Thursday, January 3, 2008

Mensiasati Waktu

Written by Sahabat Muda
Thursday, 27 December 2007

Waktu sesungguhnya sesuatu yang sangat berharga

<>Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, <>
Alhamdulillah, Adik-adik, kita kumpul di sini, hari ini, dan mudah-mudahan dalam keadaan sehat wal ‘afiat, ya? Langsung saja, tema hari ini adalah ‘Mensiasati Waktu’. Sebelumnya Kakak ingin bertanya, Adik-adik tahu ‘gak bahwa dalam Al Qur’an telah muncul lebih dari satu ayat yang menunjukkan betapa waktu itu sangat penting artinya. Coba ada yang tahu ‘gaaak??…..nah ayat-ayat itu banyak berisi mengenai sumpah Allah swt dengan menggunakan kata waktu. Contohnya adalah :
“Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi”

“Demi fajar, dan malam yang genap dan yang ganjil”

“Demi waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran”

Allah swt berhak untuk bersumpah dengan apa saja menurut kehendak-Nya, tapi Ia tidak akan pernah bersumpah kecuali dengan hal-hal yang memang sangat agung. Dengan demikian, betapa agung dan berharganya waktu itu hingga Allah swt bersumpah berkali-kali dengannya. Tapi kenapa kita seringkali menyia-nyiakannya? Coba deh kita renungkan, berapa jam dalam sehari kita buang gitu aja padahal kita bisa mengerjakan amalan yang lebih bermanfaat

Untuk menjadi manusia unggul, yang pertama harus kita lakukan adalah percepatan. Apa tuh maksudnya? Maksudya adalah bagaimana kita berusaha mengisi waktu agar lebih baik daripada yang dilakukan orang lain. Waktu yang diberikan oleh Allah kepada kita dalam sehari kan sama, ya? Yaitu hanya 24 jam, tapi mengapa ada orang yang dengan waktu 24 jam itu dapat melesat prestasi dan karyanya? Dengan waktu yang terbatas dalam sehari ia bisa bermanfaat bagi umat manusia, mengurus ribuan bahkan jutaan orang. Sedangkan ada orang lain yang mengurus dirinya sendiri saja tidak bisa. Subhanallah, sesungguhnya kuncinya adalah bagaimana kita mengisi waktu dengan sesuatu yang berharga agar ia tidak berlalu begitu saja tanpa makna.

Adik-adik, Islam mengajarkan agar kita menggunakan waktu ini dengan empat perkara. Siapa yang tahu…itu lho, suka menyimak nasyid Raihan ‘gak? Yang judulnya ‘Demi Masa’…tahu kan..nah ini ada hubungannya, kakak beritahu saja ya?..yang pertama adalah iman, kemudian amal shaleh, nasihat-menasihati dalam menaati kebenaran dan nasihat-menasihati dalam menetapi kesabaran. Keempat hal tadi difirmankan Allah swt dalam QS. 103: 1-3, maka orang-orang yang tidak mempergunakan waktunya dalam empat perkara tersebut menurut Allah Azza wa Jalla adalah orang yang akan merugi walaupun ia berumur panjang. Jadi sia-sia saja ia pergunakan waktu dalam hidupnya. Sia-sia saja ia mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, mengejar cita-cita setinggi-tingginya atau lain sebagainya, apabila dalam menjalankan hidupnya itu keempat hal tadi tidak diamalkannya.

Adik-adik merasa ‘gak bahwa kita, manusia, diciptakan oleh Allah dengan tabiat yang tidak mungkin untuk duduk berdiam diri tanpa punya kegiatan. Coba kalau kita pas liburan aja, pasti deh kita mencari kegiatan apa aja untuk meluangkan waktu kita, misalnya nonton TV, jalan-jalan, nge-games, dan sebagainya..Rasanya bosen ya, kalau seharian cuma dieem aja…bahkan untuk makan atau minum pun banyak sekali kegiatan yang harus kita lakukan. Ngambil piring, nyendokin nasi, sayur, buka lemari es, nuangin air ke gelas misalnya. Belum lagi waktu kita mengunyah atau menelan, kecuali orang yang diinfus karena sakit dan ‘gak mampu melakukan pekerjaan apa-apa. Udah pernah nanyain orang yang baru sakit lama ‘gak? Minimal jawabannya selain pusing, mual dan sebagainya, mereka rata-rata menjawab “boseeenn…tiduran mulu!!”.

Adik-adik tahu kan bahwa di kanan dan kiri kita ada dua malaikat yang bertugas mencatat amal kita. Malaikat apa hayooo…Hubungannya dengan waktu adalah, dengan mengingat kedua malaikat tersebut kita jadi hati-hati dalam mengisi waktu sehingga kita berusaha untuk disibukkan dengan amal-amal baik. Jika kita lengah memanfaatkan waktu dan tidak menyibukkan diri dengan amalan-amalan baik maka waktu itu akan memberimu kesibukan dengan kekejian-kekejian, maksudnya adalah kegiatan-kegiatan yang mengundang dosa yang pada akhirnya kita, sebagai manusia, akan diminta pertanggungjawabannya di yaumul akhir nanti. Ingat lho, Allah itu Maha Mengetahui dan tidak ada satu pun yang luput dari pengawasan-Nya.

Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu Anhu berkata: “Rasulullah saw bersabda, ‘penghuni surga itu tidak akan merasa menyesal terhadap sesuatu pun kecuali terhadap waktu yang meninggalkan mereka yang tidak mereka isi dengan dzikir kepada Allah Azza wa Jalla’.” (diriwayatkan Ath-Thabrany dan lain-lainnya, dan dishahihkan oleh Al-Albany). Nah, jika ini yang menjadi alasan mengapa para penghuni surga itu menyesal, yang jelas-jelas adalah orang-orang yang telah dijamin masuk surga karena beberapa hal, yaitu pertama mendapat rahmat Allah, dan selanjutnya karena amal perbuatan mereka yang memang baik dan dengan upaya mereka mengoptimalkan waktu mereka, maka bagaimana dengan kita yang masih jauuh di bawah mereka? Bagaimana, coba?..

Adik-adik nyadar ‘gak? Kalau biasanya hal yang berhubungan dengan penyesalan itu umumnya dikaitkan dengan waktu. Misalnya : kita menyesal karena bangun kesiangan, menyesal ‘gak belajar dari dulu-dulu jauh sebelum ulangan umum. Atau kerasa ‘gak seringkali kita ngomong seperti ini: “Aduh nyesel deh, kenapa ya..waktu itu saya ‘gak hati-hati..jadi aja…”. Naah ..semua itu disebabkan adanya dua karakteristik atau sifat waktu, yaitu :



1. Waktu tidak bisa kembali.

Maksudnya, kita tidak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah apa yang telah kita lakukan. Bener ‘gak? Andaikata kita bisa kembali ke masa lalu dan mengubah apa yang telah kita perbuat, dijamin deh ‘gak bakalan ada yang namanya penyesalan. Tul ‘gaaak…



2. Waktu tidak dapat diganti

Yang ini hampir sama dengan poin pertama, hanya saja pada poin kedua ini ditekankan pada kejadian yang dapat kita ubah di masa lalu.

Gimana….sampai sini ada yang mau ditanyain…atau ada yang kurang jelas?….



Karakteristik waktu memang sebuah keunikan, bahkan ia suatu misteri kehidupan ini yang terekam dalam tik-tok jam, tercatat dalam buku harian, terhitung dalam kalender tahunan, terukir dalam prasasti-prasasti kehidupan. Walau sebenarnya ukuran-ukuran itu kurang berarti sebab ukuran waktu yang nyata adalah kehidupan kita sendiri. Waktu adalah saksi sejarah yang akan membeberkan segala kehinaan dan kenistaan yang dilakukan oleh siapa pun. Waktu adalah perekam abadi yang akan mengekalkan segala keagungan dan kemuliaan seseorang.

Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah menganugerahi kita dengan nikmat-nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Tak ada satu pun makhluk Allah di bumi ini yang luput dari rahmat-Nya. Dari virus sampai kita manusia. Sungguh Allah itu Maha Adil, dan beruntunglah orang yang mau bersyukur. Namun ada lagi golongan orang yang beruntung, Adik-adik mau tahu ‘gak siapakah orang-orang yang beruntung itu? Sebenarnya mereka adalah orang yang pandai memanfaatkan kenikmatan pemberian Allah untuk perbuatan-perbuatan baik sedangkan orang yang merugi iru adalah mereka yang tidak mempergunakan nikmat-nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya. Orang-orang yang merugi itu menurut Al-Imam Al-Ghazaly, dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, adalah orang-orang yang terlena dengan segala tetek bengek keterlenaannya. Beliau berkata, “ Ketahuilah perumpamaan keterlenaan para penguhi surga itu adalah sebagaimana suatu kaum yang berlayar dengan sebuah kapal dan sampai pada sebuah pulau yang penuh dengan rerumputan ilalang, mereka turun dari kapal untuk sekedar melepas kepenatan mereka. Pada saat itu sebenarnya para awak kapal itu sudah memperingatkan mereka agar tidak terlambat kembali ke kapal dan menganjurkan mereka untuk melepas kepenatan itu sekedarnya saja. Mereka juga diperingatkan untuk tidak keluar dari kapal dan meninggalkannya. Sebagian dari mereka yang keluar memang ada yang kembali secepatnya. Mereka itulah yang kemudian bisa memilih tempat duduk yang paling nyaman dan paling luas untuk perjalanan selanjutnya. Sedangkan sebagaian yang lain, terbagi-bagi yaitu :



Yang pertama adalah yang tenggelam dengan pemandangan bunga-bunga di pulau itu, dengan sungai-sungainya yang mengalir deras, dengan buah-buahannya yang sangat menggiurkan, dengan kandungan-kandungan tanahnya. Namun segera ia tersadar dan secepat-cepatnya kembali ke kapal namun tempatnya telah ditempati orang lain. Tapi Alhamdulillah….ia masih selamat.



Kedua, seperti yang pertama, namun perasaannya, buah-buahannya, bunga-bunganya, yang hatinya tidak enggan meninggalkannya. Maka ia pun memutuskan untuk membawa sekedarnya saja. Ia pun sibuk mengumpulkan dan membawanya kembali ke kapal. Setibanya di kapal tempat yang tersedia sudah sangat sempit. Keadaan itu tidak membuat hatinya berinisiatif untuk membuang apa yang ia bawa itu. Ia dengan susah payah harus membawa barang-barang itu. Tidak lama kemudian bunga-bunga pun layu, buah-buahan pun mengering, dan angin bertiup kencang yang menyulitkannya mendekati kapal. Maka ia pun berinisiatif untuk membuang semua yang ia bawa itu sampai ia bisa menempatkan diri di atas geladak meski pada tempat yang cukup untuk badannya saja.

Ketiga, mereka tenggelam dalam kesenangan yang sedikit saja dan mengabaikan pesan awak kapal. Ketika mendengar panggilan bahwa kapal akan berangkat ia baru bergerak untuk kembali. Namun kapal telah menarik sauhnya, dan ia pun harus tertinggal dengan segala yang dibawanya itu, di pulau itu, sampai tua.



Yang terakhir, yaitu yang keempat, terlalu mengabaikan. Bahkan ketika panggilan bahwa kapal akan segera berangkat, sampai tidak peduli sedikit pun dengan suara kapal yang sedang meninggalkan pantai. Untuk golongan keempat ini masih lagi dapat dibagi-bagi: ada yang mati dimangsa binatang buas, ada yang sangat cemas sehingga mati karenanya, ada yang mati karena lapar, dan ada pula yang mati digigit ular. Inilah perumpamaan penghuni dunia yang terlalu sibuk dengan kepentingan-kepentingan mereka yang sementara, namun mengabaikan akibat dari tindakan mereka itu”.

Adik-adik, selanjutnya Imam Ghazaly meneruskan bahwa sungguh sangat keji orang yang mengaku dirinya sebagai orang yang dapat melihat dan dapat berpikir, namun ternyata tertipu oleh sekedar batu-batuan saja: emas, perak, atau oleh keindahan bunga-bunga dan buah-buahan saja, yang semuanya itu tidak bakal menemaninya setelah kematiannya. Hanya Allah-lah tempat memohon perlindungan.

Dari perumpamaan tadi pasti Adik-adik ngerti apa maksudnya. Yang pertama maksudnya ……….(dst dibahas secara berdiskusi).

Berikut ini ada beberapa kisah teladan beberapa ulama yang sangat memperhatikan waktunya:

1. Kisah Abu Hatim

Abu Hatim berbicara tentang dirinya dan bagaimana usaha kerasnya ketika menuntut ilmu.

“Aku tingal di Al-Bashrah selama delapan bulan, padahal aku harus tinggal setidaknya setahun penuh. Tapi aku kehabisan bekal, sehingga terpaksa menjual pakaianku sampai habis. Dan setelah itu pun habis, aku sudah tidak punya bekal lagi. Maka aku pun pergi berkeliling bersama seorang teman untuk mencari tempat syaikh untuk mendengar pelajarannya hanya sampai sore. Temanku pun beranjak yang kemudian aku ikuti untuk berkeliling lagi mencari syaikh untuk mendengarkan pelajaran hadits dengan perut yang sudah sangat melilit kelaparan. Setelah itu aku pulang dengan menahan lapar. Pada sore hari berikutnya, temanku itu menghampiriku dan mengajakku. “Temanilah aku pergi belajar kepada syaikh-syaikh itu.” Jawabku, ‘Aku lemas sekali. Tidak mungkin aku pergi.’ Ia bertanya lagi, ‘Mengapa kamu begitu lemas?’ Jawabku, ‘Aku akan berterus terang kepadamu, bahwa aku sudah dua hari ini tidak makan sedikit pun.’ Katanya. ‘Aku ada satu dinar. Setengahnya buat kamu dan setengahnya lagi buat ongkos kita.’ Kami pun pergi meninggalkan Al-Bashrah, dan aku pun jadi mengambil yang setengah dinar itu.” Kisah ini menunjukkan keteladanan yang mulia. Kelaparan, kehabisan bekal, tidak dapat menghalanginya untuk terus mengisi waktunya dengan menimba ilmu. Tapi…..ingat! Jangan sampai menzhalimi diri sendiri ya….Kalau lapar dan masih punya bekal, makanlah karena menjaga kesehatan juga penting lho, ilmu yang kita dapat juga jadi lebih terserap dengan baik.



2. Kisah ‘Aisyah RA

Ummul-Mukminin ini merupakan tempat kembali para sahabat untuk mendiskusikan setiap permasalahan. Ketika mereka mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan keagamaan, masalah fiqhiyah, pembagian harta warIsan, syair-syair, atau masalah lain, maka ‘Aisyah-lah yang menjadi tempat mereka kembali. Tentu saja ‘Aisyah tidak begitu saja mendapatkan ilmu yang agung itu sehingga ia menjadi salah satu perawi hadits yang paling masyhur, kecuali ia harus menghafalnya dan menggunakan waktunya sebaik-baiknya untuk itu.



3. Kisah Abdul-Ghany Al-Muqaddasy Al- Jama’ily

Beliau wafat pada abad ketujuh. Adz-Dzahaby bercerita : “Ia tidak menyia-nyiakan sedikit pun waktunya tanpa faedah yang jelas. Ketika shalat fajar, ia juga membaca Al Qur’an. Ia pun kelepasan membaca sepotong hadits dengan suara keras, yang kemudian menggugurkan shalatnya, berwudhu lagi dan shalat lagi hinga tiga ratus sakaat dengan Al Fatihah dan Al Mu’awwidzatain hingga menjelang Dhuhur. Setelah itu ia pun tidur sesaat, kemudian shalat dzuhur, dan pergi menghadiri kelas atau membaca hingga tiba waktu Maghrib. Jika puasa maka ia berbuka, namun jika tidak ia shalat sampai tiba waktu Isya. Selanjutnya shalat Isya dan tidur hingga tengah malam atau lebih sedikit. Setelah itu ia bangun, seakan ada orang yang membangunkannya. Ia mengambil air wudhu dan shalat hingga menjelang fajar. Semalam ia bisa wudhu tujuh sampai delapan kali. Katanya, ‘Shalatku tidak terasa menyenangkan kecuali jika anggota tubuhku terasa segar’, kemudian ia tidur sebentar hingga menjelang fajar. Demikianlah yang ia lakukan tiap harinya.”



4. Kisah antara Umar bin Abdul Azis dan Abdul Malik, putranya.

Suatu hari Umar bin Abdul Azis masuk ke dalam kamarnya untuk merebahkan badannya sejenak setelah kerja keras yang sangat melelahkan. Tak lama kemudian datanglah Abdul Malik, anaknya yang kala itu baru menginjak usia yang ke tujuh belas. Anaknya bertanya, “Apa yang akan kau lakukan wahai Amirul mukminin?” Sang ayah pun menjawab, “Anakku, Aku ingin istirahat sejenak….tiada lagi tenaga yang tersisa dalam jasadku.”. “Apakah Anda akan istirahat sebelum Anda mengembalikan harta yang diambil secara zhalim kepada yang berhak, wahai Amirul mukminin?” sang anak kembali bertanya. Umar bin Abdul Azis pun kembali menerangkan, “Anakku, semalam suntuk aku tidak tidur mengurus pamanmu Sulaiman……kalau tiba waktu Dhuhur nanti Insya Allah akan aku lakukan hal itu.” Abdul Malik berkata kepada sang Ayah, “Siapakah yang menjamin Anda akan hidup sampai dzuhur wahai Amirul mukminin?” Kalimat itu seakan membakar kembali semangat Umar dan mengusir rasa kantuk dari kedua matanya, menyegarkan kembali kekuatan dan tekadnya pada tubuh yang lunglai itu. Umar pun berkata, “Anakku….mendekatlah…..” Setelah mendekat Umar pun mendekap dan mencium keningnya seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah melahirkan anak keturunan yang membantuku dalam agamaku”. Kemudian beliau beranjak dan memerintahkan untuk menyeru rakyatnya seraya mengumumkan kepada mereka “Ketahuilah…….barang siapa yang hartanya telah diambil secara zhalim, hendaklah ia mengangkat permasalahannya!!”



Beberapa kendala yang dapat menghalangi seseorang untuk tidak menggunakan waktunya secara optimal yaitu:

a. Angan-angan yang jauh dan kebiasaan menunda-nunda

Angan-angan yang kosong itu hanya akan melahirkan kebiasaan menunda-nunda pekerjaan saja. Ketika orang berniat untuk melakukan suatu pekerjaan, namun angan-angannya terlalu jauh maka ia akan bilang pada dirinya sendiri, “ Ya, nanti sajalah, bulan depan, tahun depan, akan saya lakukan”. Selalu demikian jawabannya sehingga usianya habis dimakan janji yang tak pernah terealIsasi. Inilah sumber kehancuran itu. Tersebutlah suatu kisah, seorang bapak yang sudah berusia lanjut membuka usaha wiraswasta. Atas izin Allah, usahanya maju. Suatu waktu salah seorang tetangganya menyarankan, “Pak mumpung usaha Bapak lagi maju, segeralah tunaikan ibadah Haji” apa jawabannya? Karena usahanya sedang maju-majunya, si Bapak itu belum mau menunaikan ibadah haji. “Sudahlah, istri saya saja dulu”, ujarnya. “Tapi, Pak. Waktu milik Allah, kasempatan milik Allah. Kali ini Bapak dikaruniakan kesempatan itu. Esok atau lusa mungkin sudah tidak sempat lagi,” saran si tetangganya. Ternyata tidak dihiraukannya saran itu. Alkisah, akhirnya si istrilah yang berangkat. Apa yang terjadi kemudian? Ketika istrinya berangkat haji, si Bapak itu tertimpa musibah sakit. Karena sakit, ia tidak bisa mengurus perusahaannya. Usahanya jadi bangkrut seketika sedangkan sakitnya makin keras. Akhirnya sampai pada titik akhir, ia pun meninggal, Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Akibatnya menjalankan ibadah haji tidak sempat, nyawa pun keburu melayang. Artinya, jangan main-main dengan waktu. Oleh sebab itu Allah mengancam orang-orang yang terbiasa menunda-nunda dengan firmanNya:

“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui(akibat perbuatan mereka)” (QS Al Hijr: 3)
Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhu pernah berwasiat, yang juga diungkapkan oleh Al-Bukhari, “ Jika engkau berada dalam waktu pagi janganlah menunggu hingga waktu sore, jika engkau berada dalam waktu sore maka janganlah menunggu hingga pagi tiba, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan waktu hidupmu sebelum kematianmu.

b. Terlena dengan hal-hal yang tidak berguna, bahkan yang terkadang haram

Beberapa hal yang termasuk ke dalam klafisikasi tidak berguna dan diharamkan, yang banyak menyita waktu adalah sibuk mengurusi kehormatan orang lain dengan mengobral omongan kesana-sini, berghibah dan mengumbar fitnah. Hal ini ditegaskan lagi oleh Nabi Muhammad saw diantaranya adalah hadits tentang orang yang paling bangkrut, ketika Rasulullah berkata pada para sahabat beliau, “ Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?” Mereka menjawab, “ Wahai Rasulullah, orang yang bangkrut itu adalah orang yang tidak punya sedirham pun juga tidak punya apa-apa lagi diantara kita ini.” Rasulullah berkata “Sesungguhnya orang yang bangkrut adalah salah seorang dari umatku yang ketika nanti di hari kiamaat datang membawa shalat malam, puasa, shalat, zakat, dan haji, namum ia datang pula membawa dosa karena telah mencaci si ini, telah menumpahkan darah si ini, telah makan harta si ini, dan telah menerima bagian dari kehormatan si ini maka kebaikannya diambilkan untuk orang yang didosainya itu. Jika kebaikannya habis sebelum terpenuhi hak orang yang didosainya maka kejelekan mereka diambilkan untuk kemudian dialihkan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke neraka.



Sampai sini ada pertanyaan, ‘gak?….Nggak ada?…Kalau gitu saya yang mau nanya..Menurut adik-adik bagaimana dengan waktu yang sudah lewat? Yang pernah kita buang percuma?…hayo..gimana coba….

Tentang hal ini jangan berkecil hati, karena seperti apapun masa lalu kita, usahakan untuk meneguhkan hati menatap masa depan dengan optomis. Karena…menyesali apa yang terjadi di masa lalu terkadang bisa mengakibatkan kita kehilangan semangat untuk kegiatan yang akan datang. Contohnya begini, mmm…pernah ‘gak? pingin dapat nilai gede pas ulangan, terus kita udah belajar keras tapi ternyata hasilnya jeblok!! Akhirnya kita merasa putus asa, pundung (tahu ‘kan artinya) terus males deh belajar lagi, yang ada kita jadi kurang memanfaatkan waktu dan bisa ketebak hasilnya seperti apa..: nilai ulangan kita jeblok lagi. Padahal harusnya kan kita bisa mengevaluasi diri. Kira-kira kenapa sih, udah belajar tapi hasilnya ‘gak memuaskan.

Kemurungan karena penyesalan itu bisa menghambat kemampuan untuk berpikir tentang apa yang harus dikerjakan ke depan. Hati-hati dengan kemurungan, karena sifat ini merupakan salah satu jebakan setan. Ia mencoba menghembuskan peristiwa-peristiwa masa lalu untuk membuat kita tidak mengingat lagi apa yang harus kita lakukan sekarang dan ke depan.



Adik-adik tahu’gak? Salah satu cara untuk mengingat masa lalu adalah dengan berbuat baik saat ini dan untuk yang akan datang. Firman Allah swt :

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (QS Hud : 114)



c. Teladan yang buruk

Maksudnya di sini kita salah meneladani orang. Contohnya: kalau kita sohiban sama orang lain, kita memiliki kecenderungan untuk meniru sohib kita itu. Ketika ada PR yang harus dikerjakan, dan kita sadar seharusnya kita tidak menunda-nunda untuk menyelesaikannya, kita malah ikut-ikutan sohib kita yang kelihatan nyantai dan justru melakukan hal lain yang prioritasnya kurang penting. Padahal, ada temen kita yang lain yang lebih pantas untuk diteladani karena sifatnya yang tidak menunda-nunda, hal ini kita abaikan hanya gara-gara mau solider dengan sohib kita itu. Naah….kalau begitu pinter-pinter deh nyari temen baik, biar kita bisa ikutan jadi baik. OK!!??



d. Kepribadian yang lemah dan hawa nafsu

Adik-adik, sekarang kita udah tahu bahwa waktu itu artinya sangat penting, tapi itu ‘gak menjamin bahwa kita jadi termotivasi untuk lebih memanfaatkan waktu itu. Kenapa?….karena adanya kelemahan kepribadian dan kecenderungan yang lebih besar terhadap hawa nafsu. Jadi, akibatnya setiap kali kita mau melakukan amalan baik niat tersebut mundur gara-gara dua hal tadi, dan dengan mudahnya kita dikomporin sama setan dengan memberikan gambaran-gambaran yang sifatnya pesimistis. Contohnya, kita punya uang lebih dan rencanaanya kita mau berinfak (di sini niatnya masih kuat), tapi sebelum niat kita kesampaian, eh….’gak taunya di jalan ada barang yang pengeeen…banget kita beli..apa, ya? Komik terbaru misalnya…..akhirnya setelah menimbang, meninjau ulang, dan akhirnya memutuskan…jiwa kita yang lemah lebih berat buat beli komik karena takut komiknya keburu habis terjual….Hayooo, ada yang ngerasa ‘gak? Sama, saya juga pernah, kok.



e. Perasaan kurang

Pengennya sih ngebantu temen (si juara kelas) yang sakit buat ngelengkapin catetannya, tapi mau ‘gak ya..orang itu kita bantu, catetan saya ‘kan ‘gak rapih or lengkap, lagian saya masuk sepuluh besar aja ‘gak pernah. Nggak jadi deh, biar yang lain aja minjemin catetannya…

Intinya, dengan perasaan seperti ini kita jadi minder untuk melakukan hal baik tersebut (nggak pede, menganggap dirinya rendah alias meng-underestimate diri sendiri).



Usahakan jangan sampai kita pesimis, justru kita harus menumbuhkan sikap optimis dalam diri tanpa mengabaikan kapasitas yang ada pada diri kita. Ingat! Mereka yang benar-benar berusaha akan mendapatkan imbalannya di sisi Allah Azza wa Jalla.



f. Tidur

Siapa yang ‘gak suka tiduur….? Suka semua ya. apalagi tidur kan ibadah, tapi eit.. tunggu dulu, kebanyakan tidur juga ‘gak bagus lho. Tidur yang bernilai ibadah itu adalah tidur yang dilakukan dengan tujuan memperoleh kembali stamina agar dapat mengerjakan ibadah secara khusyu, misalnya setelah cape mengerjakan sesuatu sebaiknya kita beristirahat/tidur dulu sebelum shalat supaya shalatnya khusyu. Tapi jangan mentang-mentang lho, yaa..cape sedikit langsung nunda-nunda ibadah. Masih inget kan kisahnya Umar bin Abdul Azis?…..Mu’adz bin Jabal RA pernah berkata : “Sesungguhnya tidurku dihIsab sebagaimana bangunku (untuk shalat) juga dihIsab.”



Sebenarnya gimana sih, cara menyikapi waktu supaya kita memiliki keunggulan dalam hidup ini? Sikap hormat? Istirahat di tempat? (he…he…just kidding :D). Caranya ada dua poin :

1. Waktu boleh sama tapi isi harus beda

Coba bayangkan, andaikata dalam sebuah perlombaan balap sepeda, dalam satu detik si A berhasil mengayuh satu putaran, si B setengah putaran, dan si C mengayuh dua putaran. Siapa yang jadi juaranya? Maka, dengan meyakinkan si C-lah yang akan berpeluang menjadi juara. Mengapa? Karena pada detik yang sama si C dapat berbuat lebih banyak daripada yang lain. Nah, begitu pun kita semua semakin banyak dan baik hal positif dapat kita lakukan dalam waktu yang sama, insya Allah kita akan lebih dekat pada kesuksesan.

Allah swt berfirman dalam sebuah hadits qudsi, “Pada setiap fajar ada dua malaikat yang berseru-seru, “Wahai anak Adam! aku adalah hari yang baru, dan aku datang untuk menyaksikan amalan kamu. Oleh sebab itu manfaatkanlah aku sebaik-baiknya karena aku tidak akan kembali lagi hingga hari pengadilan.”

2. Sekarang harus lebih baik daripada tadi

Kalau hari ini sama dengan hari kemarin maka kecepatan kita sama. Ngerti gak maksudnya? Ya maksudnya tidak ada peningkatan, maka tidak dapat menyusul siapa pun. Kalau orang lain selalu meningkat maka makin lama kita akan jauh tertinggal dan menjadi pecundang.

Sebenarnya ada tiga kelompok orang yang menggunakan waktu, yaitu :

Orang sukses. Dia selalu menggunakan waktunya dengan optimal dan melakukan sesuatu hal yang tidak diminati oleh orang gagal.

Orang malang. Orang yang hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan selalu memulai sesuatu pada keesokan harinya.

Orang hebat. Orang yang bersedia melakukan sesuatu sekarang juga. Dia berkata bahwa membuang waktu bukan saja suatu kejahatan tapi juga suatu pembunuhan yang kejam.



KIAT PRAKTIS MANAJEMEN WAKTU

A. Biasakan tertib dan teratur

Coba bayangkan apabila kita selalu sembarangan meletakkan sesuatu, entah itu pulpen, kaus kaki, jam tangan, kaca mata, dll. Dan pada saat kita membutuhkan barang-barang tersebut, kita harus mencari-cari terlebih dahulu. Hitunglah, untuk setiap barang yang kita cari membutuhkan waktu kira-kira berapa menit, dikali seberapa sering mencari barang tersebut dalam sehari, dikali jumlah barang yang hilang. Waah…sudah berapa banyak waktu yang terbuang percuma? Padahal dengan jumlah waktu yang sama kita bisa mengerjakan hal lainnya yang bermanfaat. Supaya bisa tertib dan teratur ada beberapa tips yang bisa diikuti:

Tahu dan taat aturan.

Percayalah bersungguh-sungguh taat kepada peraturan yang benar, akan sangat menghemat waktu, tenaga, emosi dan biaya. Jangan pernah menganggap remeh pelanggaran sekecil apapun, karena selain kita akan terbiasa dalam keburukan kita pun beresiko menerima sanksi yang pasti akan merugikan.

Tertib mengambil dan menyimpan.

Tertib dalam menyimpan barang apa pun hanya memakan waktu yang sedikit, tetapi manfaat di kemudian hari akan berdampak besar sekali.

Selalu rapi dan bersih.

Kebiasaan berantakan, kotor, tidak rapi dan tidak teratur adalah kebiasaan memalukan yang menunjukkan perilaku tidak profesional dan juga kunci pemborosan waktu, serta akan membuat suasana hati pun menjadi runyam.

Segalanya menjadi lebih mudah dikenal.

Kenali situasi ruangan, barang-barang, peralatan, tempat penyimpanan, dan tata letak barang dengan baik.

Lalu lintas lancar.

Atur lalu lintas gerak orang ataupun barang sedemikian rupa sehingga lancar.

B. Selalu Terencana

Adik-adik, ingat yach motto ini :

“Jika gagal dalam membuat rencana berarti merencanakan untuk gagal”

Sedih rasanya kalau kita menyadari betapa kita telah menjalani hari-hari tanpa rencana yang jelas. Ciri khas orang yang tidak mempunyai rencana a.l.: sibuk tak karuan, jenuh dan bosan, banyak bingung. Waah….ada ‘gak ya? salah satunya yang jadi ciri khas kita? Atau justru semuanya?…. jika kita tidak berencana maka hasil yang didapat pun sangat tidak sebanding dengan waktu yang terkuras.

Ingat, hal yang penting dalam perencanaan adalah :

Harus ada target.

Buat program harian, mingguan, atau bulanan. Harus rasional dari segi ukuran waktu dan target.



Rencana cadangan.

Kadang-kadang kita harus bersiap menghadapi segala kemungkinan yang tak terduga, oleh karena itu kita harus membuat rencana B dan C sebagai rencana cadangan bila rencana utama gagal.

Disiplin dalam rencana.

Sehebat apa pun program kita, tidak akan artinya jika kita tidak disiplin dalam melaksanakannya karena tiada prestasi tanpa disiplin.

C. Biasa dengan data dan informasi akurat.

Coba apa sih yang kebayang kalo ada informasi seperti ini : “ Nanti akan datang tamu beberapa puluh orang dan akan menginap beberapa malam”, silahkan tebak berapa jumlah orang, kapan mereka datang dan berapa malam mereka menginap? Pusing bukan?! Karena itu berikanlah data yang akurat dan jelas supaya ‘gak pusing.

D. Sedia peralatan dan perlengkapan memadai.

Yuk, kita bandingkan waktu yang dibutuhkan untuk berdialog dengan sahabat di Amerika lewat alat berupa peSAWat telepon dengan kita mengunjunginya ke Amerika? Setiap peralatan memang berguna namun apakah kita memerlukan semuanya, belilah peralatan sesuai kebutuhan saja.

E. Jangan menunda dan mengulur waktu

Silahkan kenang sendiri, kesibukan, kerepotan, galaunya perasaan dan akibat yang ditanggung ketika kita gemar menunda mengerjakan PR, laporan praktikum, tugas-tugas gambar, dan juga lihatlah hasil ulangan atau ujian kita akibat dari menunda waktu belajar? Menyedihkan bukan?!!! :(

F. Selalu tepat waktu

Do it now!! Ingat! Amalan yang paling disukai Allah adalah shalat tepat waktu. Coba deh renungkan sendiri maknanya dalam kehidupan sehari-hari.

G. Biar cepat dan ringkas asal selamat

Kita harus awali dengan membuat standar waktu yang dibutuhkan dengan layak dan wajar. Latihlah gerakan kita agar gesit dan tangkas sehingga dapat menghemat waktu.

H. Biasakan check and recheck

Kata-kata: “Wah, lupa!” “Aduh, tertinggal” dan sejenisnya adalah kata-kata yang sudah berlalu dan harus kita golongan termasuk kata-kata memalukan yang menandakan manajemen pribadi yang masih buruk.

B. Waspadai pencuri waktu

Dalam keseharian kehidupan kita, terkadang kita ini memang lucu, lebih sibuk menjaga sendal jepit karena takut hilang dicuri orang daripada sibuk menjaga amanah waktu. Sungguh seringkali kita secara sadar atau tidak membiarkan waktu yang sangat berharga dicuri oleh hal-hal, kejadian, atau barang yang remeh tak berharga.



Bekalilah dirimu dengan taqwa

Karena engkau tak ‘kan pernah mengira

Ketika kegelapan malam tiba

Yakinkah engkau hingga fajar esok kau masih ada

Banyak orang sehat mati tanpa sebab

Banyak juga orang sakit hidup menjelang abad

Banyak pemuda yang masih menikmati hidupnya

Tanpa dinyana kain kafannya sedang dirajut untuknya



--------Wallahu a’lam bishshawwab--------

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

By: Anonim Bogoriense (Materi Mentoring Islam SMP)



Referensi:

Al Audah, Sulaiman bin Hamid. 2000. Bagaimana Muslimah Membagi Waktu?. Jakarta : Darul Falah. 88 hal.

Gymnastiar, A. 1999. Kiat Praktis Manajemen Waktu. Bandung: Daarut Tauhiid Press. 99 hal.

No comments: