beroperasinya sistem ekonomiyang memiliki ketahanan untuk menghadapi setiap gejolak ekonomi maupun moneter.Indikasi yang dapat disebutkan di sini adalah pada akhir abad 19 dunia mengalami krisis dengan jumlah tingkatpengangguran yang tidak hanya terjadi di belahan diunia negara-negaraberkembang akan tetapi juga melanda negara-negara maju.

SelanjutnyaOmerrod menandaskan bahwa ahli ekonomi terjebak pada ideologi kapitalisme yangmekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatasiresesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung padapemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu.

Karena itu,kini telah mencul gelombang kesadaran untuk menemukan dan menggunakan sistemekonomi "baru" yang membawa implikasi keadilan, pemerataan, kemakmuran secarakomprehensif serta pencapaian tujuan-tujuan efisiensi. Konsep ekonomi barutersebut dipandang sangat mendesak diwujudkan. Konstruksi ekonomi tersebut dilakukan dengan analisisobjektif terhadap keseluruhan format ekonomi kontemporer dengan pandangan yangjernih dan pendekatan yang segar dankomprehensif.

Di bawah dominasi kapitalisme, kerusakan ekonomiterjadi di mana-mana. Dalam beberapa tahun terakhir ini, perekonomian duniatengah memasuki suatu fase yang sangat tidak stabil dan masa depan yang samasekali tidak menentu. Setelah mengalami masa sulit karena tingginya tingkatinflasi, ekonomi dunia kembali mengalami resesi yang mendalam, tingkatpengangguran yang parah, ditambah tingginya tingkat suku bunga riil sertafluktuasi nilai tukar yang tidak sehat.

Dampaknya tentu saja kehancuran sendi-sendiperekonomian negara-negara berkembang, proyek-proyek raksasa terpaksa mengalamipenjadwalan ulang, ratusan pengusaha gulung tikar, harga-harga barang dan jasatermasuk barang-barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan tak terkendali.

Krisis tersebut semakin memprihatinkan karenaadanya kemiskinan ekstrim di banyak negara, berbagai bentuk ketidakadilansosio-ekonomi, besarnya defisit neraca pembayaran, dan ketidakmampuan beberapanegara berkembang untuk membayar kembali hutang mereka. Henry Kissingermengatakan, kebanyakan ekonom sepakat dengan pandangan yang mengatakan bahwa "Tidaksatupun diantara teori atau konsep ekonomi sebelum ini yang tampak mampumenjelaskan krisis ekonomi dunia tersebut" (News Week, "Savingthe World Economy").

Melihat fenomena-fenomenayang tragis tersebut, maka tidak mengherankan apabila sejumlah pakar ekonomiterkemuka, mengkritik dan mencemaskan kemampuan ekonomi kapitalisme dalammewujudkan kemakmuran ekonomi di muka bumi ini. Bahkan cukup banyak klaim yangmenyebutkan bahwa kapitalisme telah gagal sebagai sistem dan model ekonomi.

Kehadiran konsep ekonomi baru tersebut, bukanlahgagasan awam, tetapi mendapat dukungan dari ekonom terkemuka di dunia yangmendapat hadiah Nobel 1999, yaitu Joseph E.Stiglitz. Dia danBruce Greenwald menulis buku "Toward a New Paradigm in Monetary Economics".Mereka menawarkan paradigma baru dalam ekonomi moneter. Dalambuku tersebut mereka mengkritik teori ekonomi kapitalis (konvensional)dengan mengemukakan pendekatan moneter baru yang entah disadari atau tidak,merupakan sudut pandang ekonomi Islam di bidang moneter, seperti peranan uang,bunga, dan kredit perbankan (kaitan sektor riil dan moneter).

Rekonstruksi Ekonomi Syariah Sebuah Keharusan

Olehkarena kapitalisme telah gagal mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan, makamenjadi keniscayaan bagi umat manusia zaman sekarang untuk mendekonstruksiekonomi kapitalisme dan merekonstruksi ekonomi berkeadilan dan berketuhananyang disebut dengan ekonomi syariah. Dekonstruksi artinya meruntuhkan paradigma,sistem dan konstruksi materialismekapitalisme, lalu menggantinya dengansistem dan paradigma syari'ah. Capaian-capaian positif di bidang sains dan teknologi tetap ada yangbisa kita manfaatkan, Artinya puing-puing keruntuhan tersebut ada yang bisa digunakan, seperti alat-alatanalisis matamatis dan ekonometrik,.dsb. Sedangkan nilai-nilai negatif,paradigma konsep dan teori yang destrutktif, filosofi materalisme, pengabaianmoral dan banyak lagi konsep kapitalisme di bidang moneter dan ekonomipembangunan yang harus didekonstruksi. Karena tanpa upaya dekonstruksi, krisisdemi krisis pasti terus terjadi, ketidakadilan ekonomi di dunia akan semakinmerajalela, kesenjangan ekonomi makin menganga, kezaliman melalui sistem ribadan mata uang kertas semakin hegemonis.

Sekarang tergantung kepada paraakademisi dan praktisi ekonomi syari'ah untuk menyuguhkan konstruksi ekonomisyariah yang benar-benar adil, maslahah, dan dapat mewujudkan kesejahteraanumat manusia, tanpa krisis finansial, (stabilitas ekonomi), tapa penindasan,kezaliman dan penghisapan, baik antar individu dan perusahaan, negara terhadapperusahaan, maupun negara kayaterhadap negara miskin. 

*Penulis adalah Sekjen DPP Ikatan AhliEkonomi Islam Indonesia (IAEI) dan Dosen Ekonomi Syariah Pascasarjana PSTTI UI,Islamic Economics and Finance Universitas TRISAKTI dan Pascasarjana ManajemenPerbankan dan Keuangan Islam Univertsiyatas Paramadina, dan PascasarjanaEkonomi dan Perbankan Islam Univ. Islam Az-Zahro

No comments: