Thursday, January 3, 2008

Kebangkitan Diri

Bangsa kita sesungguhnya punya potensi luar biasa, yang jika disyukuri dengan cara mengelolanya dengan tepat, niscaya berpeluang menjadi negara besar yang sejahtera, berwibawa dan bermatabat. Lihatlah! Kita memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah ruah. Mulai dari dasar lautan hingga puncak gunung. Begitu pula dengan lokasi geografis dan keindahan alamnya, negeri kita bagaikan percikan surga yang tertetes ke bumi. Potensi yang dimimpikan oleh negara lainnya di dunia ini.

Potensi manusia dengan jumlah dua ratus dua puluh juta jiwa dengan aneka kemampuannya lahir batin, wawasan, pengalaman, latar belakang, budaya dan intelektual, merupakan aset yang berharga bila disinergikan dengan formula yang tepat, akan berbuah kekuatan yang dhasyat. Aqidah Islam yang menjadi keyakinan mayoritas warga Indonesia merupakan potensi tak ternilai, yang bila diamalkan dengan benar akan dapat mengantarkan bangsa mulia dan penuh produktifitas hingga menjadi solusi yang universal.

Namun, bila kita melihat kenyataan, ternyata semua potensi tidak berbuah kenyataan yang dicita-citakan bersama. Bahkan, aneka bala dan musibah dari berbagai sisi kehidupan begitu lekat dan memilukan. Penyakit qalbu rupanya sedang berjangkit di negara kita. Orang kuat dan cerdas akal pikirannya, tetapi tidak sehat qalbunya, mereka itulah yang menjadi biang-biang kerusuhan, kerusakan, dan kesengsaraan bagi bangsa ini. Qalbu adalah inti terpenting dari manusia yang akan mengatur segala sikapnya. Sabda Rasulullah: "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya.

Segumpal daging itu bernama qalbu." (HR. Bukhari - Muslim)
Bangsa yang sedang sakit ini adalah ladang amal bagi kita. Kita boleh kecewa, kita boleh terluka, tetapi yang paling harus kita lakukan adalah berbuat sesuatu untuk memperbaikinya. Kalau selesai urusan bangsa ini dengan kecewa, marilah kita kecewa habis-habisan. Kalau selesai hanya dengan mencaci dan memaki, marilah kita caci maki, tapi yang pasti sikap yang buruk tidak akan menyelesaikan persoalan bangsa ini. Bahkan malah menambah masalah.

Oleh karena itu, kita harus berbuat sesuatu dengan cara terindah dan termulia yang kita mampu. Kita bangkitkan bangsa ini dengan penuh kehormatan. Sebab apa yang terjadi selama ini harus kita jadikan pelajaran berharga. Betapa membangun bangsa, ternyata tidak cukup hanya dengan membangun akal, tidak cukup dengan membangun otot, tidak cukup dengan membangun jalan, tapi yang paling pokok adalah membangun nurani bangsa ini. Dengan nurani yang sehat, maka pikiran akan jernih, tubuh sehat, raut muka cerah berseri, semangat bangkit, dan akhlak akan mulia.

Saudara-saudaraku, negeri kita ini sudah terlalu banyak dilanda bala bencana. Kaum muslim sedang diuji. Berbagai tuduhan harus kita tepis dengan merapatkan barisan, bersatu dengan menggalang persaudaraan untuk mengembalikan wajah Islam pada posisi yang sebenarnya. Peristiwa yang bertubi-tubi dan seolah menampakkan bahwa Islam identik dengan kekerasan tentunya harus diluruskan, dijelaskan bahwa sesungguhnya Islam dan umatnya adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Peristiwa yang menimpa bangsa ini sudah seharusnya dijadikan momentum untuk memperbaiki dan mengevaluasi diri kita sendiri. Buktikan bahwa Islam itu indah dan membawa pesan damai. Insya Allah akan datang suatu masa dimana negeri ini akan bangkit dan terhormat. Syaratnya? Yang pertama adalah kita harus mempunyai semangat. Kalau selama ini bangsa kita menjadi babak belur, itu semua bukan karena miskin alamnya, tapi karena miskin hatinya. Contohnya, kita pelit sekali tersenyum kepada orang lain dan pelit sekali untuk memaafkan orang lain. Maka jikalau saudara-saudaraku setuju, tahun 2003 ini akan kita coba menjadikan tahun akur bagi kita semua. Jangan ada lagi pertengkaran karena tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Sungguh sedih rasanya melihat negara yang kaya seperti ini, tetapi bisanya hanya berkelahi. Oleh karena itu kita butuh para pemimpin yang senang damai, orang-orang pintar yang bisa bertoleransi terhadap perbedaan, dan rakyat yang mau hidup berdampingan dengan damai.

Kedua, kita harus mempunyai rasa percaya diri. Di tahun 2003 ini kita harus mau menjadi orang yang percaya diri. Konon, katanya, ada sebagian saudara kita di luar negeri yang malu mengaku dirinya sebagai orang Indonesia. Yang lebih parah, ada juga sebagian orang yang malu mengaku dirinya sebagai muslim. Naudzubillah. Kalau kita sudah kehilangan rasa percaya diri maka siapa lagi yang mau menghargai diri sendiri? Oleh karena itu, agar negara ini bisa makmur dan maju, rahasianya adalah jangan pernah minder dan jangan pernah malu sebagai orang Indonesia karena kita adalah bangsa yang besar. Kalau kita mau bersatu, Insya Allah, bangsa ini akan bangkit!

Dan ketiga, kita harus memiliki ketaatan kepada Allah. Ingat baik-baik; negara ini amat besar dan alamnya sangat kaya. Orang lain untuk menanam pohon membutuhkan waktu 20 tahun, tapi di negeri ini hanya membutuhkan waktu 10 tahun, karena sinar mataharinya melimpah ruah, air hujannya juga melimpah bahkan terkadang menjadi banjir. Tetapi kenapa terjadi juga banyak bala bencana, seperti longsor, musibah, korupsi, dan sebagainya. Nyaris segala musibah bertumpuk di negeri kita ini. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.

Saudaraku, mungkin penyebabnya adalah selama ini kita sangat sombong dan meremehkan Allah Yang Menguasai langit dan bumi. Kita merasa hebat, padahal siapa yang hebat? tidak ada manusia yang hebat. Bukankah manusia berasal dari setetes mani yang ujungnya menjadi bangkai, kemana-mana membawa kotoran? siapa yang hebat di Indonesia? tidak ada yang hebat, yang hebat adalah kalau kita bisa menggiring masyarakat kita untuk taat pada Allah yang menguasai langit dan bumi.

Visi kita terhadap dunia ini seharusnya berubah. Kita tidak bergantung lagi kepada dunia, tidak tamak, tidak licik, tidak serakah. Hidup akan bersahaja dan proporsional. Sekarang kita sedang krisis. Masa ini dapat menjadi momentum karena dengan krisis harga-harga naik, kecemasan orang meningkat, ini kesempatan kita untuk berdakwah. Mau naik berapa saja harganya tidak apa-apa yang penting terbeli. Jika tidak terjangkau jangan beli, yang penting adalah kebutuhan standar tercukupi.

Orang yang sengsara bukan tidak cukup tetapi karena kebutuhannya melampaui batas. Padahal Allah menciptakan kita lengkap dengan rezekinya. Mulai dari buyut kita yang lahir ke dunia tidak punya apa-apa sampai akhir hayatnya masih makan dan dapat tempat berteduh terus. Orang tua kita lahir tidak membawa apa-apa sampai saat ini masih makan terus, berpakaian, dan berteduh. Begitu pula kita sampai hari ini. Hanya saja disaat krisis begini kita harus lebih kreatif. Mustahil Allah menciptakan manusia tanpa rezekinya; kita akan bingung menghadapi hidup. Semua orang sudah ada rezekinya. Dan barang siapa yang hatinya akrab dengan Allah dan yakin segala sesuatu milik Allah, tiada yang punya selain Allah, kita milik Allah, kita hanya makhluk dan yang membagi, menahan dan mengambil rezeki adalah Allah, maka orang yang yakin seperti itu akan dicukupi oleh Allah.

Tegaknya Islam di zaman Rasul Saw juga bukan karena pangkat, kedudukan, dan gelar. Islam tegak karena kemuliaan akhlak kaum muslimin saat itu. Ekonomi Indonesia hancur tidak disebabkan oleh kurangnya orang pintar di negara ini, tapi lebih dominan disebabkan oleh kurangnya orang yang berakhlak mulia. Dunia perpolitikan hancur bukan disebabkan oleh kita yang tidak mengerti politik, tapi lebih disebabkan oleh orang-orang zalim, licik, serakah, dan tidak bermoral.

Kita kembali ke Alquran bahwa orang yang sukses adalah orang yang paling berhasil menata dirinya, menata pikirannya, menata matanya, menata mulutnya sehingga hidup ini ada di jalan yang tepat, yang disukai Allah. Posisi apa saja tidak apa-apa, tidak harus menjadi orang top dalam pandangan manusia, yang penting top dalam pandangan Allah karena tidak mungkin semuanya jadi presiden. Toh tidak mungkin satu negara presiden semuanya. Tidak mungkin kita jenderal semua. Kalau kesuksesan dianggap jenderal, maka cuma sedikit orang yang sukses.

Orang yang sukses adalah orang yang tidak merasa suci dan ingin dipuji. Orang sukses selalu bisa memuji Allah, dan taubat memohon ampun. Dia sadar bahwa apapun yang diperolehnya adalah amanah. Insya Allah kita songsong saat kematian kita besok lusa dengan mempersembahkan karya terbaik kita dalam kehidupan. Ikhlas karena Allah. Itulah misi kehidupan kita, bukan pengumpul dunia yang akan kita tinggalkan. Dan itulah makna sukses yang sejati. Wallahua'lam bish-showab.
(Abdullah Gymnastiar)

No comments: